"Woy, bengong aje lo lon," Ucap Wulan pada temannya yang asik mengalihkan tatapannya ke jendela luar.
Aku yang merasa bahuku ditepuk secara keras pun menengokan kepala ke sosok yang mengeluarkan suara tadi
"Bacot met," Ucapku sambil mewulanp sinis Wulan.
"Lo kenapa deh Ra, dari tadi kayanya bengong mulu." Tanya temanku yang lain, Indah.
"Halah palingan lagi mikirin yang jorok si Ira mah." Celetuk Wulan meledekku.
"Kan si Ira mah cuma bisa ngebayangin aja, belum bisa ngerasain yang nyata." Tambah Wulan membuatku memutar mata malas.
"Bacot lonte." Ketus ku menanggapi ucapan Wulan yang sebagiannya benar.
"Hahaha parah lo Lan, kasian anak orang itu mukanya udah sepet banget kaya pas mau ngecr0t tapi nggak jadi." Ucap Wita temanku yang lain.
Sontak ucapan Wita menggundang gelak tawa para kedua sahabatku yang lain.
Aku yang menjadi bahan ledekan ketiga sahabatku pun hanya bisa mendatarkan wajah.
Sudah biasa diriku menjadi bahan ledekan jika membahas mengenai hal-hal yang menjerumus ke ranah dewasa.
Ini bermula semenjak kita berempat memasuki kelas 12 SMA dan Wulan, sahabat dari orokku yang paling mesum itu membocorkan rahasia tentang aku yang tidak pernah berciuman dengan Kevin.
*flashback on*
"Ahh anjing s4ng3 gue," Celetuk Wulan tiba-tiba di tengah suasana kamarku yang sepi.
"Ngapa lo goblok nggak ada angin tiba-tiba teriak s4ng3." Tanya Wita sambil melempar bantal dipangkuannya ke muka Wulan.
"Ini anjir gue lagi baca wattpad terus ada adegan plus-plusnya, mana bikin s4ng3 parah" Jawab Wulan.
"Ye anak lonte, pantes aja dari tadi muke lu mupeng banget gue liat-liat." Sembur Indah yang sedang asyik mengecat kukunya dengan kutek merah.
"Nggak ada adab emang lo ya lon," tambahku pada Wulan.
"Bacot ye lo pada, kaya lo semua nggak m3sum aja otaknya."
"Gue sih nggak ya sorry besti. Masih polos otak gue." Ucapku cepat.
"Polos bangsat iya." Ucap ketiga sahabatku kompak.
"Tai polos dari mana lon, mendadak lupa sama folder-folder di laptop lo yang isinya 21 plus semua." Sembur Wulan.
"Yang penting kan gue masih perawan tingting." Balasku cepat.
"HAH????? ANJIR RA? lo beneran masih segel? Bukannya lo sama Kevin udah jalan lima tahun?" Teriak Wita dengan wajah terkejutnya.
"Cih, pacaran doang boleh lima tahun Wit, ciuman bibir aja noh si Ira belum pernah." Ucap Wulan langsung.
"Hah beneran Lan, Sumpah lo?" Tanya Indah memastikan.
"Tanya aje noh sama orangnya langsung."
Aku yang ditatap penasaran oleh Indah dan Wita pun hanya bisa mengangguk pelan, karena memang itu kenyatannya.
Walaupun aku sudah pacaran semenjak SMP dengan Kevin, tapi aku sama dia benar-benar belum pernah ngapa-ngapain.
Beda dengan ketiga temanku yang memang kehidupan romansanya lebih bebas dan liar.
"Astaga Ra, gue kira lo udah sering begituan sama laki lo karena ngeliat puluhan video b0k3p yang lo punya." Celetuk Indah sambil geleng-geleng kepala.
"Itu bukan punya gue semua anjir, ada yang didownload sama si Wulan." Jawabku menunjuk Wulan yang sedang menatap layar ponselnya.
"Tapi asli nggak nyangka gue sama Kevin, lo seksi banget gini dianggurin." Ucap Wita sambil memindai tubuhku yang saat ini hanya memakai croptop pendek dan hotpants sepaha.
"Makanya kan, gue aja yang cewe liat body bohaynya ni bocah pengen gue remes rasanya tiap hari." Celetuk Wulan sambil meremas p4yud4r4ku.
"Anjir lo ya, Lan." Semburku menjauhkan tangan Wulan dari p4yud4r4 sekalku.
"Asli Ra, t3t3 lo aja sekel banget terus gede lagi. Bahkan dari kita berempat punya lo yang paling gede anjir. Bisa-bisanya laki lo nganggurin nikmat duniawi." Ucap Indah yang tanpa sadar membuatku menganggukan kepala.
"Ye, itumah otak lo pada aja yang m3sum anjir." Balasku.
"Lagian emang salah kalau gue pacaran sama Kevin tapi nggak ngapa-ngapain?" Tanyaku yang langsung kompak diangguki oleh ketiga temanku.
"Hmmm sebenernya nggak salah si, cuma kaya yang tadi gue bilang Ra, gue yang cewe ngelihat body lo aja mupeng anjir. Masa dia yang laki kaga." Jawab Wulan.
"Nah bener, kecuali kalo laki lo homo." Lanjutnya membuatku memelototkan mata.
"Nggak usah ngomongin gr3p3-gr3p3 deh, minimal ciuman aja. Masa lo udah lima tahun tapi sama sekali nggak pernah ciuman bibir?" Ucap Wita yang mendadak membuat pikiranku penuh.
"Kevin tuh susah," Ucapku mendadak lemas.
"Ya lo goda-goda dikit lah anjir Ra. Masalah body lo udah oke kok. Oke banget malah." Jawab Wulan.
"Nah bener tuh Ra, lo modus-modus aja dikit gr3p3-gr3p3 k0nt0l laki lo." Tambah Indah yang langsung diangguki oleh Wulan dan Wita.
"G-gue malu..." Ucapku diringi dengan ringisan pelan.
"Bangke, terus buat apa itu video-video b0k3p di laptop lo kalo cuma gr3p3-gr3p3 dikit si Kevin lo malu, Ra." Celetuk Wulan sambil menoyor kepalaku pelan.
"Kan beda nonton sama ngelakuin Lan," jawabku.
"Gini deh, sebagai teman yang baik gimana kalau kita masing-masing ngasih ilmu ke si bocah polos bangsat ini," Ucap Wulan.
"Ilmu apa? Lo pada lupa gue lebih pinter dari kalian semua?" Semburku pongah.
"Ilmu per-ng3nt0t4n, Ra." Jawab Wulan cepat yang langsung membuat mataku melotot.
Dan, setelahnya Ira benar-benar diberikan ilmu-ilmu untuk menggoda Kevin dari para ketiga sahabatnya.
*flashback off*
Namun, setelah tiga bulan berselang sejak para sahabatnya itu membagikan kegiatan seksual mereka bersama pasangannya, Ira masih tetap perawan tingting.
Bahkan, bibirnya pun masih perawan.
"Gimana hubungan lo sama Kevin?" tanya Wulan sambil menaik turunkan kedua alisnya.
"Ya gitu" balasku lemas.
"Jangan bilang belom ciuman," Ucap Wulan cepat yang langsung aku angguki.
"Wah bener ada yang salah sama laki lo Ra." Cetus Wulan sambil menggebrak meja.
"Lo udah ngelakuin yang kita-kita bilang belom Ra?" Tanya Wita memastikan.
Aku yang ditatap oleh ketiga temanku pun sontak mengangguk cepat.
Karena memang benar aku sudah menjalankan ilmu yang ketiga temanku berikan.
Mulai dari sering pake baju sexy kalau lagi jalan sama Kevin.
Ngajak Kevin ke rumah pas lagi Mama Papa nggak ada.
Ngusap-ngusap dada bidang Kevin kalau lagi berduaan.
Dan masih banyak hal-hal lainnya yang sudah ku lakukan ke Kevin tapi memang belum ada hasilnya.
"Beneran homo kayanya laki lo deh, Ra" Cetus Wita tiba-tiba.
"Anjir nggak mungkin lah Wit." Semburku cepat. Mana mungkin Kevin homo, karena aku pernah tidak sengaja melihat video b0k3p di ponsel miliknya.
"Nah terus kalau nggak homo apa anjir? Lo make seragam kedodoran gini aja, s3x appeal lo tuh udah keluar ya anjir, Ra " Timpat Wulan cepat.
"Kayanya lo beneran harus tanya kepastiannya deh ke laki lo, Ra. Siapa tau dia punya fetis-fetis aneh." Ucap Indah yang langsung membuat aku menatapnya heran.
"Nah bener," Seru Wulan sambil menggebrak meja keras.
"Kalau emang laki lo beneran nggak homo pasti dia ada masalah sama gairah seksualnya Ra" Tambahnya yang langsung dianggkui oleh Wita dan Indah.
"Masa sih iya?" Tanyaku skeptis. Karena aku memang sebelumnya tidak pernah mempermasalahkan hal seperti ini sebelumnya.
Namun, semenjak mendengar cerita-cerita panas para sahabatku itu, mendadak aku berubah menjadi remaja yang binal dan nafsuan.
Buktinya kini di laptopku saja sudah bertambah puluhan video b0k3p baru yang aku tonton diam-diam dalam kamar.
"Iya Ra, bisa aja si Kevin tuh bergairahnya kalo lo lagi ngelakuin sesuatu atau lagi pake baju tertentu gitu." Tambah Indah membuat pikiranku kembali penuh.
"Hm... ya nanti gue tanya deh." Ucapku dengan pikiran yang sudah meliar kemana-mana.
….
Kini aku sedang menatap pantulan badanku di cermin. Setelah mengingat ucapan Wulan yang mengatakan bahwa s3x appeal ku sangat kuat, aku menjadi lebih memperhatikan badanku sendiri.
Dan memang benar.
Badanku sangat seksi dan berisi ditempat-tempat tertentu.
Aku menyampingkan tubuhku menghadap cermin dengan hanya menggunakan pakaian dalam.
Meraba p4yud4r4ku yang kata teman-temanku itu sekal dan ukurannya besar.
Setelahnya meraba bokongku yang juga terangkat dengan tinggi sehingga menonjol ke belakang.
Menatap lama tubuhku sendiri dicermin, membuatku jadi memikirkan kembali omongan ketiga temanku tentang Kevin.
Benarkan Kevin homo dan tidak tertarik dengan aku?
Ceklek....
Mendengar pintu kamarku yang mendadak terbuka, aku sontak langsung membalikan badan.
"Kenapa Ma?" Tanya ku menatap Mama yang masih berdiri diambang pintu kamar.
"Mama manggilin kamu dari tadi sayang, kok nggak turun-turun buat makan malam." Jawab Mama sambil melangkahkan kakinya mendekatiku.
"Ira tadi di kamar mandi mah kayanya nggak denger." Ucapku menatap mata Mama tanpa risih dengan keadaanku yang belum memakai baju.
Karena Mama memang sudah sering melihat tubuhku. Bahkan, setiap aku sedang datang bulan pun Mama yang selalu memijat p4yud4r4 dan perutku yang selalu sakit.
Sehingga, aku merasa biasa saja ditatap oleh Mama dengan hanya menggunakan pakaian dalam.
Melihat Mama yang berjalan ke arah lemari bajuku, aku dengan ragu mengeluarkan pertanyaan yang sempat membuat langkah Mama terhenti.
"Menurut Mama, aku gimana?"
"Gimana apanya sayang?"
"Badan aku Ma, menurut Mama gimana?" Tanyaku sambil kembali menghadap cermin yang menampilkan tubuh seksiku.
Mendengar ucapanku, Mama diam sambil mewulanpku dari atas sampai bawah.
"Seksi." Jawab Mama yang langsung membuatku mengalihkan pandangan mewulanpnya.
"Beneran, Ma? Ira Seksi?"
Mama yang ditanya seperti itu mewulanp anaknya dengan bingung. Kenapa anaknya tiba-tiba menanyakan tubuhnya.
"Iya sayang, kamu tuh seksi. Persis Mama muda dulu." Ucap Mama jujur.
Karena memang benar, dulu saat muda, Mama sangat seksi.
Bisa dilihat diumurnya yang kepala empat ini, tubuhnya masih bak gitar spanyol.
"P4yud4r4 kamu padat, pinganggmu ramping, badanmu tinggi, belum lagi nih bokong semok kamu." Tambah Mama sambil meremas p4yud4r4ku dan menampar pelan bokongku.
"Kenapa emangnya sayang? Kok nanyain itu ke Mama?" Tanya Mama penasaran.
Karena mendadak saja anak gadisnya menanyakan hal seperti ini.
Setahunya, Ira adalah gadis remaja yang polos dan tidak suka macam-macam.
Sehingga terkadang membuatnya was-was takut Ira dibodohi oleh orang asing dan dimanfaatkan.
Karena jujur saja, tidak berbohong saat ia mengatakan bahwa anak gadisnya itu seksi. Sangat seksi bahkan untuk anak remaja seumurannya.
Hal itulah yang juga turut membangkitkan gairah dan hormon seksualnya semenjak ia hamil.
Tidak. Mama tidak membayangkan hubungan sejenis bersama anak gadisnya.
Melainkan, ia membayangkan anak gadisnya berhubungan dengan sang Papa, suaminya sendiri.
Ini bermula semenjak tiga hari lalu sejak ia tidak sengaja membaca sebuah novel online tentang hubungan sedarah ayah dan anak.
"Maaa, kok bengong?." Ucapku sambil menepuk pelan pundak Mama yang mendadak terdiam menatapnya.
Merasakan tepukan sang anak dipundaknya, Mama menggelengkan kepalanya yang tadi tiba-tiba mengingat isi novel tak senonoh tersebut.
Yang mana menggambarkan adegan dimana Ara, sang tokoh utama sedang digenjot oleh Daddynya dengan brutal di ruang makan.
"Ishh Mama aneh dari tadi bengong terus." Gerutuku sambil mengambil alih baju dari genggaman sang Mama.
Mendengar gerutuan sang anak, Mama langsung mengalihkan tatapannya pada Ira yang sedang menggunakan baju yang diambilnya tadi.
Entah karena apa, ternyata baju yang ia ambil untuk sang anak adalah croptop ketat dengan hotpants yang hanya setengah paha.
Melihat hal itupun Mama mendadak menyeringai.
"Ira, kan Mama udah bilang, kalo udah mau tidur gini nggak perlu pakai bra sayang. Biar sirkulasi darah di p4yud4r4 kamu lancar." Ucap Mama tiba-tiba membuatku yang sedang menggelung rambut jadi terhenti.
"Iya Mama, nanti pas mau tidur aku copot kok."
"Ngapain nunggu tidur, sekarang aja kamu copot. Kan cuma dirumah sayang."
Aku yang mendengar ucapan Mama hanya mengangguk-angguk saja. Kemudian kuulurkan tangan ke arah Mama sambil mengatakan, "Bukain bajuku, Ma."
Mama hanya geleng-geleng kepala melihat kemanjaanku.
Lalu tanpa kata Mama langsung mengangkat croptop yang memang hanya menutupi p4yud4r4 ku saja.
Ya karena p4yud4r4ku yang besar, croptop yang ukurannya memang kecil, menjadi semakin terlihat kecil karena hanya bisa menutupi p4yud4r4 sekalku.
"Nah kalau gini kamu pasti lebih nyaman kan sayang" Ucap Mama setelah melepas bra milikku dan kembali memasangkan croptop putih dibadanku.
Aku yang setuju dengan ucapan Mama pun hanya menganggukan kepala karena memang benar kini aku merasa lebih nyaman tanpa menggunakan bra.
"Ma, tapi p3nt1lku nyeplak gini nggak enak, gesek-gesek ke baju. Aku ganti baju aja ya." Rengeku tiba-tiba sebelum keluar kamar.
Ya memang lebih nyaman tanpa menggunakan bra, tapi karena kali ini aku pake croptop yang agak ketat, p3nt1l p4yud4r4 ku yang sedikit tegak terceplak cukup jelas dan membuatku geli karena bergesekan dengan baju yang kupakai.
Mama menatap ke arah p4yud4r4ku dan menyentil p3nt1l ku pelan,"Udah biasain Ira, mau pake baju yang longgar juga sama aja bakal kegesek gitu."
Hm. Yasudahlah, karena aku yang memang sudah cukup lapar, aku langsung saja menarik tangan Mama keluar dari kamar dan turun ke ruang makan.
Setelah turun ke ruang makan, Ira langsung melihat punggung lebar sang Papa yang tengah asik membaca sesuatu dari tablet.
Dengan tergesa-gesa, Ira langsung berlari menuju sang Papa, lalu memeluk punggung lebar Papa.
"Papaaaaa miss youuuu" Ucapku manja sambil mencondongkan dan menempelkan tubuh bagian depanku pada Papa.
Entah karena Papa merasakan p4yud4r4ku yang menempel di punggungnya atau karena kaget tiba-tiba aku peluk, tubuh Papa sempat menegang sebentar sebelum akhirnya sedikit rileks.
Aku tak terlalu memikirkan hal itu, karena aku sudah terlanjur sangat merindukan Papa, karena ia sudah hampir satu minggu perjalanan bisnis keluar kota.
Mama yang berjalan di belakang tentu saja melihat semuanya dengan jelas.
Bagaimana anak gadisnya memeluk sang Papa erat dengan p4yud4r4 yang menempel di punggung suaminya, lalu tubuh Papa yang sedikit menegang dan kaku.
Bukannya cemburu, ia malah mendadak merasa bergairah karena melihat sang anak yang begitu intim dengan suaminya.
Apalagi Ira memeluk Papa dengan posisi sedikit menungging sehingga bokong sang anak sangat menantang dengan bajunya yang keangkat sedikit hingga menunjukan bagian bawah p4yud4r4 miliknya.
"Mama kok nggak bilang si kalau Papa udah pulang." Rengekku pada Mama yang berdiri diam dibelakang.
Mama yang tiba-tiba mendengar ucapan anak gadisnya pun hanya terkekeh pelan, "Sengaja. Biar kejutan."
Mama menyeringai melihat posisi Ira yang masih memeluk Papa dengan tangan kanan Papa yang mengelus pelan tangan sang anak diperutnya dengan tangan kiri yang masih memegang tablet.
Setelah mendudukan dirinya di kursi makan, semakin jelas Mama bisa melihat posisi sang anak dan suami.
Walaupun memang hanya pelukan biasa tanpa ada unsur menggoda, tetap saja ia mendadak menjadi gerah dan panas karena hormon seksualnya meningkat.
"Ekhem, ayo kita makan dulu. Ira, kamu duduk di kursimu. " Ucap sang kepala keluarga untuk pertama kalinya.
"Hehe aye-aye captain."9242Please respect copyright.PENANAH3dGcwCbjW
......9242Please respect copyright.PENANApVDETtMpvN
Upload seminggu sekali, kalau mau baca lebih awal cek telegram @kishikamakk
ns216.73.216.100da2