Papan kayu bertuliskan Magwood di depan rumah berdecit ketika angin besar sedang menerpa kota malam mini. Untunglah persediaan makanan sang empu rumah untuk saat ini sangat mencukupi. Setidaknya mereka tidak perlu keluar rumah untuk sekedar makan malam.
Leah Magwood nampak memainkan sendoknya tanpa minat. Ujung sendoknya ia gesekan ke cekungan dalam piring yang masih terdapat kentang tumbuk di dalamnya. Berkali-kali ia menarik nafas dan menghembuskannya berat seperti orang yang sedang berpikir dengan keras.
Puncak helaan nafasnya berakhir ketika Samuel Magwood - Ayahnya, tiba dari arah dapur dengan dua gelas teh yang uapnya masih mengepul.
"Tidak lapar?"
"Tidak terlalu."
Leah kembali memainkan sendoknya.
"Aku tahu sepertinya ini kesalahan terbesarku kepadamu selama enam belas tahun aku membesarkanmu. Tapi Leah, aku harap kau mengerti."
Leah mendengus lagi kemudian mengangkat sebelah kakinya ke atas kursi sehingga ia bisa menyandarkan dagu pada lututnya.
"Apa boleh buat Sam, lagipula tempat tinggalmu yang baru mustahil ditempati olehku 'kan?"
Sam merasa benar-benar tidak enak sekarang. Ia tidak pernah berpisah jauh dengan putrinya selama ini kecuali saat ia harus perki ke Prancis selama beberapa waktu karena pekerjaannya.
Bagi Sam, Leah adalah segalanya. Namun pekerjaannya sebagai seorang Dokter mengharuskannya membagi perhatiannya dari sang buah hati. Sam pikir sejak kecil Leah sudah mengerti tentang hal tersebut, tetapi sepertinya kali ini ia akhirnya tahu jika Leah sangat sedih.
Jika saja pekerjaannya di daerah itu bisa mengabulkan syaratnya untuk membawa putrinya, pasti dengan senang hati Sam akan membawanya. Namun pekerjaannya ini adalah menolong orang, dan medan yang harus dilewati kali ini sangat menyulitkan dirinya untuk memboyong Leah bersamanya. Jangankan ditempati Leah, bahkan Sam harus tinggal menumpang di tempat masyarakat sehingga akan sangat mustahil jika Leah ikut bersamanya untuk tinggal dalam waktu yang lama, sehingga pada akhirnya Sam menggunakan jalan satu-satunya agar Leah tetap berada pada lingkungan yang aman.
Yaitu mengirimnya pada Ibu kandung Sam, Nenek Leah.
"Tapi, Garde Isle itu dimana? Aku sama sekali tidak pernah dengan nama pulau seperti itu."
"Ya... pokoknya cukup jauh dari yang kau pikirkan."
Leah menaikan alisnya. Bagaimana bisa ia harus pindah ke tempat yang bahkan sepertinya di peta saja tidak ada namanya. Leah tahu jika Ayahnya lahir dan besar bukan di bagian kota metropolis ataupun desa-desa di dekat pegunungan melainkan di sebuah pulau. Akan tetapi ia tidak menyangka jika pulau yang dimaksud Sam sebagai tempat kelahirannya adalah pulau antah berantah.
Leah dan Sam mengakhiri pembicaraan mereka saat itu. Keduanya nampak diam ketika saling bahu membahu saat mencuci piring dan merapikan bekas makan mereka. Baik Sam dan Leah - Keduanya nampak sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Sam merasa bersalah karena besok putrinya harus pindah ke tempat asing, sementara Leah merasa sedih karena ia tidak bisa bersama dengan Ayahnya lagi untuk waktu yang ia tidak tahu berapa lama itu.
Leah langsung naik ke kamarnya ketika ia memastikan semuanya sudah kembali ke posisinya. Gadis itu sedikit lelah belakangan ini karena ia tidak bisa tidur nyenyak. Semenjak Sam mengatakan ia akan tinggal dengan Neneknya di sebuah pulau aneh bernama Garde Isle, Leah selalu bermimpi buruk dan pola mimpinya selalu sama. Mula-mula ia berada di tempat asing dan dihadapannya ada Sam yang sedang tersenyum, lalu tiba-tiba Sam berubah menjadi seseorang yang menyeramkan lalu menusuk seorang wanita tepat di dadanya dan mimpi itu selalu berakhir dengan Sam yang menangis dengan tangan bersimbah darah. Awalnya Leah tak memikirkan mimpi itu karena ia berpikir jika dirinya terlalu sering menonton film horror dan thriller, namun belakangan ini mimpi itu setiap hari muncul dan sangat mengganggu waktu tidurnya.
Gadis itu merebahkan dirinya di kasur, sedikit merenung. Ia tidak pernah menyalahkan Sam atas pekerjaannya sebagai dokter. Justru ia sangat bangga, karena ia tahu pekerjaan Ayahnya sangat mulia. Namun di sisi lain, ia benar-benar sedih karena perhatian Sam yang sering terbagi karena ia sibuk bekerja. Dan kali ini, Sam akan pergi ke sebuah tempat evakuasi dimana dirinya tidak mungkin diajak untuk tinggal disana.
Leah menarik selimut hingga menutupi sebagian tubuhnya. Perlahan matanya mulai kembali terpejam. Saat ini ia tidak mau lagi memikirkan bagaimana kehidupannya di pulau itu, yang jelas ia hanya berharap sekarang dirinya berhenti mimpi buruk lagi.
******461Please respect copyright.PENANAO6k9SOK1e6
461Please respect copyright.PENANA8c106uFbd6
461Please respect copyright.PENANAo5zzNZqG5c
461Please respect copyright.PENANAl91PgEuytF
461Please respect copyright.PENANAhqg78tPQKY
Ketika pagi datang, Leah dan Sam sudah bersiap di mobil sedan berwarna biru kesayangan Sam sejak dulu. Barang-barang milik Leah sudah diletakan di jok tengah dan bagasi mobil, sementara sang pemilik barang kini sudah duduk manis tepat disamping sang Ayah.
"Kau pucat, sakit?"
"Hanya tidak bisa tidur." Leah menjawab singkat selagi tangannya sibuk mengaitkan sabuk pengaman agar terpasang dengan baik.
"Karena mau pergi?"
"Aku sering mimpi buruk belakangan ini." Kata Leah ketika mobil sudah meninggalkan rumah, "Yang kuceritakan waktu itu, soal mimpi aku melihatmu."
Sam menelan ludahnya kemudian menganggukan kepalanya. Sebelah tangannya terjulur untuk mengusap rambut hitam milik putrinya.
"Itu cuma mimpi, tidak perlu di khawatirkan."
Leah menganggukan kepalanya meski hatinya masih bertanya-tanya mengapa ia terus mimpi buruk selama berhari-hari dengan hal yang menyeramkan seperti itu.
Ketika jam menunjukan pukul sepuluh, mobil yang dikendarai Sam sudah memasuki wilayah Pelabuhan Utara. Mereka bisa melihat Pelabuhan cukup sibuk dengan berbagai macam hal hari ini. Mulai dari penumpang sampai ke angkut barang.
Mobil terus melaju hingga mereka memasuki wilayah pelabuhan yang agak sepi. Setelah melewati gerbang utama, rupanya masih ada gerbang lainnya di sini.
Sam turun dari mobil begitupula Leah, lelaki itu menurunkan koper milik Leah juga tas ransel kesayangan putrinya itu.
"Aku tidak bisa mengantar ke dalam karena tidak punya tiket." Kata Sam kemudian menyodorkan sebuah tiket bersama amplop berwarna merah marun dengan ornamen emas yang mengingatkan kita akan suasana natal, "Saat pendataan penumpang, berikan saja ini dan jangan bicara apa-apa, oke?"
Leah menyampirkan tasnya kemudian menerima tiket tersebut sambil mengangguk. Sam dan Leah kemudian saling berpelukan dengan erat, bahkan Leah bisa merasakan tubuh Ayahnya nampak sedikit bergetar seperti menahan sesuatu.
"Sam, aku menyayangimu, sehat selalu."
"Oh, Leah, aku juga sangat menyayangimu." Sam mengusap punggung Leah sebelum melepaskan pelukannya, "Berjanjilah untuk sehat selalu, dan maafkan aku."
"Apa kau tidak mau pulang? Bukankah aku akan tinggal di rumah Ibumu?"
Sam nampak terdiam sejenak sebelum tersenyum tipis dan mengangkat bahunya sambil berkata, "Entahlah, aku ingin, tapi sepertinya sudah tidak ada tempat untukku di sana." Katanya, "Tapi mereka akan menerimamu dengan baik, jadi jangan khawatir dan semoga kau menyukai suasananya. Meskipun kau akan merasa 'aneh' pada awalnya."
Leah hanya mengangguk perlahan sebelum mulai berjalan menjauh makin dalam melewati gerbang yang ada di hadapannya tadi. Sesekali Leah menoleh ke arah Sam yang masih berada di sana memandangi putrinya sebelum akhirnya Leah yang lebih dahulu berjalan maju lebih cepat dan tidak menoleh lagi ke belakang.
Setelah masuk lebih dalam, yang Leah lakukan hanya menoleh kesana dan kemari tanpa tujuan. Tidak ada orang disana, dan suara yang terdengar hanya suara beberapa kapal yang berada jauh di belakangnya tadi. Sekitar sepuluh menit ia habiskan hanya dengan berkeliling tanpa arah sebelum akhirnya ia bertemu dengan seorang pria berseragam krem dengan pluit di sakunya.
"Permisi," Leah menghampiri petugas tersebut, "Kemana arah jika mau naik kapal ke Garde Isle?"
Pria itu hanya menatap Leah beberapa menit sebelum tersenyum sopan dan menuntun Leah menuju ke arah Dermaga dimana sebuah kapal besar berwarna dominasi hitam putih dan garis merah tengah bertengger dengan gagah menunggu untuk diberangkatkan.
Ketika telah tiba di tangga untuk naik ke kapal, petugas tersebut mengulurkan tangannya tanpa suara. Leah menaikan alisnya.
"Data diri anda?"
Leah awalnya nampak kebingungan, namun setelah ia menyadari apa maksud dari petugas tersebut, ia menyerahkan tiket dan surat berwarna merah marun tersebut tanpa bersuara.
"Saya menunggu penumpang terakhir, tidak disangka itu anda." Kata petugas tersebut selagi memeriksa tiket milik Leah, kemudian membuka surat yang diberikan Sam tadi. Matanya nampak melirik Leah sekilas kemudian kembali membaca surat itu.
"Anak Magwood ternyata." Kata sang petugas kemudian mengembalikan surat dan tiket Leah kemudian membantu gadis itu membawa kopernya, "Saya Porter, semua orang yang naik kapal memanggil saya begitu."
Leah kelihatan menganggukan kepala tanpa bersuara sedikitpun, sesuai apa yang Sam katakan.
"Tugas saya adalah memastika semua penumpang telah naik ke kapal, meski itu harus menunggu sepuluh jam lamanya."
Leah menautkan alisnya bersamaan dengan tibanya mereka berdua di dalam kapal, di depan sebuah ruangan bernomor seratus delapan.
"Karena kapal ini hanya berangkat satu kali selama waktu tertentu, bukankah lebih baik menunggu semua naik, bukankah begitu Miss Magwood?"
Porter nampak tersenyum ramah ketika ia selesai meninggalkan koper di dalam ruangan dan langsung bergegas meninggalkan Leah tanpa berkata apa-apa lagi.
"Satu kali?" Leah menutup pintu, meletakan ranselnya kemudian duduk di sebuah sofa yang ada di ruangan tersebut, "Apa kapal ini hanya berangkat satu hari sekali ya?"
Lima menit setelah Leah duduk, bunyi seperti klakson mulai terdengar diiringi dengan getaran yang terasa di area kapal. Benda ini perlahan meninggalkan dermaga menuju tujuan yang sebenarnya.
Selagi menunggu di perjalanan, Leah melakukan beberapa hal, misalnya mengecek chat yang masuk dari teman-temannya ataupun bermain game yang ada di ponselnya. Beberapa kali speaker yang mungkin terpasang di setiap ruangan menyuarakan jika jarak ke Garde Isle memakan waktu dua belas jam sehingga mau tak mau Leah melakukan segala cara untuk menghilangkan kebosanannya selama dua belas jam tesebut.
Leah masih bertahan dengan ponselnya sekitar dua jam sebelum ia kehilangan sinyal. Karena tidak ada yang bisa dilakukan lagi, akhirnya Leah memutuskan untuk keluar dan berjalan-jalan barangkali ia bisa mendapat udara segar. Namun alih-alih udara segar, ia malah mendapati kapal ini tengah melewati kabut tebal berwarna pekat. Bahkan Leah sama sekali tidak bisa melihat keluar jendela karena kabut tersebut.
Leah juga tidak melihat siapapun baik di lorong maupun di tangga menuju lantai bawah. Yang ia lihat justru hanya Porter yang tadi membantunya. Porter melihatnya sambil tersenyum yang membuat Leah bergidik ngeri karena laki-laki ini seperti sedang mengawasinya. Akhirnya Leah memutuskan untuk kembali ke kamar dan menguncinya rapat-rapat. Sekarang satu-satunya hal yang bisa ia lakukan hanya duduk atau tidur hingga kapal tiba.
Pikirannya kembali melayang kepada Ayah dan rumahnya. Apakah sekarang Sam sudah pergi ke Rumah Sakit untuk bersiap pergi ke tempat barunya? Apakah pemilik Rumah yang baru akan merawat taman dengan baik sebaik dirinya? Apakah Bibi Abbott yang tinggal disebelah akan marah-marah pada Penghuni baru rumahnya? Pikiran-pikiran kecil tersebut mulai merayap di kepalanya. Padahal belum seharian, namun Leah sudah seolah tidak rela jika ia harus berpisah dari kesehariannya sebelum ini.
*****461Please respect copyright.PENANAQvLZ6ur5YU
461Please respect copyright.PENANA4e6ZC26uSs
461Please respect copyright.PENANAUxm5rdIfH7
461Please respect copyright.PENANA5pASl81rl7
461Please respect copyright.PENANA4V5ua4hlv2
Bunyi bel berdentang terdengar dari speaker sebelum suara seseorang menyampaikan jika sebentar lagi mereka akan tiba di Garde Isle. Leah yang baru saja terbangun dari tidurnya langsung saja mengambil tas dan menyiapkan kopernya kemudian keluar dari ruangan tersebut dimana Porter telah menunggu di depan ruangan dengan senyum nya yang mulai terlihat menakutkan.
Oke, ini menakutkan, pikir Leah.
Tanpa bicara apa-apa, Porter menarik koper Leah kemudian mengangkutnya kebawah. Mau tak mau Leah mengikuti pria itu dan tanpa di duga akhirnya ia bertemu dengan beberapa penumpang lain yang terlihat lebih tua darinya.
Leah mencoba mengintip dari jendela bagaimana Garde Isle itu. Leah rasanya ingin berteriak ketika melihat bagaimana indahnya pulau ini.
Ada banyak kapal bertengger di dermaga, air lautnya berwarna biru dan sangat jernih. Bahkan Leah bisa melihat ikan-ikan dibawah tengah berenang-renang diantara terumbu karang seolah menari-nari menyambut kedatangan kapal yang sebentar lagi akan menepi di Garde Isle.
Begitu kapal telah benar-benar menepi. Semua orang turun satu persatu begitupula dengan Leah. Ketika ia sudah turun, Porter menyerahkan koper milik gadis itu sebelum membungkuk layaknya seorang prajurit kemudian naik lagi ke dalam kapal. Leah bisa saja mengomentari sikap Porter, namun pemandangan yang kini ada di hadapannya lebih menarik untuk dipandang. Ada sebuah papan bertuliskan 'SELAMAT DATANG DI WHIT HARBOR, GARDE ISLE' kemudian dibawahnya ada papan berisikan peta dari Garde Isle.
"Leah Magwood?"
Leah menolehkan kepalanya ketika ada seseorang yang memanggil namanya. Seorang lelaki muda bertubuh tegap berambut coklat terang tersenyum selagi berlari kecil menghampiri Leah.
"Benar Leah Magwood?"
Leah menganggukan kepalanya, "Iya, kau?"
"Aku diminta Samantha, Nenekmu untuk menjemputmu kesini. Dia cukup sibuk di tokonya karena akan masuk musim ajaran baru." Lelaki itu tanpa permisi langsung saja menarik koper milik Leah dan gadis itu kembali terpaksa menguntit seseorang yang tidak ia kenal. Lelaki itu membawa kopernya ke sebuah mobil jeep hitam kemudian ia membuka pintu penumpang untuk Leah dan seketika itu juga rasa kesal gadis itu luntur karena rupanya lelaki ini berbeda dengan Porter yang menakutkan.
Lelaki tadi naik ke bagian kemudi lalu menjalankan jeepnya perlahan melewati kerumunan orang melewati pelabuhan dan mulai masuk ke bagian lain, kalau tidak salah tadi Leah membaca nama daerah ini sebagai OAKEN ROAD.
"Aku Agate, lupa memperkenalkan diri." Lelaki bernama Agate ini tersenyum ramah sekilas sebelum kembali memperhatikan jalanan, "Keluargaku dan Samantha tinggal bersebelahan. Kau akan sangat terkejut jika tahu betapa mereka menyiapkan banyak hal untukmu."
Leah tersenyum. jika dibilang seperti itu, sepertinya ia tidak perlu mengkhawatirkan bagaimana sikap Nenek yang bahkan belum pernah ia temui padanya. Gadis itu mengeluarkan ponsel hendak mengabari Sam jika ia sudah tiba, namun ia tidak bisa menggunakan ponselnya sama sekali karena tidak ada sinyal di sini.
"Agate, apa disini sinyal ponsel bermasalah?"
Agate nampak melirik ponsel milik Leah kemudian mengeluarkan sebuah benda yang mirip komputer tablet, namun ukurannya lebih kecil dari dalam dashboard mobil.
"Kita tidak pakai ponsel di sini, kita pakai itu. Namanya PDA."
"PDA? Serius?" Pikir Lea, PDA diciptakan sudah lama sekali, bahkan rasanya sudah tidak laku dibanding ponsel pintar. Dan sekarang ia harus menggunakan PDA untuk berkomunikasi.
"Kau tidak tahu ya? Garde Isle tidak menerima sinyal ponsel, jadi kami membuat pusat sinyal sendiri di sini. Dan ternyata hanya bisa ditangkap oleh PDA, jadi sejak dulu kami memutuskan menggunakan PDA ketimbang ponsel." Jelas Agate, "Pulau ini dibagi beberapa daerah. Kita tinggal di Westway, tepatnya di Bare brook. Ada wilayah kota lain dan kami menyebutnya sebagai Northway."
Leah mendengarkan Agate bercerita selagi ia berusaha mengoperasikan PDA yang ia terima dari Agate tadi. Garde Isle dibagi menjadi empat wilayah dan satu pulau khusus, dan pusat pendidikan berada di distrik Spring View yang berada di tengah-tengah Westway dan juga Northway. Agate juga merekomendasikan beberapa hal yang bisa dilakukan Leah jika sedang libur atau bosan karena sudah pasti jika menggunakan PDA berarti hanya bisa berkomunikasi via mail dan telepon, jadi Leah perlu mengucapkan selamat tinggal pada social media miliknya sekarang.
Jeep yang dikendarai Agate memasuki wilayah Bare Brook jika melihat plang yang baru saja mereka lewati. Untuk masuk ke Distrik Bare Brook, mereka perlu melewati bukit kemudian berbelok ke arah kiri ketika menemukan pertigaan. Sementara jika tetap lurus mereka akan masuk ke wilayah FOREST HILL OF ELDERMOUNT yang sepertinya adalah gunung.
Leah melirik dari kaca spion, beberapa mobil di belakangnya banyak yang terus lurus, sementara hanya sedikit mobil yang belok ke arah yang sama dengan dirinya.
"Apa Forest Hill of Eldermount itu tempat wisata?"
"Bukan." Kata Agate, "Kenapa kau berpikir seperti itu?"
Leah menunjuk ke belakang dengan jempolnya, "Karena banyak mobil tetap lurus ke arah gunung itu. Ku kira itu daerah perkemahan atau sejenisnya."
Agate tertawa sambil mengibaskan tangannya, "Tidak ada tempat wisata disana. Itu mobil para penghuni di Forest Hill, Aqua Lake, dan Eldermount."
"Disana ada rumah?" Leah bertanya dengan suara sedikit memekik. Jika ada orang-orang yang tinggal di atas gunung dengan mobil semewah tadi, bisa dipastikan mereka pejabat penting di pulau ini.
"Mereka tinggal di sana Leah, tapi mereka berbeda dengan kita."
Ketika mobil berhasil menuruni bukit dan Leah akhirnya bisa melihat kota kecil dan beberapa kehidupan, Leah kembali bertanya dengan suara agak keras agar Agate bisa mendengar.
"Berbeda? Apa mereka orang kaya?"
Agate tertawa lagi, membelokan setirnya memasuki Distrik Bare Brook kemudian menoleh ke arah gadis polos yang duduk di sampingnya.
"Mereka yang tinggal disana bukan Manusia biasa, mereka Penyihir."
*****461Please respect copyright.PENANA6yapXfg5c9
461Please respect copyright.PENANAmgDmkEzgrA
461Please respect copyright.PENANAppt0mpTdvL
461Please respect copyright.PENANALA2uWs027v
461Please respect copyright.PENANAWMSpurAo5f
461Please respect copyright.PENANAhKuy7a3lmR
461Please respect copyright.PENANAw343QXEjr1
461Please respect copyright.PENANAKfPPPuf2Mz
461Please respect copyright.PENANA3oCHYfoNyH
461Please respect copyright.PENANAdTa7rjd0CC
461Please respect copyright.PENANAFZKvAmGqiT
461Please respect copyright.PENANAc1zYnSqqvl
461Please respect copyright.PENANACj0cgk5lP3
461Please respect copyright.PENANAEPVwW3LB2t
461Please respect copyright.PENANAlY9S2nfABw
461Please respect copyright.PENANArDHgy92bAa
461Please respect copyright.PENANAmR9tz1uNwE
461Please respect copyright.PENANAfSBMlMXHok
461Please respect copyright.PENANAsTgp96MYiu
461Please respect copyright.PENANAfZOqlME2vP
461Please respect copyright.PENANAXEHJSymsoY
461Please respect copyright.PENANAXodGhJvVlG
461Please respect copyright.PENANAa0sEuxymic
461Please respect copyright.PENANAvnE8TmBgSQ
461Please respect copyright.PENANAf9qONCh0NJ
461Please respect copyright.PENANAhqVdKi3jF2
461Please respect copyright.PENANAj9uGgiz29I
461Please respect copyright.PENANAZT2stBQABs
461Please respect copyright.PENANAI7IpRJCk6T
461Please respect copyright.PENANAQVpgTm7t0E
461Please respect copyright.PENANAgIlTUIYVZl
461Please respect copyright.PENANAiT4lB7thIv
461Please respect copyright.PENANAN2vzzTLxt1
461Please respect copyright.PENANAhOdLGvkzwN
461Please respect copyright.PENANA0GzbyEapyG
461Please respect copyright.PENANAz1La0dXp6o
461Please respect copyright.PENANAPNTHab8ZNG
461Please respect copyright.PENANAp82PEBs9Zh
461Please respect copyright.PENANAlIzPxzSVuW
461Please respect copyright.PENANAgoSWZGthHM
461Please respect copyright.PENANAWXx1DnbNHw
461Please respect copyright.PENANAmR14CpsNH4
461Please respect copyright.PENANAx4fKkU6U8n
461Please respect copyright.PENANAl0gYPHW9Nj
461Please respect copyright.PENANAnupbFeR2Gy
461Please respect copyright.PENANA31P533P67f
461Please respect copyright.PENANAhjDXvoYhNX
461Please respect copyright.PENANAlfeFGy38aE
461Please respect copyright.PENANAtSMiPqqAGC
461Please respect copyright.PENANAMzX3wRdCLV
461Please respect copyright.PENANAgHdyz2HnWj
461Please respect copyright.PENANAtxG7b9etF9
461Please respect copyright.PENANAdTIvtmJ6RK
461Please respect copyright.PENANAnBRuImc0hY
461Please respect copyright.PENANALVdEzTWv7G
461Please respect copyright.PENANAsOJKEcRgqb
461Please respect copyright.PENANAYAsLkDpfJS
461Please respect copyright.PENANA4fDjZ0aTaX
461Please respect copyright.PENANAdKlsVGnZv2
461Please respect copyright.PENANAcW81sXxYqD
461Please respect copyright.PENANAn7hLDv1GGi
461Please respect copyright.PENANAsJHwBHgBj8
461Please respect copyright.PENANA5rKZzL0pMN
461Please respect copyright.PENANAstSo0FA1TU
461Please respect copyright.PENANA9A1zjyVsfo
461Please respect copyright.PENANAbGcc0pFWeS
461Please respect copyright.PENANAKnTSBkOHH6
461Please respect copyright.PENANA6wUddIC9oq
461Please respect copyright.PENANAifxU90dMXB
461Please respect copyright.PENANAlJlTOixSRs
461Please respect copyright.PENANAUxcR4sCUBh
461Please respect copyright.PENANAAfcsvA7Ef9
461Please respect copyright.PENANAgvrQCwI7tw
461Please respect copyright.PENANAlw5dDV2KIF
461Please respect copyright.PENANAerhShPfihv
461Please respect copyright.PENANAhQ5g1stwt1
461Please respect copyright.PENANARhQCqvAv6C
461Please respect copyright.PENANAIrZeYOyjDG
461Please respect copyright.PENANADapEu7Jnwr
461Please respect copyright.PENANA41yr1PKQK9
461Please respect copyright.PENANAtg7ezSmnBB
461Please respect copyright.PENANA0aqm3TtooQ
461Please respect copyright.PENANAKC9ZByBAIR
461Please respect copyright.PENANABNMpzghQpn
461Please respect copyright.PENANAi8SUIiMnVp
461Please respect copyright.PENANAonTMvfsMYA
461Please respect copyright.PENANAaMRafS3YLm
461Please respect copyright.PENANAHYF5sDjC4L
461Please respect copyright.PENANASPvRmaCMBW
461Please respect copyright.PENANA6QR8281DCe
461Please respect copyright.PENANAKl4CK5fqey
461Please respect copyright.PENANAAgFrsjqddO
461Please respect copyright.PENANAw3jGs0zne8
461Please respect copyright.PENANApEfHSjCeAd