
Malamnya aku tidur dengan Heru.
442Please respect copyright.PENANAzc9gaMSNm8
Dia memelukku dari belakang, menciumi leherku. Tangannya menyusup ke dalam piyama, aku membalas perlakuannya. Tapi dalam hati, aku merasa sudah berselingkuh dari seseorang yang bukan suamiku.
Padahal akulah yang berselingkuh. Tapi tubuhku terlalu familiar dengan sentuhan lain. Terlalu terbiasa dinikmati, ditekan, direnggut. Sentuhan Heru terasa asing, terlalu lembut, terlalu sopan.
442Please respect copyright.PENANAQvp4T6C6OW
Saat tubuhnya menindihku, aku berusaha merespons untuk melayani Heru. Tapi, pada akhirnya aku klimaks dengan cara yang lain. Bayanganwajah Luki, lidah Luki, batangnya yang keras, gerakannya yang kasar. Sensasi pria muda yang masih liar-liarnya.
Imajinasiku itu yang menghantarkan ledakan dari dalam tubuhku, bukan karena Heru. Dan hal itu semakin membuatku aku sadar, tubuh ini bukan milik suamiku lagi. Bagiku, Luki tak lagi sekadar bocah teman Tejo. Di mataku, dia sudah seperti kekasih rahasia yang keberadaannya berbahaya dan nyata untuk kepuasanku.
442Please respect copyright.PENANA7EXEyQ6zwn
Dia haus, iya. Tapi aku? Aku lebih haus darinya.
Dan aku tahu betul cara bermain di batas paling tipis dari akal sehatku. Dia tak pernah benar-benar mulai lebih dulu. Tapi selalu ada di waktu yang tepat, tempat yang tepat. Dengan sorot mata yang tidak pernah bisa menyembunyikan birahi.
442Please respect copyright.PENANAC3OIILi7wh
Siang itu panas. Aku hanya memakai daster, yang didalamnya bra hitam menyelimuti kedua payudaraku dan celana dalam tipis berenda. Saat sedang menjemur pakaian di belakang rumah, Tejo sedang keluar dan tak lama Luki datang tanpa suara. Aku tahu dia memandangiku dari balik pintu dapur. Matanya mengikuti setiap gerakanku. Saat aku membungkuk, menggantungkan pakaian, keringat menetes di antara dadaku, dan kulitku lengket. Aku pura-pura tak sadar, tapi saat aku membalik badan dan menangkap sorot matanya, aku tersenyum kecil.
442Please respect copyright.PENANAhVy1speUrR
“Ngapain diem di situ?”
“Liatin Tante...” suaranya parau. “Udah puas?” tanyaku sambil mengedipkan mata.
“Belum.” Aku melangkah mendekatinya, perlahan.
442Please respect copyright.PENANALg33zrq40b
442Please respect copyright.PENANAfGwaAjceBP
Baca versi lengkapnya lihat dari profile penulis.
ns216.73.216.85da2