x
Di salah salah satu perkampungan yang ada di Kerajaan Sandiakala, hiduplah seorang pemuda bernama Wira. Dia adalah seorang bandit kampung yang sering merampok rumah-rumah warga untuk mendapatkan koin emas atau barang-barang berharga lainnya. Pada malam ini, Wira tengah bersiap untuk merampok sebuah rumah dipinggir desa bersama dengan salah satu rekan bandit bernama Satya.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPbJKRPgV7j
"Malam ini kita pasti dapat banyak koin emas." bisik Wira sambil mengintip dari balik pohon besar didekat rumah sasaran mereka.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6U5ULJlk2B
Rumah itu nampak sunyi dan hanya diterangi oleh cahaya lampu minyak yang redup dari dalam.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYwp8rasZjS
"Ayo Wir, kita masuk lewat jendela samping." ujar Satya mengajak Wira sambil menepuk punggungnya.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡb2heHVpCAk
Dengan hati-hati, mereka mendekati rumah tersebut dan membuka jendela samping yang sudah longgar. Mereka merangkak masuk, langkah-langkah mereka nyaris tidak terdengar di lantai kayu yang berderit pelan. Di dalam rumah, mereka mulai mengambil koin emas dan barang-barang berharga lainnya yang tersimpan di peti kayu yang ada di sudut ruangan.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDef0vSMGYi
"Ambil semuanya Sat, cepat!" bisik Wira sambil mengisi kantongnya dengan koin-koin emas.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKtL5VrffuS
"Siap, panen kita Wir." ujar Satya dengan raut wajah yang senang dan bersemangat.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhC7AyCBNAj
Ketika mereka berdua tengah asik mengambil koin-koin emas, tiba-tiba pemilik rumah pun terbangun dari tidurnya. Seorang pria paruh baya tampak kebingungan saat ia melihat di dalam rumahnya ada dua orang misterius yang sedang mengambil-ambil barang miliknya.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdkiTqmT2fk
"Siapa kalian!? Apa yang kalian lakukan di sini!?" teriak pria paruh baya pemilik rumah tersebut dengan suaranya yang penuh akan ketakutan.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEX32q8D6Yj
Sadar aksinya diketahui sang pemilik rumah, Satya pun segera bertindak dengan mengarahkan pisau kearah pria paruh baya tersebut.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPBVwXOaOi9
"Diam!!! Jangan berisik!!! Kalo enggak saya bunuh kamu!" ujar Satya dengan penuh ancam sambil mengalungkan pisaunya ke leher pria pemilik rumah tersebut.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6KtwJV5YuF
"Tolong, jangan bunuh aku!" ujar pemilik rumah sambil gemetar ketakutan.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAXxtgmARpc
"Satya, hentikan! Kita bukan pembunuh. Kita hanya butuh koin emasnya saja. Tidak perlu sampai membunuhnya, jadi repot nanti urusannya." ujar Wira menghentikan Satya yang terlihat marah.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7QH5Z6sD80
"Kenapa tidak!? Akan lebih mudah jika dia tidak bisa berteriak minta tolong." ujar Satya sambil mendengus dengan mata tajam penuh amarah.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2GWfWYAR3T
"Aku bilang, kita bukan pembunuh!!!" ujar Wira manatap tajam pada Satya.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhENL241Qwy
"Baiklah. Tapi kalau dia berusaha kabur, itu salahmu." ujar Satya sambil menurunkan pisaunya dengan enggan.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyAGSKX7E3V
Mereka pun mengikat pemilik rumah tersebut di sebuah kursi dengan seikat tali. Satya mengikatnya dengan erat-erat, memastikan pemilik rumah tersebut tidak bisa bergerak. Namun, ketika mereka berdua kembali sibuk mengambil koin-koin emas dan barang-barang yang ada dirumah tersebut, pemilik rumah itu pun berhasil melepaskan salah satu ikatan tali dengan bersusah payah. Setelah berjuang keras melepaskan ikatan tali, pria pemilik rumah itu pun langsung belari keluar rumah sambil berteriak minta tolong.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzAauAnE4Sp
"Bandit!!! Bandit!!! Tolong ada bandit ngerampok rumah saya. Tolong!!!" teriak pemilik rumah meminta pertolongan.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPhUOrX6X8M
"Sial!!! Tuh kan, aku bilang juga apa! Sialan tua bangka itu." ujar Satya penuh emosi sambil langsung mengejar keluar pemilik rumah tersebut.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdHH5S8PMQK
"Satya, hentikan! Biarkan dia pergi" teriak Wira dengan sedikit panik.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfsD9pZLy7j
"Ahhh... Berisik kau!!!" ujar Satya, tidak menghiraukan Wira dan terus mengejar pemilik rumah yang masih berteriak meminta tolong.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaiHx6sSMfF
Sementara itu, Wira pun tetap di dalam rumah sambil tetap melanjutkan mengambil-ambil barang-barang yang berharga. Di sisi luar, Satya yang terus mengejar pun kini semakin mendekati pemilik rumah tersebut. Saat jarak antar mereka mulai mendekat, Satya pun segera melemparkan sebuah pisau. Dengan satu lemparan yang kuat, pisau Satya pun menancap tepat di kepala pemilik rumah tersebut dan membuatnya tewas seketika itu juga.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡl9H55Wpk6C
Namun sialnya, warga desa yang sebelumnya mendengar teriakan minta tolong sudah mulai berdatangan dan juga sempat melihat kejadian tersebut. Mengetahui ada seseorang di desanya yang dibunuh oleh bandit, para warga itu pun marah dan segera mengejar Satya.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIGA9MMFSSK
"Kejar dia!!! Jangan biarkan bandit itu lolos!" teriak salah satu warga dengan penuh emosi.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1Ua7Zw3I8e
Melihat para warga sudah mulai marah dan mengejarnya, Satya pun bergegas berlari menuju kembali ke dalam rumah yang ia rampok tadi.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCf5IsuIRtp
"Sial wira, kita harus pergi sekarang!" ujar Satya sambil berlari memasuki rumah tersebut.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRrf5cLle3o
Namun, ketika Satya sudah masuk kedalam rumah tersebut, ia tidak menemukan keberadaan Wira. Tak di sangka, ternyata Wira pjn sudah pergi meninggalkan Satya dari rumah tersebut.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlJwO8TscAc
"Kemana dia pergi? Sialan kau Wira!!! Pengecut kau!!!" ujar Satya terlihat marah sambil melempar barang-barang yang ada di rumah tersebut.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡt6zPGS3yCY
"Tunggu saja, aku akan menemukanmu!" ujar Satya dengan tatap mata yang tajam sambil bergegas pergi dari rumah tersebut.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnvuv3WtKjR
Sementara itu di sisi lain, Wira pun sedang berlari terengah-engah di tengah hutan yang rindang sambil membawa barang-barang jarahannya.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFhoKJOjoeC
"Dasar bodoh, Satya. Aku sudah dapat banyak koin emas dan barang-barang berharga ini tanpa harus berurusan dengan warga desa sialan itu." ujar Wira sambil tersenyum licik.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡexqmQDH76H
Wira pun merasa puas dengan hasil rampokannya malam ini. Dia tahu bahwa tindakannya semakin hari semakin berani dan berbahaya. Akan tetapi, kebutuhan dan kesukaannya terhadap koin-koin emas dan barang-barang berharga mengalahkan rasa takutnya.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZ5afIpRUoC
Setelah berlari cukup jauh dan mulai merasa aman, Wira pun memelankan larinya dan mulai berjalan dengan santai. Saat sedang terengah-enggah kecapekan, Wira pun tiba-tkna dikagetkan kemunculan sosok seorang pria yang duduk diatas batu. Seorang pria itu adalah pria yang muncul dan melakukan perjalanan waktu ke Kerajaan Sandiakala kemarin.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡx3NUhDhMib
"Malam yang sibuk, bukan?" ujar sosok pria tersebut menatap Wira dengan senyuman tipis.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4SOjM6esKc
Seketika Wira pun tersentak dan refleks tangannya memegang pisau dengan penuh kewaspadaan.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5fZlqyWDeH
"Siapa kau!? Apa yang kau lakukan di sini?" ujar Wira yang terkejut sambil mengaktifkan kewaspadaannya.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaThGQU6K1x
"Tenang, aku hanya seorang pengamat. Namaku Janaka." ujarnya sambil tersenyum tipis.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡu7QG4tDIxY
"Pengamat? Apa maksudmu?" tanya Wira, curiga.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8Cf87IVfY7
"Aku melihatmu berlari dari desa sebrang. Kau tidak sendiri bukan? Dimana temanmu?" ujar Janaka sambil berdiri dan mendekat.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡk7MmdPBxR7
"Darimana kau tahu tentang kami? Lagi pula itu juga bukan urusanmu! Urus saja urusanmu sendiri!" ujar Janaka yang mulai tegang.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡj6BzJywvP8
"Tenang saja Wira, aku tidak tertarik pada urusan kecil seperti itu. Tapi, sepertinya kau jauh lebih cerdas daripada temanmu itu." ujar Janaka sambil tertawa kecil.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeQEczQmXdy
"Bagaimana kau tahu namaku?" ujar Wira, terkejut pria bernama Janaka itu tahu namanya.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdX2o2nwlXm
"Aku punya cara tersendiri untuk mengetahui banyak hal yang ada di dunia ini." ujar Janaka menjawab Wira dengan tenang.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡifpOQvqxD0
"Kecerdasan dan kecerdikanmu tidak kau gunakan sebagaimana mestinya. Di masa depan kau mungkin akan kesulitan menghadapi masalah yang ditimbulkan oleh hal tersebut." ujar Janaka kepada Wira.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1X6AscRp5c
"Apa yang kau bicaran? Sebenarnya, apa yang kau inginkan dariku?" ujar Wira yang nampak bingung dan makin curiga.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeqUTZVE1dB
Janaka pun perlahan mulai berjalan mendekat kearah Wira dengan tatapan mata dan langkah kaki yang cukup santai.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡepDdMtnDtT
"Aku hanya ingin mengenalmu. Kau menarik perhatianku, itu saja." ujar Janaka sambil berjalan santai.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRGzvD35t4V
"Kenapa kau tertarik padaku?" ujar Wira yang merasa bingung, tetapi juga penasaran.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSmJLNePV31
"Kau tahu, dunia ini sangatlah unik. Ada banyak hal yang mungkin bisa kau pahami dan kau temukan di luar sana. Hidup ini lebih kompleks dari sekedar koin emas dan barang-barang murahan yang kau curi itu." ujar Janaka kepada Wira.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡa7mUfIiFwF
"Apa sebenarnya yang kau bicarakan bedebah!?" ujar Wira yang bingung dan sedikit kesal.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAJf6B9iAeE
"Minggir kau! Bicara tidak jelas, sialan orang gila!" ujar Wira yang mulai beranjak pergi meninggalkan Janaka.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmjlWsH5PhD
Dengan rasa acuh tak acuh, Wira pun memutuskan pergi meninggalkan pria yang bernama tersebut. Sementara itu, Janaka yang tadinya nampak tersenyum tipis pun kini ekspresi tersebut perlahan mulai menghilang dari wajahnya. Ia pun seketika menengadahkan kepalanya ke arah atas sambil melihat rindangnya pepohonan yang tinggi. Sambil menengadahkan kepalanya keatas, Janaka perlahan memunculkan sebuah senjata revolver berwarna hitam di tangan kanannya.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSahhtYlANc
Di sisi lain, Wira pun masih tetap berjalan meninggalkan Janaka dan terus menuju ke dalam hutan. Saat Wira tengah berjalan di hutan yang rindang tersebut, tiba-tiba terdengar suara ledakan yang kuat.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDoJ5fJlvPr
"Dooor!!!" suara ledakan dari sebuah tembakan pistol revolver milik Janaka.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjDhJ9TbMFt
Seketika itu juga sebuah peluru melesat dari pistol revolver tepat menuju ke arah belakang kepala Wira. Terkena tembakan tersebut, Wira pun langsung jatuh terseungkur ketanah. Sementara itu, terlihat Janaka masih menodongkan senjata pistol revolver hitam tersebut ke arah Wira yang sudah tergeletak ditanah.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRgE6JCv1f6
"Sialan!!! Sakit bangsat! Apa-apaan kau ini hah!?" ujar Wira yang ternyata masih hidup.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡp6VeEFI4RX
"Ohhh ilmu kanuragan kah? Ehmm... Kebal. Tidak heran sih, ilmu itu dengan mudah turun ke kamu." ujar Janaka dengan santai sambil memainkan pistol revolvernya.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡn0DLIaTFU0
"Hei-Hei! Kurang ajar dasar orang gila sialan!" ujar Wira dengan penuh amarah.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0H6Qpb8FMT
"Yaa... Perlawanan yang bagus, tapi percuma saja. Ilmu sehebat apa pun tak akan berkutik jika dihadapkan dengan waktu." ujar Janaka dengan santai namun tatapan matanya nampak tajam.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOwl8ObTATq
"Apa yang kau bica....? Uhhhk..... Uhhhhk... Uhuuuk... Uhuuuk..." ujar Wira yang tiba-tiba fisiknya menunjukan adanya perubahan masif.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuHhHzI9fPZ
Saat amarah Wira tengah memuncak dan ingin menghajar Janaka, tiba-tiba kondisi fisiknya pun nampak mulai berubah. Wira perlahan terlihat semakin menua dan mulai kelelahan tanpa sebab. Ia mulai batuk-batuk dan nafasnya juga mulai berat dan memendek.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJGfbJiMFll
"Uhuk...uhuk... Apa yang terjadi pada tubuhku?" ujar Wira yang semakin menua dan nampak rengkih.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3GrkybdKYv
Saat hal tersebut sedang berlangsung, Janaka hanya diam berdiri melihat kondisi Wira yang semakin menua. Tatapan matanya yang datar dan ia juga menyaksikan kejadian itu dengan tanpa ekspresi yang berarti khusus.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEA40ldpyPZ
"A... Apa yang ka....kau lakukan pa...padaku?" ujar Wira yang semakin menua dan uzur dengan terbata-bata.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTBDRIfrrJs
Setelah mengucapkan kata tersebut, seketika Wira pun mengering dan berubah menjadi kerangka tengkorak hingga pada akhirnya menguap ke udara menjadi debu-debu kecil yang berterbangan.
238Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ49Q6Ol5HRg
"Sepertinya ini akan menjadi semakin seru. Akan kunantikan bagaimana kau menangani masalah ini, alur waktu!!!" ujar Janaka dengan sorot mata yang serius sambil memegang pistol revolver hitam miliknya tepat di depan mukanya.
ns216.73.216.166da2
