Malam semakin larut, aku sudah selesai mengemasi pakaianku untuk kepulangan ku besok ke tanah air. Pasport, visa dan segala macam berkas semua sudah siap. Beberapa kali aku mencoba memejamkan mata berharap bisa tidur meski sebentar melepas segala macam penat dan lelah namun tetap saja tak bisa. Keluarga di kampung juga sudah ku beri tahu. Kulirik jam dinding sudah menunjukan pukul 01.15 tapi suasana kota Victoria semakin gemerlap dengan lampu-lampunya yang memabukan bagi siapapun yang memandangnya.
Kuraih gawai yang ada di meja samping tempat tidurku. Aku membuka WA ku lihat ada chat dari Sulastri yang belum ku baca.
"[ Besok pagi jam 7 kita ketemuan di bandara ya Ai]." Begitu isi chat dari Sulastri dua jam yang lalu.
"[ Oke Las, gimana dengan yang lain. Sri, Melly dan juga Vanes apa mereka sudah kamu kabari juga?]." Aku membalas chat dari Sulas dan sekaligus menanyakan ketiga teman kami yang lain. Walaupun aku sendiri tidak yakin Sulastri akan membalas kembali chat ku karena ku lihat dia tidak sedang online. Mungkin dia sudah tidur.
Ada juga chat dari Tuan Muda Farenzy, tapi aku kurang berminat membukanya. Aku ingin membiarkannya saja dan tak usah aku buka. Tapi disisi lain hatiku penasaran apakah isi dari pesannya itu.
"[Ai besok jangan pergi dulu ya. Biar aku saja yang antar kamu ke bandara.]" Ternyata itu isi chat yang ia kirimkan. Aku malas membalasnya, lagian aku sudah ada janji dengan Lim kalau besok Lim lah yang akan mengantarku kebandara.
Tadi siang aku sudah berpamitan dengan nenek, papa, mama dan juga Nasya. Nenek begitu berat melepas kepergian ku. Aku hanya menyarankan agar nenek selalu menjaga kesehatannya. Jangan sampai ia terlalu khawatir atau terlalu memusingkan segala sesuatu. Aku tidak mau nenek sakit apalagi kalau sampai stroke lagi. Ia wanita tua yang kuat dan ikhlas dengan segala lukanya.
Sedangkan papa ia terlihat gelisah entah kenapa. Mungkin papa takut kalau aku membongkar semua rahasianya yang kusaksikan sendiri dengan mata kepalaku saat malam tahun baru lalu dan malam-malam selanjutnya. Mama dan Nasya tak begitu memperhatikan dan seakan tak memperdulikan akan kepergian ku besok. Tapi tak mengapa aku tidak mau membuat suasana semakin rusuh.
"Ma, besok Aini pulang ke indo ya."
"Owh, mau pulang ke indo?"
"Iya ma."
"Ya sudah pulang saja."
Begitu jawaban yang kuterima dari mama saat aku berpamitan kemaren malam.
Sedangkan Nasya, dia bahkan sama sekali tidak mau bertegor sapa lagi denganku. Beberapa kali aku mencoba mendekatinya namun ia selalu saja pergi sebelum aku sempat mengatakan apa pun.
Mereka keluarga angkatku di Hong Kong ini. Awalnya semua berjalan baik-baik saja. Bahkan sangat baik. Semua berubah seratus delapan puluh derajat ketika tanpa kusadari ternyata aku jatuh cinta dengan anak mereka. Kami saling mencintai. Ini bukan salahku, karena aku benar-benar tidak tahu kalau dia ternyata adalah anak sulung dari keluarga angkatku. Dia adalah Farenzy, si tuan muda.
Dan yang paling menyakitkan adalah ketika semua tahu hubungan kami, aku seolah terasingkan. Segala tuduhan, fitnahan, caci maki, juga hinaan mengalir deras untukku. Aku kehilangan kepercayaan dari keluarga ini. Kecuali nenek. Hanya nenek yang masih selalu percaya padaku dan selalu melindungi ku. Beberapa kali nenek menggagalkan rencana Nasya untuk mencelakai ku.
Sementara Farenzy, dia semakin lama semakin berusaha menjauhiku. Bahkan terakhir ia mengatakan bahwa ia hanya menganggap aku sebatas adik angkatnya saja tidak lebih dari itu. Dan dia berusaha mengenalkan aku dengan beberapa teman prianya. Dengan terang-terangan ia mengatakan supaya aku bisa Move On darinya. Bagiku ini sungguh sangat menyakitkan. Orang yang aku cintai mengakhiri hubungan kami begitu saja hanya karena derajat kami berbeda. Bahkan dia sendiri tahu dan menyadari perbedaan itu sejak awal. Lalu mengapa setelah cinta itu datang dihatiku ia malah pergi dariku. Dengan alasan keluarganya tidak menyetujui hubungan kami.
Disaat aku benar-benar down, aku mengenal sosok yang berbeda. Dia pria Cina asli pribumi. Tapi sikapnya begitu tulus. Dia seorang Cina muslim. Kami saling kenal pada sebuah acara isro' mi'raj di masjid JAMIYA di Shelley street disana banyak penduduk muslim yang berkumpul baik yang pribumi maupun yang penduduk pendatang dari berbagai negara. Namanya Jianying Lim. Biasa disapa Lim. Hingga saat ini sebenarnya aku masih belum membuka hati ku untuk siapa pun tak terkecuali Lim. Bagiku hubungan kami hanyalah sebatas sahabat saja.
Malam berlalu tanpa sedetik pun aku bisa memejamkan mata untuk tidur. Hingga pagi datang menyapa dan aku bersiap-siap untuk pergi meninggalkan tanah Hong Kong yang selama lebih dari dua tahun ini menjadi tempat tinggalku.422Please respect copyright.PENANAnWb0iQXbzr
422Please respect copyright.PENANAUE3rC6yr8x
Tempatku merajut mimpi dan harapan demi masa depan.
Kulihat gawaiku ada pesan masuk. Ternyata dari Melly.
"[Sudah dimana Ai?]"
"[Masih dirumah]". Aku membalasnya.
"[Owh.. aku sudah di jalan mau ke bandara]".422Please respect copyright.PENANAELfmbfoB4Z
422Please respect copyright.PENANAMJ4n8vv5MS
Aku tidak membalas chat dari Melly lagi. Tapi aku menghubungi Lim. Aku mencoba menelponnya tapi tidak di angkat. Mungkin Lim masih di jalan mau422Please respect copyright.PENANAFxS3mPQ5DL
422Please respect copyright.PENANA59FxMJGiFm
menjemputku.
"Hai pin a (kamu dimana)?" Aku mengirimkan chat ke pada Lim. Tak lama Lim membalas.
"Siong Che (sedang naik mobil)."balasnya.
Beberapa menit kemudian ada yang menggetok pintu. Di adalah Lim. Lim menjemputku untuk pergi ke bandara. Mama dan papa sedang tidak ada dirumah mereka sudah berangkat bekerja. Nasya juga sudah berangkat kuliah. Hanya ada nenek. Aku berpamitan dengan nenek.
"Nek, Aini balik ke indonesia ya .. nenek baik-baik disini. Jaga kesehatan nenek, jangan banyak pikiran. Aini nggak mau nenek sakit lagi."
"Iya Ai, kamu juga hati-hati dijalan ya. Nenek sayang kamu. Nenek sudah anggap Aini seperti cucu nenek sendiri." Napas nenek tersesat menahan tangisnya.
"Iya Nek terimakasih sudah terima Aini disini. Aini datang hanya sebagai pekerja rumah tangga. Tapi berkat kebaikan keluarga nenek Aini bahkan bisa kursus dibeberapa tempat dan bahkan bisa bekerja disalah satu kantor cabang perusahaan keluarga papa Saeful."
"Iya Ai, nenek ngerti. Maaf kan mereka juga ya yang membuat hubungan mu dengan Farenzy hancur." Nenek mengusap air matanya .
"Justru Aini yang salah Nek. Aini benar-benar tidak peka. Aini bod*h, tidak mengenali siapa Farenzy dari awal. Aini yang salah Aini menyia-nyiakan kepercayaan kalian."
"Kamu nggak salah nduk. Ndak ada yang salah dengan perasaan cinta. Semua makhluk berhak jatuh cinta. Tapi mungkin Cinta itu datang di waktu dan tempat yang tidak selayaknya. Tapi nenek masih berharap kamu dan Farenzy bisa bersatu kembali." Nenek memelukku dan mengusap rambutku.
"Aini harus pergi dulu Nek. Takut nanti ketinggalan pesawat, teman-teman Aini sudah nungguin di bandara."
"Iya hati-hati nduk.."
"Iya Nek." Sekali lagi Aku memeluk nenek. Wanita tua yang nanti akan aku rindukan kelembutan hatinya.
Aku dan Lim tiba di bandara kulihat Sulastri, Melly, Sri, dan juga Vanes. Mereka serentak bangun dengan tatapan kagum saat aku masuk dan menghampiri mereka diikuti Lim selangkah di belakangku.
"Aini...!!!" Tiba-tiba terdengar seseorang memanggilku dari arah berlawanan. Aku langsung menoleh kearah sumber suara yang memanggilku. Ternyata ia adalah tuan muda Farenzy.
"Tuan Muda." Gumamku.422Please respect copyright.PENANADZ7zaqWbgv
422Please respect copyright.PENANAgXpdMQbTJZ
Ia berlari hingga mendekatiku. Dan kini ia selangkah tepat di hadapanku.
"Aini.. tolong jangan pergi sekarang. Kita bisa perpanjang Visa mu. Aku mohon kamu bisa lebih lama lagi disini Ai.." Ucap Farenzy sambil terengah karena habis lari mendekatiku tadi.
"Maaf mas, tapi aku harus pergi. Untuk apa lagi aku disini bukankah tugasku menjaga nenek sudah selesai. Nenek sekarang sudah sehat. Bukan masalah perpanjangan Visa tapi masalahnya aku harus pergi sekarang juga." Tegasku.
"Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi Aini..?" Farenzy berusaha menggenggam tangan ku tapi aku segera menarik tanganku dan mundur kebelakang. Hingga ia tak bisa menyentuhku.
"Tidak mas. Aku sudah tidak mencintaimu lagi." Tegasku sambil aku berlalu mendekati teman-temanku yang dari tadi terperangah menyaksikan semuanya. Sementara Farenzy masih diam terpaku di tempatnya. Kemudian ia menghilang entah pergi kemana tanpa aku pedulikan lagi.
Akhirnya tiba waktunya pesawat yang akan kami tumpangi untuk segera pergi meninggalkan Hong Kong dengan segala kenangan manis dan pahit didalamnya. Lim melambaikan tangannya. Dan aku membalas lambaian tangan Lim. Hingga kami naik pesawat Lim masih terlihat berdiri di tepi pintu bandara.
Teman-temanku bersorak, menertawai dan meledek ku.
"Cie..cie.. yang direbutin dua cowok ganteng..!!" Vanes meledek ku lalu mereka sama-sama tertawa. Aku menghela nafas panjang lalu membalas tawa teman-temanku dengan sebuah senyuman saja. Suasana pesawat jadi riuh gemuruh karena tawa mereka. Hingga membuat seorang mba pramugari datang menghampiri mereka. Meminta mereka untuk tidak berisik.
422Please respect copyright.PENANACXqegTnXYa
422Please respect copyright.PENANA3NUVkHbs0M
422Please respect copyright.PENANAkPXfHfJsxa
422Please respect copyright.PENANA294i2TmaKH
422Please respect copyright.PENANAqr4KQiGjlz
422Please respect copyright.PENANAouIOLnLdGA
422Please respect copyright.PENANAPpVIlMJxjY
422Please respect copyright.PENANAzmfICXDD1i
422Please respect copyright.PENANAPitZgfCKtm
422Please respect copyright.PENANA1mrAvWSeXp
422Please respect copyright.PENANAzsYFwUHNWZ
422Please respect copyright.PENANANbJeBzMstg
422Please respect copyright.PENANAyRD24QSg0O
422Please respect copyright.PENANA1DzZIyHMaK
422Please respect copyright.PENANAitK9UPI1SM
422Please respect copyright.PENANA5robhPx5J1
422Please respect copyright.PENANAsmEE9d1xAv
422Please respect copyright.PENANA1bXFMuPj9Q
422Please respect copyright.PENANA27Zh9omNYo
422Please respect copyright.PENANA5lRkCtladR
422Please respect copyright.PENANAUVefbZkT18
422Please respect copyright.PENANAPvMwrH9CKk
422Please respect copyright.PENANAeEqubiizdU
422Please respect copyright.PENANAPTFwfR7pY3
422Please respect copyright.PENANA1cQnK996gz
422Please respect copyright.PENANA9MhwCS89KV
422Please respect copyright.PENANA6RywTMHqLO
422Please respect copyright.PENANAiZK6pw3F0U
422Please respect copyright.PENANAqppc8OeQrk
422Please respect copyright.PENANAsc7QwUYfRU
422Please respect copyright.PENANAqmAhtRb2MX
422Please respect copyright.PENANAmQUgsWTXq5
422Please respect copyright.PENANADacImHiB8S
422Please respect copyright.PENANAZscZOd2aJr
422Please respect copyright.PENANAeAMujRdPk5
422Please respect copyright.PENANAeQMC0TSzG2
422Please respect copyright.PENANAmHbHZyLLqd
422Please respect copyright.PENANACzU0qtZMRn
422Please respect copyright.PENANAyso85RYjfT
422Please respect copyright.PENANAkKxsXxfHtf
422Please respect copyright.PENANANtGc1WnBZs
422Please respect copyright.PENANAz43Dkg2pqj
422Please respect copyright.PENANAlhR3OZioSE
422Please respect copyright.PENANA6oQ1cMyJ2v
422Please respect copyright.PENANAIDm9KTuTzZ
422Please respect copyright.PENANAfPUTdr3HdX
422Please respect copyright.PENANAbRZEq1Qvh8
Bersambung..422Please respect copyright.PENANARzTuWVbsbx
422Please respect copyright.PENANAwS34AA2GVw