
1589Please respect copyright.PENANAHg3EbyRaTI
Sejak beberapa hari terakhir, Dani jarang datang ke warung Rina lagi. Bukan karena menghindar, tapi karena kini ibunya sendiri yang lebih sering berbelanja ke sana. Ibunya Dani sudah tak lagi repot seperti sebelumnya, sehingga ia bisa langsung membeli kebutuhan rumah tangga sekaligus bercengkerama dengan Rina dan ibu-ibu lainnya di warung.
1589Please respect copyright.PENANAqat8rbipVw
Hari ini, seperti biasa, ibu Dani datang ke warung Rina dengan senyum ramah. "Pagi, Bu Rina! Sehat, kan?" sapanya ceria.
1589Please respect copyright.PENANAOjtxilFGYb
Rina yang tengah menata dagangan mengangguk. "Sehat, Bu. Alhamdulillah. Mau beli apa hari ini?"
1589Please respect copyright.PENANAd92WHuTZrG
"Biasa, buat arisan. Sayur mayur, bumbu dapur, sama gula sekilo."
1589Please respect copyright.PENANAgVBNvdZd73
Sambil menimbang gula, Rina melirik sekilas. "Dani kok nggak pernah ke warung lagi? Udah betah di rumah?" tanyanya, nadanya terdengar seolah basa-basi, tapi ada sedikit rasa penasaran terselip di dalamnya.
1589Please respect copyright.PENANAWNBtwQ5p7g
Ibu Dani terkekeh. "Iya, dia sekarang lebih sering di rumah. Kalau nggak bantuin ayahnya, ya, ngurusin program buat desa."
1589Please respect copyright.PENANAICN1l707CX
Rina mengernyit. "Program buat desa?"
1589Please respect copyright.PENANALUHG83RQpt
"Iya, Dani sekarang aktif bantu-bantu buat majukan pertanian desa kita. Katanya mau cari cara biar hasil panen bisa lebih bagus dan gampang dijual ke luar."
1589Please respect copyright.PENANAFi8WScRVZT
Rina mengangguk-angguk, teringat bagaimana dulu Dani memang dikenal sebagai anak yang pintar. Tak heran kalau sekarang ia mulai mengambil peran lebih besar di desa.
1589Please respect copyright.PENANAZG9oDMRUTQ
Setelah berbelanja, ibu Dani berpamitan. Rina kembali sibuk melayani pembeli lain, tetapi di dalam hatinya, ia merasa ada yang aneh. Entah kenapa, sejak Dani jarang muncul, warungnya terasa sedikit lebih sepi.
--
1589Please respect copyright.PENANAFIGnXyrVx1
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali, Rina membawa bayinya ke posyandu di balai desa. Pemeriksaan berjalan lancar, dan setelah berbincang sebentar dengan ibu-ibu lain, ia bersiap untuk pulang.
1589Please respect copyright.PENANAk24T9sQvOD
Namun, begitu keluar dari balai desa, matahari sudah naik tinggi, menyengat tanpa ampun. Udara yang tadinya sejuk kini berubah menjadi gerah, membuat kulit terasa seperti dipanggang perlahan di bawah terik siang.
1589Please respect copyright.PENANA5bOQclb2xg
Rina berdiri di tepi jalan, menggendong bayinya yang mulai gelisah. Ia menunggu becak, tapi tak satu pun yang melintas.
1589Please respect copyright.PENANAl5PD3DoMRs
Keringat mengalir di pelipisnya, membasahi tengkuknya yang terasa panas seperti pasir pantai di siang bolong. Sesekali ia melirik ke arah jalanan yang sepi, berharap ada becak yang lewat, tetapi sejauh ini, hanya angin yang berhembus malas, membawa debu ringan dari tanah kering.
1589Please respect copyright.PENANAHKd7RITfpJ
Bayi di gendongannya mulai merengek, seolah ikut merasakan ketidaknyamanan ibunya. Rina menghela napas, mengayun-ayunkan si kecil pelan.
1589Please respect copyright.PENANAhiDduvEvwS
"Dasar becak-becak, kalau lagi butuh malah nggak ada satu pun!" gerutunya kesal, menyeka keringat di pelipisnya. Ia mulai bersiap untuk berjalan kaki, meski hatinya masih dongkol.
1589Please respect copyright.PENANAypV5n6gVw8
Namun, saat baru hendak melangkah, suara motor mendekat.
1589Please respect copyright.PENANANxkRppJzt8
"Bu Rina?"
1589Please respect copyright.PENANA4JuYv6cn44
Rina menoleh dengan dahi sedikit berkerut. Dari balik sinar matahari yang menyilaukan, ia melihat sosok pemuda yang sudah beberapa hari ini jarang muncul di warungnya—Dani.
1589Please respect copyright.PENANA7sLUjLm4Uq
Pemuda itu menghentikan motornya, lalu menatapnya dengan ekspresi santai. "Lagi nunggu becak, ya?" tanyanya.
1589Please respect copyright.PENANAvMP8MIQ0p0
"Nggak keliatan apa? Masa saya berdiri di sini nunggu ujan?" sahut Rina ketus.
1589Please respect copyright.PENANAqVTrT3wU23
Dani hanya terkekeh. "Becaknya nggak ada yang lewat, ya?"
1589Please respect copyright.PENANAeUjzid9rN3
"Ya iyalah! Kalau ada, saya udah naik dari tadi!" suara Rina terdengar kesal.
1589Please respect copyright.PENANAlJpL6Xr4C4
Dani melirik ke jalanan yang sepi, lalu menatap Rina lagi. "Kalau gitu, saya antar aja, Bu."
1589Please respect copyright.PENANAgA9xSKQEZY
Rina melotot. "Hah? Enggak! Ngapain repot-repot? Saya bisa jalan sendiri!"
1589Please respect copyright.PENANADnb2IkPuq9
Dani tersenyum kecil, sudah terbiasa dengan galaknya Rina. "Saya juga sekalian pulang, Bu. Nggak ada ruginya kok."
1589Please respect copyright.PENANAZnHEaQ0FfJ
Rina mendengus. "Nggak usah sok baik!"
1589Please respect copyright.PENANAobBUZmhHee
Namun, sebelum Dani sempat membalas, tangisan bayi Rina semakin kencang. Tubuh mungilnya bergerak gelisah, wajahnya memerah karena kepanasan.
1589Please respect copyright.PENANA7ceP1VuE9W
Rina berusaha menenangkan si kecil, mengayun-ayunkannya pelan. Namun, tangisannya justru makin menjadi-jadi.
1589Please respect copyright.PENANAda6xh6liRz
Dani menghela napas, lalu berkata lebih lembut, "Biar cepat sampai, Bu. Kasihan bayinya kepanasan."
1589Please respect copyright.PENANA9x81aju3HV
Rina memandang Dani dengan tatapan tajam, lalu kembali menatap anaknya. Hatinya masih keras, tapi ia tak tega melihat bayinya terus menangis.
1589Please respect copyright.PENANASR3ssckrSk
Dengan mendengus pelan, ia akhirnya mengangguk. "Tapi bawa motornya jangan ngebut! Kalau ada apa-apa, kamu yang tanggung jawab!"
1589Please respect copyright.PENANAmnzrVAXT1M
Dani tersenyum, menahan tawa. "Siap, Bu Rina."
--
1589Please respect copyright.PENANAEEvCJSeDAd
Dani merogoh tas kecil yang tersampir di bahunya, lalu mengeluarkan sebuah payung lipat berwarna biru muda.
1589Please respect copyright.PENANASiEB7YdNoa
"Ini, Bu. Buat nutupin bayinya biar nggak kepanasan."
1589Please respect copyright.PENANA08v2zRg1oW
Rina menatap benda itu dengan sedikit terkejut. Payung kecil… sederhana… tapi entah kenapa, terasa begitu berarti.
1589Please respect copyright.PENANA5SIu4eElEs
Ia menerima payung itu perlahan, membukanya untuk menaungi bayinya. Ketika bayangan payung itu melindungi anaknya dari terik, hatinya juga terasa seperti terlindungi.
1589Please respect copyright.PENANAXKy9fxmFeE
"Makasih," katanya singkat, tapi ada sesuatu dalam suaranya yang terasa berbeda—lebih lembut, lebih tulus.
1589Please respect copyright.PENANA2BTADmlMYY
Dani hanya tersenyum tipis sebelum kembali menyalakan motornya.
1589Please respect copyright.PENANAZ8hXEiOng9
Ketika motor mulai melaju, Rina merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya.
1589Please respect copyright.PENANAwSyNKKq4Pp
Perjalanan ini mungkin hanya dari balai desa ke rumahnya, tapi bagi Rina, rasanya seperti perjalanan ke tempat yang lebih dalam—ke relung hatinya sendiri.
1589Please respect copyright.PENANA4ApbtpstTG
Angin yang berembus membawa kehangatan, bukan hanya di kulitnya, tapi juga di jiwanya. Bayinya kini tertidur nyenyak dalam dekapannya, dan setiap kali motor melewati jalanan desa yang biasa, hati Rina justru melangkah ke tempat yang belum pernah ia jamah sebelumnya.
1589Please respect copyright.PENANAYJtiSqVNRQ
Di depannya, Dani mengendarai motor dengan tenang, begitu stabil, begitu bisa diandalkan.
1589Please respect copyright.PENANAbJp3Ky92o5
Rina menatap punggung pemuda itu. Punggung yang dulu hanya dikenalnya sebagai anak kecil yang suka berlarian di sekitar desa.
1589Please respect copyright.PENANAoZGZstRBt2
Kini, punggung itu terasa lebih kokoh, lebih kuat… dan entah kenapa, ia ingin bersandar.
1589Please respect copyright.PENANA5npAziqHdR
Rina menghela napas pelan, tetapi senyum kecil terbit di sudut bibirnya.
1589Please respect copyright.PENANASnbamCBEKj
Ini hanya tumpangan. Hanya beberapa menit di atas motor.
1589Please respect copyright.PENANAi1l5rfAEeF
Tapi kenapa… kenapa rasanya begitu istimewa?
1589Please respect copyright.PENANAjzf0bsaF3h
Kenapa rasanya ia ingin perjalanan ini lebih lama?
1589Please respect copyright.PENANAniq1NxCMqi
Untuk pertama kalinya, Rina tidak ingin cepat sampai.
--
1589Please respect copyright.PENANAPzuQiU1186
Motor berhenti tepat di depan rumah Rina. Angin yang tadi terasa hangat kini seolah membawa sesuatu yang berbeda—perasaan yang samar, tetapi perlahan mulai terasa nyata.
1589Please respect copyright.PENANAFbFvigYRa5
Rina baru saja hendak turun ketika Dani menoleh ke belakang dengan senyum sopan.
1589Please respect copyright.PENANA7OimKpHK5o
"Udah sampai, Bu. Saya pulang dulu, ya."
1589Please respect copyright.PENANAaytBsm4ber
Seketika, kehangatan yang tadi menyelimuti hati Rina perlahan luntur.
1589Please respect copyright.PENANARHXhteHE88
Begitu saja?
1589Please respect copyright.PENANAj1PJI75l3k
Matanya menatap Dani yang sudah bersiap menyalakan motornya lagi. Ada sesuatu dalam dirinya yang enggan melepas kepergian pemuda itu.
1589Please respect copyright.PENANA0W86uZWzac
Tapi tentu saja, ia tidak bisa menahan Dani lebih lama.
1589Please respect copyright.PENANALbPuRE5qet
Ia hanya bisa mengangguk pelan. "Iya, hati-hati."
1589Please respect copyright.PENANAiLS7ylTWQ6
Dani tersenyum tipis, lalu melaju pergi.
1589Please respect copyright.PENANAS0PbMAMwpu
Rina berdiri di depan rumahnya, menatap punggung Dani yang semakin menjauh—sama seperti tadi, tetapi kali ini ia merasa kehilangan sesuatu.
1589Please respect copyright.PENANAfWQH6yOde3
Tangannya masih menggenggam payung kecil yang diberikan Dani tadi.
1589Please respect copyright.PENANAUlbxlG3APH
Payung sederhana, tetapi kini terasa jauh lebih berharga dari yang seharusnya.
1589Please respect copyright.PENANAhRueQyenRj
Ia menggenggamnya lebih erat, seolah payung itu bisa menggantikan kehangatan yang perlahan menghilang bersama kepergian Dani.
1589Please respect copyright.PENANA1miqyFgR6J
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama… ia merasakan sesuatu yang menyesakkan dalam hatinya.
--
1589Please respect copyright.PENANAoPTGl0UJq1
Malam itu begitu sunyi.
1589Please respect copyright.PENANAJZ3NcO1wnv
Angin berembus pelan di luar, menyelinap masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Tirai tipis bergoyang lembut, seperti tarian bayangan yang meliuk tanpa suara.
1589Please respect copyright.PENANAZYKexEBffI
Di dalam kamar, Rina berbaring diam. Matanya menatap langit-langit, tetapi pikirannya mengembara jauh. Ada sesuatu yang terasa hampa di dadanya, seolah ada ruang kosong yang belum pernah ia sadari sebelumnya.
1589Please respect copyright.PENANANgzHdiYbjc
Sejak kapan perasaan ini muncul?
1589Please respect copyright.PENANAGpDhbxQAnm
Tangannya perlahan bergerak, meraba benda kecil di sampingnya—payung lipat yang tadi diberikan Dani.
1589Please respect copyright.PENANAHPqG0ROYkl
Benda ini seharusnya tak berarti apa-apa. Hanya payung. Hanya plastik dan logam yang ringan.
1589Please respect copyright.PENANAXf3mrPg1t2
Namun, saat jemarinya menggenggamnya erat, ada kehangatan yang menjalar pelan dari telapak tangannya menuju hatinya.
1589Please respect copyright.PENANAnGekTSeAsx
Ia menghela napas panjang. Angin kembali berembus, menyentuh kulitnya dengan lembut—seolah ingin mengingatkan bahwa ia sedang sendiri, hanya ditemani kesunyian yang terasa begitu nyata.
1589Please respect copyright.PENANAsoAVY5MccA
Dan di tengah sunyi itu, ada sesuatu yang mulai tumbuh dalam hatinya.
1589Please respect copyright.PENANAZ01aBVzyyU
Sebuah perasaan yang membuat dadanya bergetar.
1589Please respect copyright.PENANAfjr3BgCOgu
Sebuah perasaan yang menakutinya lebih dari apa pun.
1589Please respect copyright.PENANA7Zlm4uHvFX
Karena ia tahu, jika ia membiarkannya berkembang… ia tidak akan bisa berpaling lagi.
ns216.73.216.166da2