Ustad Cabul
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2MJv4p68dq
Di sebuah daerah di Pulau Jawa yang dikenal akan kuatnya tradisi keagamaan, kehidupan masyarakat berputar di sekitar pengajian-pengajian dan pesantren-pesantren yang tumbuh di berbagai pelosok. Dari lembaga-lembaga inilah lahir para ustad dan santri yang dianggap suci, pewaris ilmu agama, dan pembimbing umat. Di balik kesalehan itu, tersimpan kisah yang tak terduga kisah yang bermula dari sebuah desa kecil di pinggiran kota besar.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTqIS0kQivm
Desa itu tenang, masyarakatnya hidup rukun, bahkan hubungan antarumat beragama begitu harmonis. Namun, di balik kedamaian itu, tampak jelas jurang kesenjangan sosial yang memisahkan antara muslim dan non-muslim.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWLzYlZtngM
Mayoritas warga muslim hidup dalam kekurangan. Pandemi yang baru berlalu, disusul musim paceklik yang melanda sawah dan ladang, memaksa banyak kepala keluarga untuk merantau mencari nafkah ke luar daerah. Sementara itu, warga non-muslim justru tampak lebih mapan, karena rata-rata usaha mereka berdiri di luar desa, bahkan di kota besar.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJJ5zMjnaSE
Suatu hari, datanglah dua musafir dari sebuah pesantren ternama. Mereka adalah ustad muda yang tengah berdakwah berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Ketika tiba di desa itu dan melihat kondisi umat muslim yang terpuruk, mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan. Mereka ingin menetap dan membantu memulihkan kesejahteraan umat.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEYVApWfbKk
Kebaikan hati menyambut mereka. Pak Togar, sang kepala desa yang beragama non-muslim dan dikenal bijak serta dermawan, mengizinkan keduanya tinggal di rumahnya. Ia telah lama menduda sejak istrinya meninggal sepuluh tahun lalu. Di rumah itu, ia tinggal bersama anaknya, Sitor, yang berusia 25 tahun, dan menantunya, Lina, yang telah lima tahun menikah namun belum juga diberi keturunan.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡozbHePRAfQ
Namun keajaiban terjadi Lina akhirnya hamil setelah meminum air yang telah dibacakan doa oleh seorang ustad yang pernah singgah sebentar di desa itu. Sejak saat itu, Pak Togar menaruh rasa hormat yang tinggi kepada para ustad, dan saat Ustad Karim dan Ustad Ijal memutuskan tinggal, ia menyambut mereka dengan tangan terbuka tak tahu bahwa dari rumah itulah, kisah kelam akan bermula.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡe8rul25M4t
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFcKqubHzcf
Yang tak diketahui oleh warga desa dan bahkan oleh Lina, sang menantu adalah bahwa Ustad Karim dan Ustad Ijal bukanlah pendakwah sejati. Mereka adalah buronan, pelarian dari kasus perampokan dan pemerkosaan di luar daerah. Dulu, mereka sempat mondok di sebuah pesantren kecil dan hanya mempelajari agama sebatas untuk menipu. Mereka paham cara bicara lembut, membaca ayat suci dengan tartil, dan menyusun nasihat penuh hikmah. Semua itu hanyalah topeng.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYD00XIj7y8
Kedatangan mereka ke desa itu bukan karena belas kasihan, melainkan karena panggilan dari seseorang yang telah lama menjadi bagian dari jaringan gelap mereka: Pak Togar kepala desa yang selama ini dikenal bijak dan toleran.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeN6crL1ENG
Di mata warga, Pak Togar hanyalah lelaki tua yang hidup tenang bersama anak dan menantunya. Istrinya sudah lama meninggal, dan ia disegani sebagai sosok netral yang mengayomi semua golongan.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmwMJRRzRl3
Tapi di balik keramahan dan wajah tenangnya, Pak Togar menyimpan masa lalu yang kelam dan keinginan yang lebih gelap dari siapa pun di desa itu.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkV7lYlvLHR
Dulu, saat masih muda, Togar adalah bagian dari lingkaran gelap yang berkedok dakwah. Ia mengenal Karim dan Ijal sebagai rekan satu jalan orang-orang yang tahu cara menyembunyikan dosa di balik ayat dan sorban.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlZJGaV7Vrq
Bertahun-tahun mereka tak bersua, hingga suatu hari, dua sahabat lamanya itu menghubungi dari tempat pelarian mereka. Tanpa ragu, Pak Togar menyambut mereka, bahkan menawarkan rumahnya sebagai tempat tinggal.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmCyh0fvm4y
Namun niatnya bukan sekadar menolong.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSKfzdMl6DE
Sejak lama, Togar menaruh nafsu pada istri tetangganya perempuan muda bersuami lemah yang kerap datang untuk meminjam alat atau minta bantuan. Tapi yang paling membuat hatinya gelisah adalah Lina, menantunya sendiri.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrvlQgZEKNh
Sudah lima tahun tinggal serumah, Lina belum juga diberi anak. Dalam pandangan Togar, tubuh Lina adalah godaan yang selalu hadir tiap hari berjalan di rumahnya, menyajikan makanan, menunduk dengan patuh.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTS1ICLTOej
Togar tahu, keinginannya terlarang. Tapi kini, dengan kedatangan Karim dan Ijal, semua bisa diatur. Bersama mereka, ia mulai menyusun rencana. Mereka akan membungkus hawa nafsu dengan topeng agama: membuka pengajian, menyebarkan air doa, dan memberikan "ruqyah" kepada perempuan-perempuan yang membutuhkan ketenangan. Warga akan percaya, dan para perempuan akan datang sendiri.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmZlSIctEVJ
Tak butuh waktu lama. Kharisma palsu Ustad Karim dan kelembutan suara Ustad Ijal membuat para ibu dan gadis desa tertarik. Mereka datang untuk meminta doa, meminta nasihat rumah tangga, dan membawa anak-anak mereka untuk belajar mengaji. Semua berjalan sesuai rencana.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgOITTs1qzW
Dan dari rumah itulah, dosa mulai tumbuh dalam diam. Dibalut sorban dan doa, tapi berakar dari nafsu dan tipu daya yang sudah dirancang sejak lama.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdVl9jsuIQ1
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYWmc4d6hKH
Malam itu, ruang tengah rumah Pak Togar hanya diterangi lampu minyak yang berkelap-kelip. Hujan baru saja reda, menyisakan bau tanah basah yang meresap ke dalam rumah kayu tua itu. Togar, lelaki paruh baya yang dikenal ramah dan moderat, duduk bersila dengan sebatang rokok kretek di tangan. Di hadapannya, dua tamu barunya Karim dan Ijal menyesap kopi sambil melirik satu sama lain.
Togar membuka obrolan lebih dulu, suaranya berat dan datar.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡE3RgpmMM0j
“Jadi… kalian ngaku ustad sekarang?”
Karim tersenyum lebar, cengengesan.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWqKcNoQrnD
“Orang sini gampang percaya, Pak. Asal hafal dua-tiga surat, bisa doa sedikit, udah dianggap wali.”
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRNI42n45Wk
Ijal ikut tertawa kecil, lalu menyahut, “Padahal saya aja belum disunat, Pak. Tapi kalau udah pakai baju koko, langsung dipanggil ‘kyai muda’.”
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuvTXH7OeoY
Togar ikut tertawa, lalu mengangguk puas. “Itu dia alasan saya undang kalian ke sini. Saya tahu kalian dua ini bukan ustad beneran. Tapi kalian ngerti cara mainnya.”
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGnHMc2rkJH
“Main gimana, Pak?” tanya Karim sambil mencondongkan badan, mulai serius.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1RUe2kkwMY
Togar menghembuskan asap rokoknya, matanya menyipit. “Aku ini orang kafir buat mereka. Tapi karena anakku masuk Islam, ya aku ikut toleran. Nah... aku punya masalah. Ada istri tetanggaku. Namanya Rini.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwZRmq98BlO
Masih muda, suaminya sakit-sakitan. Perempuan itu... tiap kali dia datang ke sini, minta air, minta bantuin benerin genteng... aku pengen, paham?”
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiE9Kuxuf4y
Karim mengangguk, tatapannya mulai tajam. “Mau kita bantu ‘ruqyah’ dia, Pak?”
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwz19TvZF6Q
“Ruqyah, pengajian, doa-doa... apa aja lah. Yang penting dia nurut. Masuk rumah ini, terus kalian atur. Setelah itu tinggal aku selesaikan.”
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡntAOZtMcKY
Ijal tertawa pendek. “Wah, gampang. Tinggal pasang wajah suci, bawa Al-Qur’an kecil, terus bilang dia kerasukan jin birahi.”
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvsIWUSDysn
Togar menyeringai puas. Tapi belum selesai.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡT9o7J6xP6l
“Dan satu lagi,”
bisiknya pelan.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡh2PwUjlMrq
“Lina. Menantu gue. Masih muda, cakep. Lima tahun nikah sama anakku, belum punya anak. Tiap pagi dia bikin kopi, bersihin rumah. Kadang pakai daster longgar… Astaga.”
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFda4FC5WiV
Kedua “ustad”
itu berpandangan dan tertawa pelan.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMCfo1Fzfnc
Karim menepuk pundak Togar.
“Pak… buat orang kafir, nafsu Bapak ini Islami sekali.”
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSLjrnoWqvy
“Makanya saya butuh kalian,” Togar menyahut cepat.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwy6rKeuEsw
“Kalau berhasil, kalian tinggal aja di sini seumur hidup. Saya urus semuanya. Di mata orang-orang, kalian bakal jadi wali kampung ini.”
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUpHIjHQuRS
Ijal menyeringai.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0GYc1YjNrR
“Gampang. Urusan syahwat yang dibungkus syariat… itu spesialisasi kami, Pak.”
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡU1NNJ4wFxK
Dan malam itu, di balik canda dan asap rokok, tiga lelaki dengan niat bejat mulai menyusun rencana. Sebuah drama kotor yang dibalut sorban dan doa-doa palsu siap menjerat perempuan-perempuan lugu yang mencari pertolongan dalam nama agama.
4647Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYbJww36sVp
Keesokan harinya, pagi di desa itu seperti biasa kabut tipis menggantung di antara ladang, dan suara ayam bersahut-sahutan. Tak ada yang menyangka bahwa dari rumah Pak Togar, rencana bejat tengah bergerak pelan, menyaru dalam wujud kesalehan.
Cek Di Full Nya juga di
https://victie.com/novels/nafsu_berselimut_dakwah
https://karyakarsa.com/DSASAXU
ns216.73.216.247da2
