285Please respect copyright.PENANApeYZKc5oCY
“MAKANYA, BAYAR!”
285Please respect copyright.PENANAtQbr7vkQnq
Teriakan itu, berhasil membuat Anin meringkuk di dapur. Tubuhnya tak bergeming, sesaat mendengar pekik kemarahan dari Debt collector yang sekarang Ayahnya sedang hadapi. Dia benar-benar tak siap akan hal ini, rasanya baru kemarin dia masih bisa makan enak dengan keluarganya yang lengkap. Sekarang, semuanya tiba-tiba menghilang. Ibunya pergi meninggalkan mereka, semua barang-barang bagus yang dia miliki dijual untuk menutup hutang yang ternyata terus menumpuk akibat kelakuan Ayahnya. Judi dan main wanita, dua hal yang ternyata berhasil menghancurkan kehidupannya yang serba ada. Dia pikir, hal-hal seperti itu hanya ada di sinetron saja, tidak pernah terbayangkan di benaknya kalau dia akan mengalami persis seperti yang dilihatnya di televisi.
285Please respect copyright.PENANAOplxr2yPKM
“Tolong kasih saya waktu, saya janji bulan depan saya akan bayar bunganya terlebih dahulu.” Balas Ayahnya.
285Please respect copyright.PENANAj2WRhz3AXw
“Waktu sudah kami berikan, bulan lalu bilangnya bulan ini. Sekarang, berubah jadi bulan depan. Mau sampai kapan ini?!” Bentak salah satu pria berbadan besar itu, Anin mengintip dari tembok dapur. Badannya yang besar serta kulitnya yang gelap saja sudah mampu membuat Anin bergidik ngeri, belum lagi suaranya yang menggelegar membuat siapa saja pasti ketakutan mendengarnya.
285Please respect copyright.PENANAX7s3dIoG6O
“Iya, saya mohon sekali. Ini untuk terakhir kalinya, bulan depan saya janji akan lunaskan bunganya terlebih dahulu.”
285Please respect copyright.PENANAmTvgTxd4qS
“Hei anjing, bulan lalu pun sudah kami kasih keringanan! Kalau bulan ini masih tidak lunas juga, kau pikir kami tidak dikejar-kejar juga dengan bank?!” Pria itu menarik kerah baju Ayah Anin, ditariknya hingga Ayahnya terangkat dari lantai. Anin ingin sekali menolong Ayahnya, namun apa yang bisa dia lakukan?
285Please respect copyright.PENANAHFnH06f4x3
“I-Iya, saya minta maaf. Tapi tolong sekali lagi saja, beri saya waktu untuk mengumpulkan uang.”
285Please respect copyright.PENANA7xucQv1knC
“Arrgghh! Nyusahin saja!” Pria itu kini mendorong tubuh Ayahnya hingga tersungkur ke lantai, refleks Anin sebagai anak adalah menghampirinya dan menolongnya.
285Please respect copyright.PENANAStkA4u9O5d
“Ayah! Ayah nggak apa-apa?!” Anin membantu Ayahnya untuk bangkit, namun Ayahnya terkejut melihat Anin keluar dari persembunyiannya.
285Please respect copyright.PENANAdDucNjzYVz
https://ibb.co.com/3T2hGkj
285Please respect copyright.PENANALMS2elPMBP
“Jangan kesini, Nin!”
285Please respect copyright.PENANAUneDUxisCh
“Siapa ini? Anak kamu?” Tanya pria itu. Ketika Anin melirik ke arahnya, sebuah senyuman yang mengerikan tercipta di wajahnya. Di belakangnya, tiga orang pria lain yang sama besarnya juga menyeringai ketika melihat Anin yang tiba-tiba muncul.
285Please respect copyright.PENANAPL0iJ8rvXb
“Jangan! Jangan… saya akan kumpulkan uang untuk membayar semuanya!” Ayah Anin bangkit dan segera memeluk Anin, melindungi dirinya dari tatapan mata pria-pria itu.
285Please respect copyright.PENANA703JcUU0YU
“Sebulan, ini yang terakhir kalinya. Kalau sampai bulan depan tidak ada juga, kamu tau harus bayar dengan apa.” Ancam pria itu. Tatapannya begitu kejam, Anin ketakutan dalam pelukan Ayahnya. Dia meninggalkan mereka berdua, keluar dari rumah bersama dengan tiga anak buahnya. Anin tidak bisa bergerak, bahkan setelah orang-orang itu pergi dia masih merasa tidak aman.
285Please respect copyright.PENANAH1ekp001ak
“Ayah…” Panggil Anin.
285Please respect copyright.PENANA8jZA0PYC6R
“Iya, Nin?”
285Please respect copyright.PENANA9tPegUAaw5
“Kenapa?”
285Please respect copyright.PENANA7Sy6GaIOtR
“Kenapa apa?”
285Please respect copyright.PENANAA7oh3qRdmB
“Kenapa ini semua harus terjadi?”
285Please respect copyright.PENANA44z7Ivdlog
“Maafin Ayah, Nin. Ayah khilaf, Ayah benar-benar minta maaf.” Ayahnya benar-benar menyesal, dia benar-benar tidak menyangka semuanya akan terjadi secepat dan sejauh ini. Dia bersimpuh di kaki Anin, meminta permohonan maaf dari anak semata wayangnya itu. Dia seharusnya cukup bersyukur, karena dia tidak ditinggalkan sendirian. Masih ada anaknya yang mau menemaninya, dan sudah sewajibnya dia menjaga baik-baik anak perempuan satu-satunya itu.
285Please respect copyright.PENANAt4VNCZSmym
Satu bulan, waktu yang diberikan oleh orang-orang itu untuk Ayah Anin melunasi hutangnya. Entah mencari keajaiban dimana untuk mendapatkan dana sebesar 2 milyar dalam waktu sebulan, sudah tidak ada tempat yang dia bisa pinjami semenjak perusahaannya pailit. Tidak ada lagi orang yang mempercayainya, bahkan teman-teman terdekatnya sekalipun sudah tidak mau memberikan bantuan apapun kepadanya. Dia benar-benar tidak punya apa-apa lagi, kecuali rumah ini dan anaknya yaitu Anin.
285Please respect copyright.PENANAJfIHDxmlZw
Anin benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, yang dia tahu Ayahnya harus mengembalikan sejumlah uang dalam waktu sebulan. Sebulan bukanlah waktu yang lama, dan bukan juga waktu yang cepat. Selama waktu itu, Ayahnya berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencari dimana dia bisa mendapatkan 2 milyar dalam waktu sesingkat mungkin. Dia harus mendapatkannya, guna menghindari kemungkinan terburuk yang bisa terjadi kalau dia tidak bisa membayarnya.
285Please respect copyright.PENANAvQNNLm0fxX
Namun sayang seribu sayang, tidak ada yang namanya keajaiban terjadi dalam kasus ini. Sepertinya untuk hal itu, hanya bisa terjadi di sinetron-sinetron. Di suatu siang yang cukup cerah, Anin pulang dari SMA tempat dia menimba ilmu. Di depan gerbang rumahnya, sudah terparkir dengan manis dua buah motor besar disana. Jantung Anin seketika berdebar dengan sangat cepat, apakah waktu sebulan sudah berlalu? Kenapa rasanya begitu cepat, bahkan Anin sama sekali tidak menyadarinya.
285Please respect copyright.PENANAI9FUZrJUSS
Rasanya kedua kakinya begitu berat untuk melangkah masuk ke dalam rumah, rasa takut yang teramat sangat langsung menyelimuti dirinya. Tapi dia juga harus tahu, apa yang terjadi di dalam. Tidak biasanya keberadaan mereka sesepi ini, seharusnya ada teriakan berisi makian yang terdengar hingga di posisi Anin sekarang.
285Please respect copyright.PENANA8Gv2ZQTSru
“AYAH!” Teriak Anin, sesaat melihat Ayahnya sudah terikat dengan mulut terplester. Siapa lagi kalau bukan mereka yang berbuat seperti ini kepada Ayahnya, Anin berlari menuju Ayahnya, dimana Ayahnya sendiri berusaha untuk memperingatkan Anin akan bahaya yang mengancam. Benar saja, belum sempat Anin mengambil langkah kelima, mulutnya sudah terbekap dengan sebuah tangan yang cukup besar. Tangan itu menutup sekujur wajah Anin, sekaligus mengangkat tubuhnya hingga sekarang dia merasa melayang tanpa tahu kemana dia dibawa. Dia masih mendengar suara, sebuah suruhan untuk membawa Ayahnya ikut kemana Anin akan dibawa.
285Please respect copyright.PENANADRP44T3n98
“LEPASIINNN!!” Perlawanan yang sangat tidak berarti Anin lakukan, hanya perlu sedikit tenaga bagi pria yang sekarang mengangkatnya untuk meredam perlawanan Anin.
285Please respect copyright.PENANAB4HbsX6MoR
“Hahaha, makan besar hari ini kita, Tim!”
285Please respect copyright.PENANA205ZZ7paQd
“Yoi, hahaha!” Balas pria yang bernama Timo, atau lebih tepatnya pria yang sedang menggendong Anin.
285Please respect copyright.PENANA6n6RlGHhOr
BUG! Dilemparkan ke atas kasur tubuh Anin, bekapan tangan Timo kini sudah tidak menghalangi pandangannya. Di depannya sekarang sudah ada tiga orang berbadan sangat besar, jauh lebih besar darinya bahkan Ayahnya. Ayahnya sendiri terduduk dengan kondisi tangan dan mulut terkunci, dia hanya bisa meraung-raung tanpa suara melihat anaknya akan menjadi alat pembayaran hutangnya. Inilah yang sangat amat dia takutkan, dan akhirnya ketakutan itu akan segera terjadi.
285Please respect copyright.PENANAK7Z95l84oA
“Gimana nih Jar, Jon?” Tanya Timo.
285Please respect copyright.PENANAJDYvGs4ZQS
“Langsung sikat aja kali, nggak usah pakai lama!” Balas Fajar.
285Please respect copyright.PENANAiIEChx4A0J
“Kecil banget sih dia, sudah dibagi-bagi.” Timpal Joni.
285Please respect copyright.PENANAptMpZ3qErn
“Ya udah, gue duluan ya.” Izin Timo kepada kedua temannya, dimana kedua temannya setuju untuk memberikan Timo kesempatan pertama. Itu semua karena Timo secara tidak langsung bertindak sebagai pemimpin mereka, semua tindakan yang akan mereka lakukan harus melewati Timo terlebih dahulu sebagai penentu, apakah tindakan tersebut boleh dilakukan atau tidak.
285Please respect copyright.PENANAJIudJWT4yb
“AAAHHHHHH!” Teriakan Anin bersatu dengan suara tersobeknya kain yang melapisi tubuhnya, seragam abu-abunya dengan mudah dihancurkan hingga berkeping-keping oleh Timo dengan kekuatan tangannya. Tak hanya seragam, rok abu-abu Anin pun dengan mudah dibelah menjadi dua oleh Timo. Urat-urat serta pembuluh darahnya mencuat dari otot tangannya kala merobek pakaian Anin. Sekarang hanya tiga hal yang masih membungkus tubuh Anin, bra, celana dalam, dan kaos kakinya.
285Please respect copyright.PENANAH3wGQW0Qk7
“Wah, sedap ini!” Komentar Timo, seraya tanpa aba-aba langsung menyerang bibir Anin. Anin melawan serangan itu dengan mengatupkan bibirnya rapat-rapat, namun semua itu tidak ada artinya. Tangan Timo menekan kedua pipi Anin, dengan mudah mulut Anin terbuka dan langsung saja lidah Timo masuk. Lidah itu mengaduk-aduk rongga mulut Anin, menggulat lidah Anin dengan sengitnya walau si pemilik lidah sebenarnya tidak mau.
285Please respect copyright.PENANAL5sStYUGrf
“Mmmpphhh! Mmmhhhh! St-stoppp!” Anin berusaha mendorong tubuh Timo untuk menjauh, namun sama sekali dia tidak bisa mendorong tembok raksasa yang ada di depannya. Bibir Timo selesai berurusan dengan bibir Anin, dia kemudian menjelajah ke bagian tubuh Anin yang lain. Lehernya, belakang telinganya, tulang belikat yang berada di dada atas Anin. Semuanya tak luput dari jilatan lidah nakal Timo, rasanya sangat menjijikkan untuk Anin. Anin hanya bisa memejamkan matanya, berharap ini semua hanyalah bunga tidurnya semata. Tapi sepertinya ini semua bukanlah sekedar mimpi, ketika Anin merasakan sesuatu mencaplok salah satu bagian sensitifnya.
285Please respect copyright.PENANAACnnTRJi1Q
”A-AAHHH! NNGGHHH… JA-JANGAN!!”
285Please respect copyright.PENANA7O1iUyRK1B
Walau dadanya tidak berisi apapun, bahkan secuil lemak pun absen dari sana. Hanya ada puting payudaranya yang menghiasi dadanya, tetap saja Timo melahapnya dengan kesetanan. Tidak ada yang bisa dia pijat dengan tangannya, sehingga tangannya yang menganggur mulai merogoh-rogoh mencari kenikmatan lain yang bisa dia berikan kepada Anin. Satu-satunya tempat yang bisa memberikan itu adalah vaginanya, yang masih tertutup dengan celana dalamnya. Celana dalam itu mengganggu, pikir Timo. Sehingga, dirobek-robeklah celana dalam itu hingga sekarang hanya ada satu hal yang masih membungkus tubuh Anin, yaitu kaos kakinya.
285Please respect copyright.PENANASp377iftK0
“Wooow! Bulunya rapi bener!” Ujar Joni.
285Please respect copyright.PENANAcW5GRrD7kW
Celah di antara kedua belah paha Anin, dimana disana terdapat sebuah hutan kecil yang begitu indah. Bulu-bulu halus kemaluannya, yang tumbuh dengan begitu rapi menutupi belahan daging kemaluannya. Ada ekskavator raksasa yang sekarang sedang mengaduk-aduk hutan mungilnya, itu adalah tangan raksasa Timo. Tangan itu mengelus-elus bibir vagina Anin, akibat tangan Timo yang bermain di sana, Anin mendapatkan sensasi yang tidak pernah Anin rasakan sebelumnya. Respon tubuhnya yang menerima sensasi itu adalah menggelepar seperti ikan yang kehabisan oksigen, mulutnya yang megap-megap berusaha untuk meraih udara agar masuk ke dalam paru-parunya. Sensasi ini membuat dia kesulitan bernafas, apalagi ketika jari-jari kasar nan besar Timo mulai mengobok-obok liang kewanitaannya.
285Please respect copyright.PENANApW8tk930FG
“A-Ayaahh… t-tolong Anin–nnngghhhhh! To-Tolonggghhhh…”
285Please respect copyright.PENANArSmHfj4JXF
Meminta tolong kepada Ayahnya, yang sekarang tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Ayahnya hanya bisa menangis, meraung-raung tanpa bisa mengeluarkan suaranya sedikitpun. Hatinya jelas hancur berkeping-keping, melihat anaknya yang dia jaga dengan hidupnya sedang dihancurkan oleh kesalahannya sendiri. Seandainya dia tidak melakukan dosa-dosa itu, jika dia tidak menuruti nafsunya hingga dia sampai harus berhutang kesana kemarin. Mungkin orang-orang ini tidak akan melakukan kejahatannya kepada Anin, bahkan mungkin mereka tidak akan pernah menyentuh lantai rumah ini.
285Please respect copyright.PENANAFS5DcBzfhD
“JA-JANGAANNN! JANGAANN! A-AYAAHH! TOLO–AAAAKKKKHHHHHHH!!”
285Please respect copyright.PENANAkmia9ZzpsW
Semakin keras teriakan Ayahnya, kala melihat Timo sekarang sudah mulai penetrasi penisnya pada vagina Anaknya. Vagina Anin yang mungil itu harus menerima penis Timo yang sangat besar, semua orang yang melihatnya pasti akan menyerngitkan dahi mereka. Apa bisa penis sebesar itu masuk ke dalam liang kewanitaan Anin?
285Please respect copyright.PENANAvY6y4xOqvS
“Anjing, sempit banget memeknya!” Ujar Timo.
285Please respect copyright.PENANAcAWZCwBKK7
“Iyalah, kau liat aja badannya sekecil apa. Mati itu anak kalau kau paksa, hahaha!” Balas Fajar.
285Please respect copyright.PENANA4XSSUcYzwa
Anin menjerit, merasakan penis Timo melesak masuk ke dalam vaginanya yang belum pernah menerima apapun masuk. Rasanya seperti tubuhnya akan terbelah dua, kala benda itu semakin dalam masuk ke vaginanya.
285Please respect copyright.PENANAfFHpyKmC0m
285Please respect copyright.PENANAiZU8bSFjy7
285Please respect copyright.PENANA0SVweMaz7u
“St-stoppp… Ayaahh… tolong Anin–AAAAHHHHHHH! AYAAAHHHHHH!!” Pekik Anin, meraung keras memanggil Ayahnya kala penis Timo merobek selaput daranya. Sebuah tawa kencang menggelegar, sesaat sang pemilik penis merasakan kalau dia telah merobek sesuatu yang sangat berharga bagi Anin. Tangis Anin terdengar semakin pilu, tenggorokannya seperti menahan teriak kesakitan yang sangat ingin keluar dari sana.
285Please respect copyright.PENANAWzz3N3EPUQ
“Gila, kontol lo sampe nyeplak gitu!” Kata Fajar, kala melihat penis Timo tercetak di perut bagian bawah Anin. Penis itu bergerak semakin naik, hingga akhirnya sampai di relung terdalam kemaluan Anin. Timo membiarkan penisnya melebarkan jalurnya, dinding vagina Anin harus membiasakan diri kala penis raksasa Timo akan keluar masuk dari sana.
285Please respect copyright.PENANAo6FN3a6Jy7
Ketika Timo menarik penisnya, darah segar menodai penisnya. Kesucian Anin telah direnggut olehnya, dan dia sangat senang akan hal itu. Tubuh Anin tersentak, sesaat Timo kembali membenamkan penisnya ke dalam liang kewanitaan Anin. Rasanya sangat sesak sekali sempitnya lubang kemaluan perempuan perawan ini. Timo berusaha keras terus melesakkan batang kemaluannya ke lubang kemaluan Anin, cairan pelumasnya sama sekali tidak membantu.
285Please respect copyright.PENANA8BUWggwOUZ
“A-Aakkkhhh… u-udahh… sa-sakithhh…”
285Please respect copyright.PENANAwRGK1DnETx
Anin merintih kala Timo mulai memompa penisnya keluar masuk dari rongga vaginanya, kedua tangannya mencengkram erat pinggul Anin untuk membantu memaju mundurkan tubuhnya. Anin sendiri sudah tak mampu melawan, tubuhnya kram akibat rasa sakit yang luar biasa. Raut wajahnya sangat jelas menunjukkan kalau dia sama sekali tidak menikmati ini, hanya ada rasa sakit yang dia rasakan, baik untuk fisiknya maupun mentalnya. Semakin lama, Timo semakin mempercepat tempo genjotannya hingga tubuh Anin tersodok-sodok dengan cepat, tubuhnya juga menggeliat-geliat kesana kemari.
285Please respect copyright.PENANAHwTBi1sAj1
“Ooohh! S-stoop! A-aakhh! Aaahh! Auuhh! Jangaan! Aaahh!” Suaranya tidak lagi tertahan, kini semua bisa mendengar dengan jelas rintihan Anin. Timo semakin terbakar nafsu kala mendengarnya, pinggulnya bergerak semakin cepat dan semakin keras. Anin semakin terlihat kepayahan, tubuhnya melemah namun Timo malah menggenjotnya dengan tempo yang cepat.
285Please respect copyright.PENANAJNaLM1jxP2
Timo bosan dengan posisi misionaris yang mereka lakukan, dia membalikkan tubuh Anin tanpa mencabut penisnya dari vagina Anin. Sontak Anin berteriak, sesaat vaginanya terasa dikoyak akibat gerakan tiba-tiba yang dilakukan Timo. Setelah tubuh Anin telungkup, dia menarik bokongnya agak naik. Kembali dia hantamkan penisnya di liang peranakan Anin, kembali lagi terdengar rintihan dan erangan tanda Anin kesakitan.
285Please respect copyright.PENANArjaorMvQkJ
“B-Baang… udaahh! Ooohh… sa-sakiithhh! Aaahh! Baang! Aaahhh!” Anin memohon agar Timo menghentikan genjotannya, tapi apa pedulinya? Justru dia melakukan sebaliknya, dengan menanamkan penisnya semakin dalam di liang vagina Anin. Batang kemaluan Timo dengan gaharnya mengaduk-aduk lubang kemaluan Anin hingga tubuhnya tersodok-sodok. Sesekali Timo putar-putar pinggulnya, yang membuat tubuh Christy kembali kelojotan dan dari mulutnya terdengar desahan-desahan kecil.
285Please respect copyright.PENANABAXIOvzTG6
“Sa-Sakithhh! Aahhhh… St-stoopphh! Aaahhhhh!”
285Please respect copyright.PENANA1QDsWMkGGq
Selang beberapa menit Timo menyetubuhi Anin, dia mulai merasakan spermanya merayap naik dari buah zakarnya. Segera dia peluk tubuh mungil Anin, dia dekap agar tubuhnya tetap berada di dalam kendalinya dan tidak tersentak-sentak terlalu keras. Denyutan penis Timo semakin cepat, dan disaat yang bersamaan vagina Anin juga berdenyut-denyut. Mereka sama-sama menjemput puncak kenikmatan masing-masing, namun hanya Timo yang begitu bahagia, Anin sama sekali tidak.
285Please respect copyright.PENANABbpJqfKCEn
Entah berapa banyak mani yang Timo tembakkan di dalam vagina Anin, yang jelas sperma itu meleleh keluar dengan derasnya. Anin tampak begitu panik, matanya menunjukkan kekalahan dan kepedihan. Dengan tatapan sayu dia memandang Timo dikala dia mengejang menyemprotkan tetes air maninya yang terakhir.
285Please respect copyright.PENANAiZ4cDJ64IY
Timo mundur, puas sudah dia menikmati tubuh mungil perawan satu itu. Kini Fajar dan Joni maju, mereka ingin menggunakan Anin secara bersamaan. Joni bersiaga di bagian belakang, dimana dia mengangkat pinggul Anin hingga sejajar dengan selangkangannya. Dibukanya bibir vagina Anin, disaat dia melakukan itu sisa-sisa sperma Timo terlihat kembali mengalir keluar. Sudah tak sabar dia untuk mencicipi vagina ranum itu, penisnya yang tak kalah besar dari Timo perlahan mendobrak masuk ke dalam lubang kemaluannya. Anin menarik nafas panjang, matanya kembali berair dan wajahnya memerah padam kala penis Joni semakin menyesap masuk ke dalam vaginanya. Rintihan-rintihan kecil sedikit terdengar, walau sudah merasakan milik Timo tapi tetap saja rasanya nyeri menerima penis milik Joni.
285Please respect copyright.PENANAOR6htCrv0M
“Buka mulutnya dong sayang.”
285Please respect copyright.PENANAR5aS8qytAC
Fajar, di sisi lain, sudah siap untuk mengisi rongga mulut Anin dengan penisnya. Bau apek langsung tercium untuk Anin kala penis itu mendekati hidungnya, bulunya yang sangat lebat terlihat sangat menjijikkan bagi Anin. Anin menutup rapat mulutnya, walau dia sangat ingin menyuarakan rasa sakit yang dia rasakan sekarang. Tapi Fajar tentu saja tidak menerima penolakan dari Anin, dipaksanya mulut itu untuk terbuka. Kedua pipi Anin ditekan dan hidupnya ia tutup, Anin yang kesulitan bernafas mau tidak mau harus menggapai oksigen dari mulutnya. Saat mulut itu terbuka, langsung saja Fajar memasukkan penisnya ke dalam. Mulut itu hanya bisa menerima kepalanya saja pada awalnya, namun perlahan rahang Anin mulai renggang sedikit demi sedikit. Penis Fajar pun mulai masuk sedikit demi sedikit, tapi penisnya hanya mampu masuk setengahnya saja, jalur mulut Anin terlalu kecil untuk menerima penis Fajar.
285Please respect copyright.PENANA2EkLUpdrk3
“Eeummpphh! Uummphh! Eummphh! Ummpphh!”
285Please respect copyright.PENANA2rmiAVG4Ru
Mulut Anin terkunci, ada penis Fajar yang sedang mengisi rongga mulutnya. Di belakang, ada Joni yang sedang menghujamkan batang kejantanannya ke vagina Anin. Hancur sehancur-hancurnya, itulah yang Anin rasakan sekarang. Air matanya sudah kering, dia tidak bisa lagi menangis, kalaupun ada yang mengalir dari matanya mungkin itu adalah darah. Rasa nyeri tidak pernah hilang dari tubuhnya, walau dia sudah merasakan orgasme pertamanya, tapi itu semua diluar kendali pikirannya. Dia sama sekali tidak menikmati orgasmenya, yang ada rasanya semakin menyakitkan.
285Please respect copyright.PENANAF9BrLUXCOz
Semakin lama hujaman penis mereka semakin cepat, vagina Anin mulai terbiasa dengan adanya benda tumpul nan besar itu mengobok-obok liang vaginanya. Mulutnya sendiri sudah kram, gerakan kasar yang Fajar lakukan membuat rahangnya seperti kapan saja bisa lepas. Di titik ini, Anin sudah menyerah. Dia tidak bisa melawan mereka secara fisik, namun otaknya sekuat mungkin tidak menerima apa yang mereka lakukan.
285Please respect copyright.PENANASBvjas4gPD
“Jon, aku mau bo’ol nya!” Ujar Fajar, dia melepas penisnya dari mulut Anin. Sejenak Anin bernafas lega, akhirnya rahangnya bisa beristirahat. Namun, dia tidak sadar kalau akan ada hal yang lebih menakutkan segera Fajar lakukan.
285Please respect copyright.PENANAUfo51gX4OQ
“Sabar dulu, aku mau keluar sebentar lagi!” Balas Joni, Fajar akhirnya mengalah dan menunggu temannya yang akan segera ejakulasi. Beberapa saat setelah itu, tubuh Joni mengejang kala dia melepaskan muatan spermanya di rahim Anin. Sperma miliknya langsung meluber keluar sesaat dia menarik keluar penisnya dari vagina Anin, kedua kalinya Anin menerima hangatnya mani milik pria.
285Please respect copyright.PENANA2uXVjILUu9
Fajar bertukar tempat dengan Joni, dengan sedikit kasar Fajar mengusap-usap selangkangan Anin sampai-sampai tubuhnya kembali menggeliat. Tapi tujuan utama Fajar bukanlah vagina Anin, dia mengusap-usap selangkangannya hanya untuk mendapatkan pelumas dari vaginanya. Setelah dirasa cukup, jari-jari Fajar mulai menusuk masuk ke dalam anus Anin. Sontak Anin berteriak, merasakan ada sesuatu yang masuk ke dalam lubang duburnya. Awalnya hanya satu jari, setelah itu ia menambah jari tengahnya.
285Please respect copyright.PENANA59OFa7d2FF
“B-BAANGGG! UUUMMMHHHH! JA-JANGAN ITUU!!” Merasa anusnya mulai dilebarkan secara paksa, rasa nyeri jelas tak terhindari. Anin berteriak memohon untuk Fajar menghentikan percobaannya, namun Fajar malah menambah lagi jari yang masuk ke anus Anin. Kini jari manisnya ikut masuk dan melebarkan otot dubur Anin, semakin keras terdengar pekikan dari mulutnya.
285Please respect copyright.PENANAJ7s6AbsUf6
Teriakan Anin benar-benar menghancurkan hati Ayahnya hingga berkeping-keping, dia sendiri tak sanggup melihat kondisi Anaknya sekarang. Dia hanya menundukkan kepalanya, namun telinganya tak bisa menolak suara yang masuk ke kepalanya. Dia sekarang hanya berharap kalau pendengarannya segera dicabut, agar tidak mendengar rintihan dan teriakan penuh rasa sakit dari anaknya.
285Please respect copyright.PENANADnfgwPX32w
“AAAAAAAAHHHHH!!”
285Please respect copyright.PENANAei6SwiVHvc
Seandainya Ayahnya mau melihat apa yang terjadi sekarang, mungkin dia akan semakin hancur. Fajar kini mulai menyodomi anaknya, tubuh Anin kini dalam posisi bersujud dengan kepalanya yang mendongak menatap langit-langit. Ekspresi wajahnya sangat menunjukkan betapa horror kondisinya sekarang, wajahnya cantiknya terlihat miris sekali, mulutnya menganga membentuk huruf “O” dan Fajar berada di belakangnya tengah asyik menanamkan batang kemaluannya yang besar itu ke dalam dubur Anin.
285Please respect copyright.PENANAD8vkkf3Vxs
“Anjing, sempit banget!” Ujar Fajar.
285Please respect copyright.PENANApcSy8TaR3t
“Mati itu anak bentar lagi, hahaha!” Balas Timo.
285Please respect copyright.PENANAtzY7cDqcrh
Sepertinya omongan Timo akan segera terwujud, rasa sakit yang dialami Anin sudah berada di batas toleransinya. Apalagi ketika lubang anus Anin dihujani sodokan-sodokan batang kemaluan Fajar, ia melakukannya dengan gerakan yang cepat dan kasar sampai-sampai tubuh Anin terdorong-dorong dan tersodok-sodok dengan keras. Melihat apa yang sedang terjadi, Timo merasa birahinya naik lagi. Sebuah ide terlintas di benaknya, dan ketika dia menyuarakan ide itu semuanya langsung setuju. Kecuali Anin, yang menjadi korban disini.
285Please respect copyright.PENANAb1uKaCJDtX
Fajar melepas kembali penisnya dari dubur Anin, sedikit ada rasa lega dalam diri Anin karena anusnya kini terbebas dari sumpalan batang kejantanan Fajar. Namun, tiba-tiba Fajar mengangkat tubuh Anin dan mengarahkannya ke atas tubuh Timo yang sudah siap dalam posisi rebahan. Anin meronta, namun tetap saja Timo berhasil menyarangkan batang kejantanannya ke dalam vagina Anin dengan bantuan Fajar.
285Please respect copyright.PENANARU4Qn42qou
“Nngghhhh! Udaaahhhhh… a-aaahhhhhhhh!”
285Please respect copyright.PENANAkdB1eKaLcU
Tubuh Anin tersentak saat penis Timo kembali masuk ke vaginanya, disaat yang bersamaan tubuhnya bergetar hebat dengan dadanya yang membusung. Dia orgasme lagi, rangsangan demi rangsangan yang menumpuk akhirnya meledak. Nikmat yang dia rasakan sekarang hanyalah sesaat, karena setelah itu Fajar kembali mencoba untuk mempenetrasi duburnya. Lubang anus Anin yang sudah mekar membuat penetrasi Fajar tidaklah sulit.
285Please respect copyright.PENANAkHrwBVWeqx
“Lo masukin dua-duanya bisa beneran tewas itu anak!” Komentar Joni.
285Please respect copyright.PENANABpZ1ZpytjN
Benar yang dikatakan Joni, sekarang Anin menerima hujaman penis dari dua lubang yang berbeda. Duburnya diisi oleh Fajar, dan vaginanya oleh Timo. Batas toleransi Anin terhadap rasa sakit yang dia rasakan akhirnya terlewati, rasanya isi perut Anin sedang diobok-obok oleh kedua penis yang ukurannya nyaris sebesar lengannya. Bayangkan benda itu masuk lewat anus dan vagina Anin, tubuhnya yang mungil itu jelas kesulitan menerimanya. Tidak ada suara rintihan lagi yang keluar dari mulut Anin, mungkin karena suara tertahan di tenggorokannya akibat menahan rasa sakit yang dideritanya. Tubuhnya masih kaku menegang, raut mukanya kini meringis-ringis, dan mulutnya masih saja menganga terbuka.
285Please respect copyright.PENANAv7e8ROlMXn
“Oohh… b-bang… u-udah… ngghh aahhh…”
285Please respect copyright.PENANAmXgwMvxoTR
Terdengar suara erangan, namun suara itu begitu lemah. Semakin lama, suara itu semakin padam. Lama-lama bahkan menghilang, mata Anin terpejam seraya kesadarannya yang melayang entah kemana. Kedua monster yang sedang menggaulinya jelas tidak peduli ketika hal ini terjadi, mereka hanya peduli betapa nikmatnya kemaluan dan dubur Anin. Selama beberapa menit, tubuh Anin terkulai tanpa kesadaran.
285Please respect copyright.PENANAFuc380Q6zX
Erangan pejantan yang menyetubuhi dan menyodominya semakin keras, tubuh mereka juga bergerak semakin liar. Fajar berteriak, seraya ia semakin cepat menggenjot lubang anus Anin. Tiba-tiba genjotannya berhenti, tubuhnya nampak menggelinjang dan dari mulutnya keluar pekikan kecil yang disusul oleh desahan yang penuh dengan kepuasan. Fajar berejakulasi dilubang dubur Anin. Setelah itu tubuh Fajar pun ambruk di samping tubuh Anin.
285Please respect copyright.PENANA0AShPTEUw7
Timo menyusul Fajar beberapa saat kemudian, pinggulnya mengejang seraya sodokan penisnya menjadi tidak beraturan. Erangan kecil keluar dari mulutnya, seraya membenamkan penisnya semakin dalam di vagina Anin, mengisi rahim Anin dengan spermanya lagi. Kedua lubang milik Anin mengalirkan cairan kental berwarna putih milik dua orang yang baru saja menggaulinya, tubuh Anin dibuang begitu saja di kasur. Ekspresi begitu puas bermain dengan Anin tercetak di wajah-wajah mereka, apalagi Timo yang dua kali mengisi liang kewanitaan Anin dengan lahar panasnya.
285Please respect copyright.PENANADCG4NHOEym
“Makasi ya, dengan ini bunga nya lunas. Inget, masih ada tagihannya, kalau bulan depan kau nggak bayar…” Timo mengangkat kepala Ayah Anin, memaksanya untuk melihat kondisi anaknya yang sudah terkapar tak berdaya di atas kasur. Tangisnya langsung pecah, tangis itu dibalas tawa yang menggelegar dari ketiga iblis yang berada di depannya. Timo dan Joni melepas ikatan tangan dan kaki Ayah Anin, begitu terlepas dari kursi dia langsung berlari dan melihat kondisi anaknya.
285Please respect copyright.PENANAWXk4UNgaIy
“Sayang, bangun nak… maafin Ayah… maafin Ayah, Anin…”
285Please respect copyright.PENANAWzqUFXEwHV
Tidak ada jawaban dari anaknya, karena tidak ada kesadaran di dalam diri Anin. Tubuhnya shock menerima perlakuan monster-monster itu, tubuhnya menjadi kaku dengan jantung yang berdetak sangat lemah. Ayahnya terus memeluk Anin, tangisnya terdengar begitu pilu. Tidak ada rasa sakit yang sebanding, tidak ada rasa penyesalan yang lebih besar dibanding sekarang.
285Please respect copyright.PENANAqEhS3rnagy
Sesaat Ayahnya menoleh ke belakang, sudah tidak ada lagi ketiga pria itu. Mereka menghilang, sudah pergi meninggalkan rumah ini. Namun mereka tidak pergi selamanya, mereka pasti akan kembali dan membawa bencana yang sama. Ayah Anin harus kembali memutar otak, untuk mencegah bencana yang sama kembali menimpa keluarganya.
ns216.73.216.97da2