561Please respect copyright.PENANAbZy1Hued8X
561Please respect copyright.PENANADscqjcaQXh
Hari selanjutnya, Mereka berempat mencoba mencari pekerjaan lagi. Namun, lagi-lagi seperti kemarin mereka ditolak oleh orang-orang. Lantas menyerah dan pulang ke rumah. Begitupun rasa lelah dan lapar meski waktu makan siang masih dua jam lagi.
Nora sejak kehilang sosok ayah ia jadi lebih manja. Sangat suka mengekori ibunya. Saat ini Meldina tengah pergi mencoba mencari pekerjaan. Awalnya pun ia tak mengizinkan Nora ikut, tetapi karena rengekannya Meldina mengalah.
"Kalau begini, aku harus benar-benar pergi," ujar Theon di tengah keheningan mereka berempat di meja makan. Tempat yang menjadi berkumpulnya keluarga ini.
"Aku juga ikut." Seperti kemarin Seema juga ingin pergi bersama kakaknya.
"Tidak, kau akan tetap di sini. Ingat, kau perempuan." Lagi, Theon seperti kemarin juga, menolak.
"Apa kau bilang? karena aku seorang perempuan, jadi tak boleh pergi bekerja di tempat jauh." Seema menghela napas dan langsung mengebrak meja cukup kuat. "Hei! Aku juga bisa jaga diri, ingat umur kita hanya berbeda setahun," sungut Seema yang tak terima dia direndahkan.
Theon kesal, ia akan segera berkata lagi. Namun, Genio menyelanya. "Ya, sudah, kita berangkat semuanya."
"Gila, ibu bagaimana, hah!" Sentak Theon.
"Biasa saja, jangan berbicara seperti itu kepada Genio." Seema menatap dan berkata dengan nada yang tak kalah kesal juga.
Mereka berdua mulai berdebat. Karena Theon masih menolak keinginan Seema. Sedangkan Genio langsung terdiam, dia takut ketika kakaknya sudah marah. Gea yang berada di antara mereka, menonton dengan diam. Sampai ketika Theon dan Seema saling meninggikan suara.
Gea tiba-tiba merasakan sakit di kepala. Memegang kepala yang memakai ikat kepala oleh kain Merah maroon sehingga menutupi seluruh keningnya. Ia tak tahu kenapa, tapi kata Meldina ada luka yang tak ingin membuat Gea merasa malu. Ia sempat ingin melepaskan, tetapi Meldina melarang. Bahkan ketika mengganti ikan kepala pun harus Meldina yang melakukannya. Karena ia ingin jadi anak penurut, Gea tak pernah protes lagi soal itu.
"Aakh!" teriak Gea saat rasa sakit itu terasa begitu menyakitka. Membuat Theon dan Seema langsung menghentikan berdebatan yang tak tahu kapan selesainya.
Genio yang kebetulan berada di dekat Gea langsung memegang bahunya.
"Hei, Gea, ada apa?"
Theon dan Seema segera menghampiri Gea yang kini kedua tangannya memegang kepala kuat-kuat.
Di tengah rasa sakitnya, ia mendengar suara loceng saling saling bersahutan memenuhi indra pendengarannya. Lantas tubuhnya lemas dan pingsan.
****
Putih dan menyilaukan.
Gea membuka mata secara perlahan. Lantas ia terkejut, dirinya entah ada di mana di sini hanya warna putih dan sinar yang sangat terang di depannya.
Gea berdiri dari posisi duduknya. Sesekali ia pun harus menghalangi sinar itu dengan tangan kananya.
"Mengapa aku di sini?" batinya dengan penuh tanya.
Ia hanya berdiam di tempat sampai suara merdu nan lembut terdengar jelas.
"Kemarilah, ini sudah waktunya semua terlepas."
"Si-siapa itu?" tentu saja Gea takut. Apakah ia mati? Pikirnya yang mulai gemetaran.
"Ayo! Melangkahlah. Jangan takut, kau tidak mati justru kau akan abadi."
Suara itu muncul lagi, seakan-akan juga dapat membaca pikiran Gea. Gea pun tak luput dari kata penasaran. Baiklah, ia mulai menghilangkan rasa takut itu dan perlahan-lahan melangkah. Menuju cahaya yang menyilaukan.
Makin mendekati cahaya itu, semakin menyilaukan bagi mata Gea serta entah dari mana rasa sejuk terasa diseluruh badannya. Cahaya itu pun perlahan lenyap.
Semuanya berubah gelap dan Gea tak merasakan apapun.
"Gea! Gea! Bangunlah, jangan pergi." Meldina memanggil-manggil anak tengahnya dengan air mata yang terus membasahi pipinya.
Ketika perjalanan pulang, dia berpapasan dengan Genio tang terburu-buru. Lantas memberitahukan apa yang sedang terjadi.
Seperti waktu itu Meldina langsung panik, ia berlari sembari memegang tangan Nora.
Saat tiba di rumah dan melihat keadaan Gea yang terbaring dengan lemah seperti menahan sakit. Seketika itu jugan air matanya luruh, hal itu sangat mengingatkan dengan sosok Jaswan, suami tercintanya.
"Lihat! Matanya mulai terbuka," ujar Seema yang langsung membuat yang lain menatap ke arah Gea.
Gea perlahan-lahan membuka matanya, ketika telah membuka mata sepenuhnya Meldina langsung memeluk putrinya dengan rasa syukur yang besar. "Akhirnya kau bangun."
Segera, ketika Meldina melepaskan pelukannya Nora langsung memberikan air putih yang langsung diminum oleh Gea. Yang lain langsung merasa lega, terlebih lagi Theon yang berdiri di ambang pintu kamar Seema dan Gea.
Semuanya membiarkan Gea merasa tenang beberapa saat kemudian mulai mengajukan pertanyaan.
"Gea, tadi kenapa? Kau sakit?" tanya Seema terlebih dahulu dan ia hanya mendapatkan jawaban dengan gelengan lemah dari Gea.
"Aku tidak tahu, tiba-tiba kepalaku sakit dan tak ingat apapun." Meski, aku tak tahu apa yang tadi aku alami itu. Sambung Gea dalam hatinya. Ia masih belum berani menceritakan hal-hal aneh. Apalagi takut membuat ibunya merasa khawatir karena hal itu.
"Kalau begitu, mengapa kau bisa tak sadarkan diri selama tiga jam?" tanya Genio yang tengah berdiri dekat Theon. Hal itu membuat Gea cukup terkejut. Namun, Gea hanya menggelengkan kepalanya lagi. Yang lain pun mempunyai pikiran yang sama dengan Genio.
Meldina mengusap lembut puncak kepala Gea. "Ya, sudah, istirahat saja. Mungkin kamu kecapean."
Meldina pun langsung menyuruh yang lain ke luar kamar. Lantas mereka kembali berkumpul di meja makan.
"Mungkin gara-gara kalian berdua yang saling berteriak." Genio langsung berkata ketika ia baru saja mendudukan diri di kursi.
Sontak hal itu langsung dipeloti oleh Theon dan Seema. Lantas keduanya berpaling menatap sang ibu, Meldina.
"Maksudnya, kalian bertengkar? Apa yang menjadi penyebabkan. Sudah ibu katakan kalian sudah besar jangan bertengkar di depan adik-adik kalian," tutur Meldina dengan menatap keduanya yang menunduk.
"Kami hanya berdebat soal kemarin," Seema menjawab dengan nada rendah.
"Karena dia ingin ikut pergi juga bersamaku, ibu." Theon menimpal dengan sedikit menegakkan kepalanya.
"Aku juga bisa menjaga diri." Seema berkata dengan rasa kesal seperti tadi.
Saat Theon akan membalas perkataan Seema, Meldina langsung menghentikan itu.
"Sudah, hentikan. Lagipula ibu belum mengatakan setuju atau tidak untukmu Theon."
Semua terdiam, Nora dan Genio hanya menonton tanpa ingin ikut terlibat. Setelahnya, Meldina pergi meninggalkan meja makan, ia pergi masuk ke dalam kamarnya. Meninggalkan keheningan di meja makan.
561Please respect copyright.PENANAO5szlrrcuD
561Please respect copyright.PENANAvwd8wudF3T
561Please respect copyright.PENANAHTl7BwZqoy
561Please respect copyright.PENANAGijDxTN0eA
561Please respect copyright.PENANA9WbLj5TLLN
561Please respect copyright.PENANAKyWL7KreHd
561Please respect copyright.PENANA6OwIKHK1lD
561Please respect copyright.PENANAGRz87rEb6e
561Please respect copyright.PENANABOabdTzr9z
561Please respect copyright.PENANA0nBfelyRxV
561Please respect copyright.PENANA7XF3JKsu7G
561Please respect copyright.PENANAzgMucACPMt
561Please respect copyright.PENANAM28oA0So4A
561Please respect copyright.PENANAchf2azfQJB
561Please respect copyright.PENANAaSkclvVE8I
561Please respect copyright.PENANAUUv1YH5abA
561Please respect copyright.PENANAV1gbluSmEA
561Please respect copyright.PENANAM3Xg5KyKyN
561Please respect copyright.PENANAMFhEjssJTT
561Please respect copyright.PENANAQ9UiLDmtnr
561Please respect copyright.PENANAYtg0njBaqp
561Please respect copyright.PENANA8T2wh5tR6b
561Please respect copyright.PENANAZaFiz9Lv6z
561Please respect copyright.PENANAo6Uqp1xjUy
561Please respect copyright.PENANA9hd2J3SPCd
561Please respect copyright.PENANAUCMUxirmJu
561Please respect copyright.PENANA8KMSv2HO8T
561Please respect copyright.PENANA3LVeYm3JDp
561Please respect copyright.PENANAKvjAdPRSu5
561Please respect copyright.PENANAhuh0uKS1mK
561Please respect copyright.PENANAhWWRs9dALk
561Please respect copyright.PENANAhnDZNK0fgb
561Please respect copyright.PENANAaDFKyOagnS
561Please respect copyright.PENANATY8hIFVHAp
561Please respect copyright.PENANAqUQwtgwwFY
561Please respect copyright.PENANAhMSjZieG08
561Please respect copyright.PENANAo10QyO4r2y
561Please respect copyright.PENANA1jfXyOwgex
561Please respect copyright.PENANAbsaqANdNvn
561Please respect copyright.PENANAa2ZQqhquCX
561Please respect copyright.PENANA1ubFPsa7nZ
561Please respect copyright.PENANA6dqW2GrcT5
561Please respect copyright.PENANAunavFOgQaC
561Please respect copyright.PENANADn6AD2Ycdq
561Please respect copyright.PENANAaFvL707Mgh
561Please respect copyright.PENANAjW7f9IyDjZ
561Please respect copyright.PENANAMfmWkCEMRa
561Please respect copyright.PENANASf5GYcOeT5
561Please respect copyright.PENANAVDGv0cvult
561Please respect copyright.PENANA0svXkvwT4c
******561Please respect copyright.PENANAsoVzuTZzuh