419Please respect copyright.PENANA33b3dpe25D
419Please respect copyright.PENANATELxnKecaE
Hari selanjutnya, Mereka berempat mencoba mencari pekerjaan lagi. Namun, lagi-lagi seperti kemarin mereka ditolak oleh orang-orang. Lantas menyerah dan pulang ke rumah. Begitupun rasa lelah dan lapar meski waktu makan siang masih dua jam lagi.
Nora sejak kehilang sosok ayah ia jadi lebih manja. Sangat suka mengekori ibunya. Saat ini Meldina tengah pergi mencoba mencari pekerjaan. Awalnya pun ia tak mengizinkan Nora ikut, tetapi karena rengekannya Meldina mengalah.
"Kalau begini, aku harus benar-benar pergi," ujar Theon di tengah keheningan mereka berempat di meja makan. Tempat yang menjadi berkumpulnya keluarga ini.
"Aku juga ikut." Seperti kemarin Seema juga ingin pergi bersama kakaknya.
"Tidak, kau akan tetap di sini. Ingat, kau perempuan." Lagi, Theon seperti kemarin juga, menolak.
"Apa kau bilang? karena aku seorang perempuan, jadi tak boleh pergi bekerja di tempat jauh." Seema menghela napas dan langsung mengebrak meja cukup kuat. "Hei! Aku juga bisa jaga diri, ingat umur kita hanya berbeda setahun," sungut Seema yang tak terima dia direndahkan.
Theon kesal, ia akan segera berkata lagi. Namun, Genio menyelanya. "Ya, sudah, kita berangkat semuanya."
"Gila, ibu bagaimana, hah!" Sentak Theon.
"Biasa saja, jangan berbicara seperti itu kepada Genio." Seema menatap dan berkata dengan nada yang tak kalah kesal juga.
Mereka berdua mulai berdebat. Karena Theon masih menolak keinginan Seema. Sedangkan Genio langsung terdiam, dia takut ketika kakaknya sudah marah. Gea yang berada di antara mereka, menonton dengan diam. Sampai ketika Theon dan Seema saling meninggikan suara.
Gea tiba-tiba merasakan sakit di kepala. Memegang kepala yang memakai ikat kepala oleh kain Merah maroon sehingga menutupi seluruh keningnya. Ia tak tahu kenapa, tapi kata Meldina ada luka yang tak ingin membuat Gea merasa malu. Ia sempat ingin melepaskan, tetapi Meldina melarang. Bahkan ketika mengganti ikan kepala pun harus Meldina yang melakukannya. Karena ia ingin jadi anak penurut, Gea tak pernah protes lagi soal itu.
"Aakh!" teriak Gea saat rasa sakit itu terasa begitu menyakitka. Membuat Theon dan Seema langsung menghentikan berdebatan yang tak tahu kapan selesainya.
Genio yang kebetulan berada di dekat Gea langsung memegang bahunya.
"Hei, Gea, ada apa?"
Theon dan Seema segera menghampiri Gea yang kini kedua tangannya memegang kepala kuat-kuat.
Di tengah rasa sakitnya, ia mendengar suara loceng saling saling bersahutan memenuhi indra pendengarannya. Lantas tubuhnya lemas dan pingsan.
****
Putih dan menyilaukan.
Gea membuka mata secara perlahan. Lantas ia terkejut, dirinya entah ada di mana di sini hanya warna putih dan sinar yang sangat terang di depannya.
Gea berdiri dari posisi duduknya. Sesekali ia pun harus menghalangi sinar itu dengan tangan kananya.
"Mengapa aku di sini?" batinya dengan penuh tanya.
Ia hanya berdiam di tempat sampai suara merdu nan lembut terdengar jelas.
"Kemarilah, ini sudah waktunya semua terlepas."
"Si-siapa itu?" tentu saja Gea takut. Apakah ia mati? Pikirnya yang mulai gemetaran.
"Ayo! Melangkahlah. Jangan takut, kau tidak mati justru kau akan abadi."
Suara itu muncul lagi, seakan-akan juga dapat membaca pikiran Gea. Gea pun tak luput dari kata penasaran. Baiklah, ia mulai menghilangkan rasa takut itu dan perlahan-lahan melangkah. Menuju cahaya yang menyilaukan.
Makin mendekati cahaya itu, semakin menyilaukan bagi mata Gea serta entah dari mana rasa sejuk terasa diseluruh badannya. Cahaya itu pun perlahan lenyap.
Semuanya berubah gelap dan Gea tak merasakan apapun.
"Gea! Gea! Bangunlah, jangan pergi." Meldina memanggil-manggil anak tengahnya dengan air mata yang terus membasahi pipinya.
Ketika perjalanan pulang, dia berpapasan dengan Genio tang terburu-buru. Lantas memberitahukan apa yang sedang terjadi.
Seperti waktu itu Meldina langsung panik, ia berlari sembari memegang tangan Nora.
Saat tiba di rumah dan melihat keadaan Gea yang terbaring dengan lemah seperti menahan sakit. Seketika itu jugan air matanya luruh, hal itu sangat mengingatkan dengan sosok Jaswan, suami tercintanya.
"Lihat! Matanya mulai terbuka," ujar Seema yang langsung membuat yang lain menatap ke arah Gea.
Gea perlahan-lahan membuka matanya, ketika telah membuka mata sepenuhnya Meldina langsung memeluk putrinya dengan rasa syukur yang besar. "Akhirnya kau bangun."
Segera, ketika Meldina melepaskan pelukannya Nora langsung memberikan air putih yang langsung diminum oleh Gea. Yang lain langsung merasa lega, terlebih lagi Theon yang berdiri di ambang pintu kamar Seema dan Gea.
Semuanya membiarkan Gea merasa tenang beberapa saat kemudian mulai mengajukan pertanyaan.
"Gea, tadi kenapa? Kau sakit?" tanya Seema terlebih dahulu dan ia hanya mendapatkan jawaban dengan gelengan lemah dari Gea.
"Aku tidak tahu, tiba-tiba kepalaku sakit dan tak ingat apapun." Meski, aku tak tahu apa yang tadi aku alami itu. Sambung Gea dalam hatinya. Ia masih belum berani menceritakan hal-hal aneh. Apalagi takut membuat ibunya merasa khawatir karena hal itu.
"Kalau begitu, mengapa kau bisa tak sadarkan diri selama tiga jam?" tanya Genio yang tengah berdiri dekat Theon. Hal itu membuat Gea cukup terkejut. Namun, Gea hanya menggelengkan kepalanya lagi. Yang lain pun mempunyai pikiran yang sama dengan Genio.
Meldina mengusap lembut puncak kepala Gea. "Ya, sudah, istirahat saja. Mungkin kamu kecapean."
Meldina pun langsung menyuruh yang lain ke luar kamar. Lantas mereka kembali berkumpul di meja makan.
"Mungkin gara-gara kalian berdua yang saling berteriak." Genio langsung berkata ketika ia baru saja mendudukan diri di kursi.
Sontak hal itu langsung dipeloti oleh Theon dan Seema. Lantas keduanya berpaling menatap sang ibu, Meldina.
"Maksudnya, kalian bertengkar? Apa yang menjadi penyebabkan. Sudah ibu katakan kalian sudah besar jangan bertengkar di depan adik-adik kalian," tutur Meldina dengan menatap keduanya yang menunduk.
"Kami hanya berdebat soal kemarin," Seema menjawab dengan nada rendah.
"Karena dia ingin ikut pergi juga bersamaku, ibu." Theon menimpal dengan sedikit menegakkan kepalanya.
"Aku juga bisa menjaga diri." Seema berkata dengan rasa kesal seperti tadi.
Saat Theon akan membalas perkataan Seema, Meldina langsung menghentikan itu.
"Sudah, hentikan. Lagipula ibu belum mengatakan setuju atau tidak untukmu Theon."
Semua terdiam, Nora dan Genio hanya menonton tanpa ingin ikut terlibat. Setelahnya, Meldina pergi meninggalkan meja makan, ia pergi masuk ke dalam kamarnya. Meninggalkan keheningan di meja makan.
419Please respect copyright.PENANA4IOX8djP0J
419Please respect copyright.PENANABxEy2kl3Hq
419Please respect copyright.PENANAS182A0TIuw
419Please respect copyright.PENANAUdHIlzC6Hx
419Please respect copyright.PENANATmHV3LHTMR
419Please respect copyright.PENANAmHWISkaUbp
419Please respect copyright.PENANAHwrqWWs4Hy
419Please respect copyright.PENANAr6PQHXKX6C
419Please respect copyright.PENANA1le4N6Nw9X
419Please respect copyright.PENANA3QO9UeUkkI
419Please respect copyright.PENANA2nihiRm31m
419Please respect copyright.PENANATxkj3uY5FH
419Please respect copyright.PENANAmKp9q3Nfmn
419Please respect copyright.PENANAmtELgaHEfY
419Please respect copyright.PENANAsdZPHrjcgY
419Please respect copyright.PENANA00UUP0eX7E
419Please respect copyright.PENANA1ZzVtpobe0
419Please respect copyright.PENANA3mI2nnZ7DW
419Please respect copyright.PENANANYRoGRXAe1
419Please respect copyright.PENANAOSM8rYSWA7
419Please respect copyright.PENANAS8tfjfewn4
419Please respect copyright.PENANALT0WrmHZ1M
419Please respect copyright.PENANAW0jWvSzqRz
419Please respect copyright.PENANA4Y8eBujnwc
419Please respect copyright.PENANAfSlNeuLajG
419Please respect copyright.PENANAiifdCNRVtP
419Please respect copyright.PENANACS3QBGC55c
419Please respect copyright.PENANAhmFqhXKnzH
419Please respect copyright.PENANAEujTu8b6aq
419Please respect copyright.PENANAKm16HGojhQ
419Please respect copyright.PENANA8m7nMVz7jH
419Please respect copyright.PENANAF7KYwQW8jF
419Please respect copyright.PENANAfxfbdWqQKQ
419Please respect copyright.PENANAkDhWd17u99
419Please respect copyright.PENANATv7yhYot8s
419Please respect copyright.PENANAZmuzvFlb5g
419Please respect copyright.PENANAQ3Dsk6yJlZ
419Please respect copyright.PENANAjQVuLkK4I0
419Please respect copyright.PENANAfElLRe3yzn
419Please respect copyright.PENANA5REmt3PFL5
419Please respect copyright.PENANAY965KJmPhR
419Please respect copyright.PENANAtbx1Um9Nqy
419Please respect copyright.PENANAQrUVCBSd14
419Please respect copyright.PENANAVhjW81Kx0P
419Please respect copyright.PENANAHTIUJitL2Q
419Please respect copyright.PENANA9GUEfqC8nN
419Please respect copyright.PENANA5FCy137Z9F
419Please respect copyright.PENANAWj7Kd8qimU
419Please respect copyright.PENANAmVO5Dus0hJ
419Please respect copyright.PENANAURH5X2jXN9
******419Please respect copyright.PENANAuJxvOFUBaA