
Namaku, Arum Maharani.
962Please respect copyright.PENANAaPzAb5Jjx8
Perempuan Jawa, berhijab, tubuhku tingginya 167 centimeter, kulitku cenderung sawo matang, dan orang bilang aku punya sorot mata yang sulit ditebak, antara penuh luka atau terlalu pandai menyembunyikan semuanya.
962Please respect copyright.PENANAWux1OafIBt
Dulu, aku sempat berharap menjadi perempuan baik-baik seperti kata orang tuaku, selalu diajarkan oleh ayat-ayat di pengajian atau buku-buku tuntunan perempuan solehah yang aku baca waktu remaja. Tapi hidup tidak pernah benar-benar menginginkanku untuk jadi perempuan baik-baik. Tubuhku ramping, meski tidak bisa dibilang kurus. Pinggangku kecil, bokongku padat. Payudaraku 34B, cukup proporsional di balik baju kerja dan kerudung polos yang selalu kupilih netral. Tak ada yang mencolok dariku, kalau dilihat dari luar. Tapi pria yang pernah tidur denganku selalu bilang tubuhku enak.
962Please respect copyright.PENANAA6rbu4ofgT
Hangat, lembut dan “bikin nagih,” begitu katanya.
Dan anehnya, aku selalu percaya itu. Bukan karena merasa cantik, tapi karena aku tahu betul bagaimana caranya membuat mereka terdiam, luluh, dan pasrah.
962Please respect copyright.PENANAGnNe85QbO8
Aku bukan tipe perempuan yang mudah jatuh cinta, tapi aku juga bukan perempuan suci. Seks pertama kali kulakukan saat SMA, bersama pacarku waktu itu. Suka sama suka. Tapi tidak ada yang istimewa. Dilakukan di saat rumah kosong, buru-buru, penuh rasa takut.
Aku bahkan tidak ingat rasanya selain rasa was-was. Seperti mencuri, bukan mencinta. Hingga aku bertemu dia. Pacarku yang beda ras dan beda iman. Pria Chinese, Kristen. Waktu itu aku sudah dewasa, sudah mulai bekerja. Dialah orang pertama yang mengajarkan bahwa tubuh perempuan bisa menjadi ruang kenikmatan, pelarian, sekaligus pelampiasan.
962Please respect copyright.PENANAfOcUkwmGnA
Seks bersamanya bukan hanya enak. Tapi membuatku ketagihan. Ia membentukku, membuka banyak sisi gelap dari diriku yang bahkan tak pernah kuakui di hadapan Tuhan. Dia membuatku merasa berguna hanya saat aku bisa membuatnya puas.
Dan sejak itu, aku berubah. Bukan jadi perempuan nakal, bukan juga pelacur. Tapi perempuan yang tahu bahwa tubuh bisa jadi pelampiasan terbaik ketika dunia tidak memberimu ruang untuk marah atau menangis. Ketika orang-orang lebih sibuk menuntutmu kuat, sopan, dan setia, padahal mereka sendiri tidak pernah memberimu tempat aman.
962Please respect copyright.PENANA3UtApgsxLJ
Aku tidak punya banyak teman. Aku bekerja keras, pulang cepat, lalu mengunci diri di kamar. Lingkunganku tidak pernah ramah. Keluarga hanya tahu menuntut.
Dan lelaki, mereka hanya ingin aku cantik, taat, tidak punya masalalu.
962Please respect copyright.PENANAyOq0AaCsmL
Aku pernah mencoba membuka hati lagi. Pada seseorang yang katanya bisa menerima semua tentangku. Tapi ketika ia tahu masa laluku, tentang tubuhku, tentang bagaimana aku pernah menjadi milik lelaki lain. Ia malah pergi, diam-diam.
Seolah aku najis. Sampai akhirnya aku menginstal Tinder. Sebuah aplikasi yang sebenarnya tidak terlalu aku percayai. Tapi malam itu aku butuh pelarian.
962Please respect copyright.PENANAiUiBjUBZpv
Butuh berbicara, butuh didengar. Mungkin juga, butuh disentuh.
Dan dari sanalah aku bertemu dia.
ns216.73.216.24da2