Playlist : *Marshmello ft Anne Marie* Friend
©©©
"Seperti hitam dan putih, kita berbeda dan ingin bersama maka warna cerita kita akan abu-abu."
®®®775Please respect copyright.PENANA0TAnpAajF2
Sekelas, menjadi teman sekelas. Apaan itu?
Bagi Lucy, Fiya bukan temannya. Hanya sebuah kebetulan atau memang takdir yang membuat dirinya dan Fiya berdiam di kelas yang sama.
"Gue nggak akan nyerah," ucapnya dengan geram
Bagaimana bisa di pagi hari yang cerah ini, dia melihat pemandangan yang sangat membuatnya langsung buta dengan amarah.
Di sana, tepat di pintu kelas mereka Fiya dan Rano tengah berbincang dengan santainya seolah dirinya tidak ada.
Dan Lucy cemburu dan marah sekaligus, namun dia hanya diam.
Hingga saat dua sosok yang menjadi santapan tatapan tajamnya itu sudah duduk di bangku mereka masing-masing, barulah Lucy beraksi.
Dia berjalan mendekat ke arah pihak perempuan, bukan dengan wajah marah berapi-api bahkan berasap seperti perasaannya tetapi dengan adem dan kalem seperti tidak ada badai dalam dirinya.
"Pagi, Fi," sapa Lucy dengan ramahnya, senyum palsunya terlihat sempurna
Namun, Fiya bukan tipe orang yang tidak peka. Dia seolah bisa mencium bau dari asap tidak terlihat dalam diri Lucy hanya dengan menatap sekilas kilatan amarah di mata Lucy.
Dia memilih diam, dan membalas sapaan Lucy. "Pagi, Lucy."
Lantas Fiya merasa dirinya tengah diperhatikan, dan benar saja saat dirinya melirik ke arah belakangnya. Di sana Rano tengah memperhatikan mereka berdua, tatapan was-wasnya tengah menyala saat pemuda itu menatap ke arah mereka.
"Ada apa? Lo udah ngerjain pr matematikanya, kan?" diam-diam Fiya memberi kode kepada Rano dengan jarinya lewat bawah bangkunya, "gimana bisa, nggak?"
Dan hebatnya, Lucy tidak menyadari itu. Karna gadis dengan wajah imut itu lebih berfokus ke arah wajah cantik milik Fiya, seolah wajah Fiya berkemungkinan akan menculik perhatian Rano jika tidak dia awasi.
"Udah, tapi sebagian belum," ucap Lucy melembut
Sepertinya kobaran api di dalam diri Lucy sudah padam secara perlahan hanya dengan sedikit pengalihan perhatian dari Fiya. Dan Fiya bersyukur karena hal itu.
"Yang mana? Biar gue bantuin kerjain, mumpung masih ada waktu," tawar Fiya
Fiya benar-benar cerdas dalam menawar, bahkan tawarannya itu membuat mood Lucy langsung naik drastis.
Lucy lebih memilih melupakan apa yang dia lihat tadi, dia dengan semangat mengambil bukunya yang sempat terabaikan olehnya. Membuka dan menunjukkan bagian yang tidak dia ketahui pada Fiya dengan semangat ingin tahu.
Dan diam-diam, Rano seolah mendapat sebuah obat dari penyakit ini. Beri saja Lucy sebuah penawaran fantatis dan mungkin saja gadis imut bakal mundur darinya dan Fiya.
•••
Rano mengeryit, ada raut tidak nyaman di wajah tampannya saat mengetahui siapa yang tengah duduk di sampingnya, Lucy.
"Hai, No. Kenapa lo bareng Fiya tadi?" Tanpa basa-basi yang murahan dan membuang waktu, Lucy langsung bertanya perihal tadi pagi.
"Kita ketemu di koridor," ucap Rano dingin
Matanya sama sekali tidak melirik ke arah Lucy yang tengah memperhatikannya dengan tatapan penuh selidik. Dia lebih memilih sibuk dengan permainan di ponselnya.
"Lo mau bohongin gue?" tanya Lucy, tatapannya berubah tajam, "katakan, kenapa lo harus sama dia?"
Rano berhenti bermain dengan ponselnya, dia tidak peduli lagi jika dirinya kalah dalam permainan itu. Dia lebih tertarik untuk menang berdebat dengan Lucy detik itu juga.
Dia tersenyum miring, dan berucap, "Kenapa?"
"Gue nggak suka, setidaknya jangan dia,"
Rano menoleh, matanya menatap ke arah Lucy dengan tatapan seolah tertarik dengan gadis imut itu.
Hingga dirinya mengetahui kalau Lucy mulai gugup karena tatapannya itu, barulah Rano mengubah mimik wajahnya menjadi datar dan dingin.
"Tapi, gue suka," ucap Rano lamat
Lucy melongo, Rano telah mempermainkannya dengan sangat mudah. Dia tidak mau itu.
"Jangan katakan hal itu, karna gue nggak percaya ucapan itu,"
Rano mendekatkan wajahnya ke arah Lucy, menatapnya tajam, "Lo harusnya percaya, karna lo tahu gue nggak bohong kali ini."
Lalu menghindar segera saat dia selesai dengan perkataannya, dan itu bertepatan dengan Fiya yang baru saja memasuki kelas mereka.
Tatapannya tak terbaca ke arah Rano dan Lucy, apalagi saat Lucy dengan sengaja mendekat ke arah Rano dan merangkul lengan pemuda itu.
Rano melirik ke arah Fiya yang masih betah menatap mereka, ada tatapan "jangan percaya ini" di bola matanya. Namun, Fiya mengabaikannya dan duduk di kursinya sendiri dan berbincang dengan Hani seolah tidak melihat hal ganjil.
Lucy merendam emosinya, faktanya walaupun dia berdekatan dengan Rano dia tahu kalau yang diucapkan pemuda yang sudah dia kenal lebih lima tahun itu bukan sebuah kebohongan.
"Apa ada hubungan diantara kalian?"
Rano diam, dia tidak menjawab. Matanya menatap ke arah Fiya yang tengah berbincang dengan Hani.
"Gue harap hubungan itu nggak seburuk perkiraan gue," tukas Lucy lagi dan hampir bergerak untuk pergi, jika Rano tidak menahan pergelangan tangannya.
Dia menatap Rano yang masih tidak memalingkan tatapannya dari Fiya. Lucy bisa melihat Rano menahan senyum seringai di wajahnya.
"Sayangnya, hubungan itu lebih buruk dari perkiraan terburuk yang ada di otak lo, Lucy," Rano menoleh, menatap Lucy dengan seringai yang tidak disembunyikan lagi, "even very dangerous for me to tell you."
Dan detik selanjutnya, Rano melepaskan Lucy bergerak lebih dulu untuk meninggalkan gadis imut itu. Lucy mengikuti setiap pergerakkannya.
Bukan sebuah keputusan baik, karena yang dia lihat adalah sebuah petaka untuknya. Rano berjalan ke arah Fiya dan Hani, bahkan pemuda itu berhenti di hadapan Fiya.
Lucy bisa melihat bibir Rano bergerak mengucap kalimat "our love is the most dangerous show in the earth" saat pemuda itu menepuk kepala Fiya dengan perhatian. Lalu berlalu dengan seringai tipis setelah melirik ke arah Lucy.
Bibir Lucy bergetar, gadis itu menggigitnya erat menahan raungannya. "Lo belum tahu sebahaya apa gue, Rano."
"Lucy, lo ngapain di situ? Ayo sini, gue ada makanan buat lo." Tiba-tiba suara Fiya terdengar dari depan.
Dengan tatapan marah, Lucy menoleh ke arah Fiya. Dia menganggap gadis cantik itu tengah mengejeknya, dan makanan di meja Fiya seolah perayaan dari kemenangan gadis itu darinya.
"Lo, gue nggak akan nyerah Fiya," ucap Lucy
Hani menatap heran ke arah Lucy tidak mengerti maksud ucapan gadis imut itu. Berbeda dengan Fiya yang hanya tersenyum seadanya, alisnya sedikit terangkat seolah tertarik dengan pembuktian ucapan Lucy.
Lalu Fiya tersenyum manis sambil berkata, "Kalo gitu ayo berjuang bersama, karna gue juga bukan tipe gampang nyerah, Lucy."
Dan percayalah, Hani ataupun Lucy yang mendengarnya tahu ada deklarasi perang di waktu itu.
🍁🍁🍁
ATTENTION!
Dilarang untuk memaki atau mencaci, karna mungkin cerita ini akan semakin gila di setiap partnya!
Ditulis : 775Please respect copyright.PENANARkr07u4z7E
24 Oktober 2k19775Please respect copyright.PENANAZnMRiGkA5w
775Please respect copyright.PENANAlJ8u5mg01x
775Please respect copyright.PENANABx9frPMPA0
775Please respect copyright.PENANApM1a9chdt4
775Please respect copyright.PENANAKkTXHsZxmF
775Please respect copyright.PENANAoPEeUuorFn
775Please respect copyright.PENANAlHxdKCrJsP
775Please respect copyright.PENANAtqfBk88luE
775Please respect copyright.PENANAk57bi9c3bj
775Please respect copyright.PENANAZnrOoLnWCW
775Please respect copyright.PENANAJVof0GdIfX
775Please respect copyright.PENANA22RJBdjf8p
775Please respect copyright.PENANAqCytLzjw6z
775Please respect copyright.PENANADGAn7UfqkP
775Please respect copyright.PENANA6JhvGgmM2v
775Please respect copyright.PENANANroU5VMb3V
775Please respect copyright.PENANAG0Y2TMQNRK
775Please respect copyright.PENANAPPHeOM1iA3
775Please respect copyright.PENANAmlifUR4lIz
775Please respect copyright.PENANAEPhR5Y3q6H
775Please respect copyright.PENANAQovEDqrhz6
775Please respect copyright.PENANA3YRB3Q5W2L
775Please respect copyright.PENANAYlJghfgqOZ
775Please respect copyright.PENANAIXYI8wJpYz
775Please respect copyright.PENANA5UtIWvHiFM
775Please respect copyright.PENANA7Kq7pEHTck
775Please respect copyright.PENANAKiZqlldF6q
775Please respect copyright.PENANAYfB1vVlWIk
775Please respect copyright.PENANAjadkjLpXrA
775Please respect copyright.PENANAxbAlWJwPNE
775Please respect copyright.PENANAhxdNzsWw67
775Please respect copyright.PENANA5vKYtBtwxL
775Please respect copyright.PENANAAH5fAYvyUi
775Please respect copyright.PENANAh59oXHRZ0T
775Please respect copyright.PENANAeIcflDlG7F
775Please respect copyright.PENANACsDGU6rOfd
775Please respect copyright.PENANAMFIvgK0qWI
775Please respect copyright.PENANAFCagmZLx4v
775Please respect copyright.PENANABWoeoDTYnr
775Please respect copyright.PENANAly5MOYIpGQ
775Please respect copyright.PENANAKhNMEfCbtf
775Please respect copyright.PENANAPJrGAostqi
775Please respect copyright.PENANASNz4Z2Olxn
775Please respect copyright.PENANAPFXTNUWYdz
775Please respect copyright.PENANAPrAyJDRv3A
775Please respect copyright.PENANA8MOrBGUTpw
775Please respect copyright.PENANApj95plWUCM
775Please respect copyright.PENANAY3JxHlSWym
775Please respect copyright.PENANAdvhQEqlrvd
775Please respect copyright.PENANAOSjmC3r1FY
775Please respect copyright.PENANAR1a16Y7TmT
775Please respect copyright.PENANA3RnP66jXWW
775Please respect copyright.PENANAfxTU8nKRZO
775Please respect copyright.PENANAWEG5WwkicX
775Please respect copyright.PENANA64v5dtMKbM
775Please respect copyright.PENANATgeI5o883z
775Please respect copyright.PENANAnJqgaUauo9
775Please respect copyright.PENANA28R5bjiSjY
775Please respect copyright.PENANAMBllWwkiw8
775Please respect copyright.PENANAMeUUt0TbmM
775Please respect copyright.PENANAXorRjiAGFJ
775Please respect copyright.PENANAENX74t8SQJ
775Please respect copyright.PENANA82jCTJAINe
775Please respect copyright.PENANAJ10LqAio0M
775Please respect copyright.PENANA7KtHVYaMth
775Please respect copyright.PENANAvv4Xdogxhk
775Please respect copyright.PENANA3OxZAFwxMa
775Please respect copyright.PENANAlxBh95jvfz
775Please respect copyright.PENANA0IPKnyZdgn