
Season 2: Hari Baru, Tapi Jiwa yang Sama
Pagi tidak pernah terasa setenang ini.
Udara masih dingin, cahaya matahari belum merata menyapu tembok rumah.
Tapi dapur sudah hidup. Suara air mengalir, piring bersentuhan, api menyala kecil-kecil di bawah teko.
210Please respect copyright.PENANAreQJ2Y5UQf
Jaka berdiri di sana seperti biasa. Sendirian. Tak disuruh. Tak dibangunkan.
Tubuhnya sudah hafal waktunya.
Hatinya? Sudah tak banyak bertanya.
Hanya ada satu kalimat yang mengalir di dalamnya, berulang-ulang:
210Please respect copyright.PENANAsavfNqGZYG
> "Apa yang bisa kulakukan pagi ini... agar mereka tersenyum?"
210Please respect copyright.PENANAHEh3XZiPr2
210Please respect copyright.PENANA4e9DGepory
210Please respect copyright.PENANAErlS1mAA3R
210Please respect copyright.PENANA43s7qWRm1d
---
210Please respect copyright.PENANAoIhd5cFTGJ
Ia menyiapkan teh. Dua manis, satu tawar.
Meja makan dilap. Kaki kursi dibersihkan.
Semua dilakukan perlahan, tanpa tergesa. Seperti ritual. Seperti ibadah.
210Please respect copyright.PENANAqrWa4o7pyv
Ia mengenang aroma tubuh Tya yang semalam masih lekat di wajahnya.
Sentuhan tangan Riska saat menyodorkan kakinya ke mulutnya.
Dan suara mereka—manja, tenang, penuh kuasa.
210Please respect copyright.PENANAPGIQ1mEs56
Tubuh Jaka menegang pelan. Tapi ia terus bekerja.
210Please respect copyright.PENANApluCSaJzqq
210Please respect copyright.PENANAYN6fn5j4He
---
210Please respect copyright.PENANANns5R0lW0p
Langkah pertama terdengar dari arah tangga. Pelan, lembut, seperti biasa.
210Please respect copyright.PENANAtHJn19zw4s
Riska muncul dengan mukena tipis, jilbab sudah dipakai separuh, tapi kausnya ketat membalut tubuhnya. Lekuk dadanya jelas, roknya mengikuti bentuk pinggul. Ia tampak seperti istri salehah… yang sengaja melukai syahwat.
210Please respect copyright.PENANAhxxItbufd6
> “Mas… air panasnya udah?”
“Mama haus banget. Tapi jangan lupa lapin dulu sendoknya semua, ya.”
210Please respect copyright.PENANAWfx1Ob86iR
210Please respect copyright.PENANAs7Mrnql9Ut
210Please respect copyright.PENANAuBlPBlcsbd
Jaka mengangguk. “Iya, Ma.”
210Please respect copyright.PENANAb8Px0b6NPX
Riska berjalan ke meja, duduk anggun. Ia menyilangkan kaki, memperlihatkan betisnya yang bersih dan mulus. Tak ada teguran. Tak ada marah. Tapi matanya tajam. Ia tidak bertanya apa Jaka sudah siap. Ia tahu… Jaka selalu siap.
210Please respect copyright.PENANA5MR9Jk8BS3
210Please respect copyright.PENANAHpMdmZCISK
---
210Please respect copyright.PENANAeeZLXFokbX
Langkah kedua datang lebih cepat, melompat-lompat ringan.
210Please respect copyright.PENANAlUOeNPQ80S
Tya muncul dengan daster warna biru muda. Pendek, longgar, tapi transparan di bagian dadanya. Tanpa bra. Rambut masih basah. Mata sayu tapi senyumnya merekah seperti matahari kecil yang egois.
210Please respect copyright.PENANAOsflzCnuJ2
> “Mas Jaka… Mas udah bikin teh Tya, ya?”
“Tya mimpi aneh semalem. Tapi enak… Mas ada di situ…”
210Please respect copyright.PENANAxdkUxkAh93
210Please respect copyright.PENANAgroWZtOPSz
210Please respect copyright.PENANAGIZn7ztEZI
Ia langsung memeluk Jaka dari belakang, tangan menyusup ke perut.
Wajahnya menempel di punggung Jaka. Nafasnya hangat.
210Please respect copyright.PENANAK2cAmARC3B
> “Mas… Tya kangen…”
210Please respect copyright.PENANAelzrW5yuyq
210Please respect copyright.PENANAlpdJ1VtGUW
210Please respect copyright.PENANALKYHtxCXqw
Tangannya menarik tangan Jaka ke pahanya sendiri. Kulitnya masih lembut, dingin sedikit. Daster tersingkap.
210Please respect copyright.PENANAmOMj1lCfYO
> “Mas, peluk Tya dulu… yang lama. Nanti Tya bantuin cuci piring…”
210Please respect copyright.PENANACWbq3HCArw
210Please respect copyright.PENANAj2npldxRXx
210Please respect copyright.PENANAWkatvQxzLs
Jaka diam. Tapi tubuhnya bergerak. Dipeluknya gadis itu. Tak ada penolakan. Tak ada dosa yang dirasakan lagi. Yang ada hanya… kenikmatan dalam keheningan.
210Please respect copyright.PENANAp5bbRpwGW1
210Please respect copyright.PENANApy078wSQ27
---
210Please respect copyright.PENANAHgXeXqjmpy
Riska meneguk tehnya. Lalu berkata tanpa melihat:
210Please respect copyright.PENANA77HH5DHjPY
> “Mas, abis ini Mama mau keluar sebentar. Tapi sebelum itu… Tya pengen dilayanin dulu, ya?”
210Please respect copyright.PENANAjhVPNksogA
210Please respect copyright.PENANAegewcB7kfM
210Please respect copyright.PENANAOxRSBOEgMu
Tya tertawa kecil. Ia memandang Jaka, lalu mengecup pipinya pelan.
210Please respect copyright.PENANAl6ZjPttzOS
> “Tya sayang Mas. Tapi jangan cium kaki Mama dulu sebelum gantiin celana Tya…”
210Please respect copyright.PENANAB9Mg7IzCST
210Please respect copyright.PENANAMa0VV47VjQ
210Please respect copyright.PENANAnTrtNbZ7tK
Ucapan itu seperti godaan… atau justru perintah terselubung.
210Please respect copyright.PENANAhjN5kVT4if
Jaka hanya tersenyum. Tak perlu menjawab.
210Please respect copyright.PENANAblH606EVlB
Karena pagi ini, seperti pagi-pagi sebelumnya, ia tahu:
210Please respect copyright.PENANArC3MANGnmb
Ia bukan suami. Bukan kepala keluarga. Ia hanyalah alat. Dan anehnya… ia menyukainya.
210Please respect copyright.PENANAeevLSoZIem
210Please respect copyright.PENANANjnKxpxraR
---
Saat ia mulai mencuci piring, pikirannya perlahan tenggelam.
Bayangan dari malam terakhir Season 1 datang seperti gelombang kecil basah, panas, dan tidak pernah benar-benar hilang.
210Please respect copyright.PENANAdiUYd3Holy
Ia ingat saat duduk di lantai.
Masih telanjang. Napas masih berat.
210Please respect copyright.PENANAfWDEMDUvaf
Rian duduk di kursi, santai, batangnya separuh keras.
Jaka menunduk, menjilatinya pelan-pelan. Lidahnya menyusuri pangkal, menghisap perlahan.
Ia tahu tujuannya: membuat Rian siap, agar Reni bisa “dicicipi”.
210Please respect copyright.PENANAj2SndyjD2X
Sementara dari sudut matanya, ia melihat Riska dan Tya.
Mereka berlutut di depan Ilham. Siap bergantian melayani.
Wajah mereka bersinar puas. Matanya haus.
210Please respect copyright.PENANAJdLJzF1r83
> “Bantuin dulu, Mas…”
“Nanti Mama gantian yang layani Ilham, ya…”
210Please respect copyright.PENANA367320iMAW
210Please respect copyright.PENANAmnR8a2qYKj
210Please respect copyright.PENANAM78hxC2pKu
Jaka ingat rasa batang di mulutnya.
Ingat suara Riska tertawa.
Ingat ketika Reni pelan-pelan melepaskan bra-nya, dan Tya bersorak kecil seperti anak kecil yang melihat kado.
210Please respect copyright.PENANA0wSr7N16Zu
210Please respect copyright.PENANA6DBpqd8oZc
Pagi belum selesai.
Tya sedang di kamar mandi, menyanyi pelan. Riska keluar sebentar, katanya mau beli sayur.
Dan aku… masih di dapur. Piring sudah bersih. Tapi tubuhku belum.
210Please respect copyright.PENANAC541jYaAqJ
Aku duduk di lantai. Di pojok dekat kulkas. Hanya sebentar, kubilang pada diriku.
Sebentar saja.
Untuk memejamkan mata.
210Please respect copyright.PENANAXbwK5gewRy
Lalu gelap.
210Please respect copyright.PENANANIg4oNuH5P
210Please respect copyright.PENANATfCd5NvD8B
---
210Please respect copyright.PENANA9paPQjsIhm
Awalnya sunyi. Lembut.
Seperti berada di ruangan yang sama, tapi semua benda bersinar samar.
Cahaya kuning. Bau teh. Lalu suara… tawa. Tawa Tya.
210Please respect copyright.PENANA50MS4vgA14
> “Mas… Mas Jaka jilat yang pelan, ya…”
210Please respect copyright.PENANAB6r1b0GfDx
210Please respect copyright.PENANAts0oxPCcYs
210Please respect copyright.PENANAprYZpT1CKS
Aku melihat diriku sendiri. Telanjang, berlutut. Di antara kaki Tya, di samping kursi.
Di atas sofa, Riska mengangkang, tubuhnya diguncang Ilham yang seperti bayangan gelap.
Wajahnya memerah. Tapi matanya… menatapku.
210Please respect copyright.PENANAunPdLtbWyJ
> “Mas… kamu liat, kan? Liat gimana aku puas? Liat gimana kamu… tidak dibutuhkan?”
210Please respect copyright.PENANAKnuJwg9fsr
210Please respect copyright.PENANAOHjpYj5ST7
210Please respect copyright.PENANA2uL7ttQv4O
Lalu suara berat lain:
210Please respect copyright.PENANAkYE74cKS6z
> “Jilat lebih dalam, Mas…” – Rian.
210Please respect copyright.PENANARG0NpTyJ9k
210Please respect copyright.PENANATUGoqiGJm1
210Please respect copyright.PENANAMqS5Iy2O1v
Aku merangkak. Lidahku keluar. Batangnya keras.
Tapi aku tidak merasa jijik. Aku merasa… dimiliki.
210Please respect copyright.PENANAXUZZq3kwL0
Tya mencengkeram rambutku. Mulutku penuh. Tapi hatiku kosong.
210Please respect copyright.PENANAFzPHLzNHs4
Dan dari sudut ruangan… Reni berdiri. Telanjang. Tubuhnya gemetar. Tapi matanya menatapku.
210Please respect copyright.PENANA7ppAmmZhJO
> “Mas Jaka… tolong lebarin dulu… aku takut nanti….”
210Please respect copyright.PENANAufeNnAXxQX
210Please respect copyright.PENANAJI11dOExSj
210Please respect copyright.PENANAH72hIXQRcV
Aku mengangguk. Dalam mimpi itu… aku selalu mengangguk.
210Please respect copyright.PENANA53fJO5Dohj
210Please respect copyright.PENANA4SlSULHt71
---
210Please respect copyright.PENANA0Grlcw5sb2
> “Mas…” suara itu samar.
“Mas…”
210Please respect copyright.PENANAjRhmokGyI2
210Please respect copyright.PENANAM05ejjV8yD
210Please respect copyright.PENANAcrSieCfuS1
Aku memejam lebih dalam. Gambar-gambar itu semakin nyata.
Teriakan. Tawa. Suara Riska saat keluar.
Tya berteriak di atas wajahku.
210Please respect copyright.PENANAAFyJeMKNpf
Tubuhku menegang. Nafasku tercekat.
ns216.73.216.11da2