
Di dalam ruangan gym yang luas dan terang, udara dipenuhi dengan suara besi yang bergetar, napas yang terengah-engah, dan musik motivasi yang mengalun dari speaker. Lampu neon di langit-langit memantulkan cahaya kuat, membuat setiap tetes keringat di beberapa orang nampak terlihat jelas. Cermin panjang memperlihatkan refleksi dari banyak orang, beberapa dengan otot yang menonjol, yang lain dengan postur yang tegap, dan ada juga yang masih dalam perjalanan mencapai impian mereka.
Di sudut weightlifting, seorang pria berotot dengan kaus ketat sedang mengangkat besi yang berat. Dia adalah Jaka, salah satu temanku, kebetulan hari ini dia memiliki jadwal latihan yang sama denganku. Keringat mengalir deras di wajahnya, otot-otot bisepsnya menegang setiap kali ia mengangkat beban.
Di sebelahnya, seorang wanita muda dengan celana training dan Crop Top sedang melakukan bench press. Matanya tajam dan fokus, nafasnya berhembus teratur. Setiap kali beban mengenai landasan, suara lenguhan keras mengiringinya. Aku mengingat namanya dengan sebutan Angel, atau entah siapa. Satu hal yang paling membekas dalam kepalaku adalah bagaimana Angel beberapa malam lalu membuat penisku memuntahkan sperma begitu banyak di dalam kamar mandi gym.
Di area cardio, beberapa orang berlari di treadmill. Seorang pria setengah baya dengan jaket hoodie sedang berlari kencang, sementara seorang wanita muda di sebelahnya melakukan joging ringan sambil mendengarkan musik dari earphonenya. Sesekali wanita muda yang baru bergabung di gym satu minggu terakhir itu melirik genit ke arahku. Aku hanya tersenyum ramah, pandangan mata serta tingkah genit seperti itu sudah sering kudapatkan.
Di area stretching, seorang wanita paruh baya dengan pakaian yoga ketat memperhatikan nafasnya saat melakukan pose downward dog. Tante Sarah adalah salah satu primadona di gym ini, janda semok terkenal karena sering menikmati batang penis pria kekar di sini. Tentu saja salah satunya adalah penisku. Kalian pasti bertanya kenapa setiap wanita di gym ini pernah bersetubuh denganku, apakah aku ganteng? Atau setidaknya kaya raya dengan pekerjaan mentereng?
Jawabannya adalah TIDAK!
Sebagai pria keturunan asli Papua wajahku tak bisa dikatakan menarik jika disamakan dengan stereotipe standar ketampananan masyarakat pada umumnya terutama di pulau Jawa. Dengan garis rahang tegas, kulit hitam legam dan bentuk wajah gahar tentu aku sama sekali tak bisa masuk dalam kategori ganteng. Satu-satunya yang bisa kutonjolkan hanyalah bentuk tubuhku yang tinggi besar dan kekar berotot.
Lima tahun lalu aku merantau ke Jawa hanya bermodalkan sebuah ijazah SMA dan keberanian. Semua jenis pekerjaan kasar aku lakukan hanya untuk bertahan hidup. Aku bukan terlahir dari keluarga kaya, apa yang ingin kumakan setiap harinya harus kuperjuangkan dengan tetesan keringat. Satu-satunya yang kupegang sebagai prinsip hidup selama di perantauan adalah pesan Ibu untuk tak menyakiti orang lain.
Takdir seolah sedang berpihak padaku tiga tahun lalu saat dipertemukan dengan Allea, wanita cantik asli bumi Pasundan yang kini telah menjadi istriku. Allea adalah puteri semata wayang bosku waktu itu, pertemuan kami nyatanya meninggalkan kesan mendalam. Bukan hanya untukku tapi juga bagi Allea. Perjalanan cinta kami menemui banyak rintangan, bukan hanya karena perbedaan suku tapi juga karena jurang strata sosial kami yang begitu jauh. Allea adalah puteri seorang konglomerat, sementara aku hanyalah seorang petugas keamanan di salah satu rumah mewahnya.
Tapi itu semua hanyalah penghalang sementara, cinta kami berdua akhirnya bisa meyakinkan kedua orang tua Allea untuk menerimaku sebagai menantunya. Dan sekarang aku berada di posisi ini, sebuah posisi yang sama sekali tak pernah kubayangkan sebelumnya. Menjadi suami dari seorang wanita kaya raya, menikmati semua kemewahan yang tak kuhasilkan dengan bersusah payah.
Allea memutuskan untuk membuka sebuah gym di pusat kota. Aku tau ini hanyalah alasan istriku agar aku terlihat memiliki pekerjaan yang layak dan tak dipandang sebelah mata oleh keluarganya. Maka di sinilah aku sekarang, seorang pria Papua beruntung yang “memiliki” sebuah gym besar dengan banyak member.
Sejak mengelola gym, kemampuanku berkomunikasi dengan orang mulai berubah. Aku jadi lebih mudah akrab dengan orang-orang baru, alhasil relasiku pun makin bertambah. Berbagai macam orang dengan latar belakang berbeda kutemui di sini, membuatku jadi pribadi yang lebih ramah dan komunikatif. Maka jangan heran, meskipun wajahku tak seganteng aktor drakor tapi banyak wanita yang tertarik padaku, mereka menyukaiku karena aku selalu bisa menemukan bahan obrolan menarik. Belum lagi penampilan fisikku yang tinggi besar dendan otot-otot nan kekar.
“Jo, Lu hari ini ada acara?” Tanya Jaka sesaat setelah aku menyelesaikan target angkat bebanku.
“Hmmm, hari ini aku harus nemenin Allea nyiapin wedding sahabatnya. Ada apa emangnya?”
“Wah sayang banget, habis ini kami mau ada party kecil-kecilan di hotel deket sini.” Angel yang baru saja menyelesaikan sesinya juga terlihat mendekat dan berdiri mesra di dekat Jaka.
“Oh ya? Aku kayaknya nggak bisa gabung dulu. Bisa dihajar Allea nanti kalo aku nggak nemenin dia. Hahahahha.” Selorohku sambil mengelap keringat di leher.
“Sayang banget Bang Joshua nggak bisa ikut. Padahal aku masih pengen ngrasain kontol dari Timur.” Ujar Angel tanpa malu-malu yang langsung disambut gelak tawa Jaka.
“Hahahahaha! Sementara kamu ngrasain kontol mas-mas Jawa dulu.” Godaku tak kalah vulgar.
“Ya udah Jo, kami pamit dulu. Tapi nanti kalo Lu berubah pikiran WA aja ya. Gue sharelok, pintu selalu terbuka untuk Lu.” Ujar Jaka seraya mengamit mesra lengan Valen.
“Siaaap komandan!” Balasku sembari memberi hormat ala militer.
Jaka dan Angel berlalu meninggalkan gym, kupandangi bagian belakang tubuh Angel yang menggoda, entah sudah berapa kali aku sempat mencicipi kemolekan wanita cantik itu. Setelah mandi dan membereskan beberapa barang ke dalam tas olahraga, aku bergegas menuju sebuah hotel bintang lima di pusat kota. Istriku sejak semalam sudah menginap di sana untuk mempersiapkan pernikahan Valen, sahabatnya. Kebetulan acara itu akan dihelat di hotel tersebut.
Ingatanku kembali pada saat beberapa bulan lalu untuk pertama kalinya aku bertemu Valen di Bali. Kami bertemu karena Allea mengajakku menghadiri acara resepsi pernikahan salah satu temannya yang lain bernama Ocha. Hari itu juga untuk pertama kalinya Allea mengenalkanku pada salah satu “ritual” yang dilakukannya bersama beberapa sahabat dekatnya saat salah satu dari mereka mengakhiri masa lajang yang diberi nama “Night Party”. Salah satu aturan main di “Night Party” adalah, siapa yang mau menikah, malam sebelumnya mempunyai hak untuk memerintah dan berbuat sesuka hatinya. Nanti kita akan bahas tentang “ritual” ini lebih jauh lagi.
Tak butuh waktu lama saat mobil yang kukendarai sudah berhenti di pelataran parkir hotel. Aku kemudian bergegas menuju lobby dan naik ke lantai delapan tempat dimana kamar Allea berada. Setiap kali selesai melatih otot di gym, libidoku meningkat drastis. Aku sudah membayangkan jika Allea membuka pintu kamar nanti, aku akan langsunng menerkamnya, menyetubuhinya tanpa ampun. Pintu lift terbuka, aku melangkah ke arah kanan sembari memperhatikan nomor-nomor di bagian pintu. Selang beberapa menit aku sudah berada di depan kamar bernomor 873, kuketuk perlahan.
“Hai sayang…”
Allea membuka pintu dan langsung kusambut dengan pelukan dan ciuman hangat yang mendarat di bibirnya. Tanganku cekatan bergerak ke bagian pantatnya, kuremas-remas karena dorongan birahiku yang sudah meninggi sedari tadi. Allea sama sekali tak punya kesempatan karena tubuhnya kalah besar dan kuat dibanding tubuhku. Tangan kiriku bergerilya masuk ke dalam piyama dan BH, sambil sedikit bergerak mendorong Allea ke arah tempat tidur.
“Sayang…Ssshhhh…”
Semua terjadi sangat cepat tanpa bisa dicegah oleh Allea, kini tanganku sudah membuka kancing piyama dan BH yang dipakainya. Celana legging halus yang dikenakan juga tidak lolos dari serangan cepatku. Kami masih berciuman, kuhisap lidahnya hingga barisan kata yang berada di sana tak sampai terucap. Perlahan kudorong Allea menuju tempat tidur dengan bagian atas yang sudah telanjang, bagian bawah menyisahkan celana dalam dan legging yang menggantung di lutut.
Namun aku kaget bukan main ternyata ada orang lain selain kami berdua di dalam kamar. Di sofa sedang duduk Valen dan calon suaminya yang terpaksa melihat apa yang kami lakukan. Segera aku melepas pelukan dan ciumanku lalu buru-buru menarik kembali legging Allea yang belum sepenuhnya lepas.
Aku yakin saat itu pasti calon suami Valen sudah melihat kemolekan tubuh istriku, apalagi saat itu payudara Allea terbuka bebas. Pria berkacamata minus itu nampak salah tingkah saat aku menatap matanya sementara Valen hanya cengengesan menertawai apa yang baru saja dilihatnya.
“Eh maaf, nggak tahu kalau ada orang!” Ucapku sedikit panik.
“Sayang nih tiba-tiba main nyosor aja, malu tahu diihat orang!” Balas Allea sambil mengambil BH dan bajunya yang jatuh di lantai lalu mengenakannya kembali.
“Wah ada yang horny berat nih. Lanjutin lah, Gue pengen nonton liveshow. Hahahahaha!” Goda Valen.
“Ngaco Lu!” Balas Allea.
“Ka-Kami permisi dulu Bang. Maaf tadi kami nggak sengaja liat.” Ujar calon suami Valen yang sampai detik ini tak kuketahui namanya.
“Hahahaha, enjoy ya. Gue juga mau maen kuda-kudaan di kamar sebelah.” Valen mengikuti langkah calon suaminya dan beranjak meninggalkan kamar.
“Wooii! Belum muhrim kalian.” Ledek Allea yang masih sibuk membenahi piyamanya setelah tadi sempat aku acak-acak. Valen hanya nyengir kuda dan menjulurkan lidahnya pada kami berdua.
“Sori ya beb, aku tadi lagi horny banget.” Kataku saat Valen dan calon suaminya sudah pergi dari kamar.
“Iiihhh, sayang mesti gitu. Nggak tau tempat kalo lagi pengen.” Rajuk Allea dengan mimik wajah menggemaskan.
“So? Bisa kita lanjutin sekarang?” Tanyaku bersiap untuk kembali mencumbunya.
“Mandi dulu dong sayang, biar wangi.”
“Aku udah mandi kok di gym tadi.” Jawabku tak sabar.
“Mandi lagi dong, kan sayang habis naik mobil, bau asep. Pokoknya setelah mandi, aku janji bakal puasin sayang. Okey?” Allea mengecup lembut bibirku sebelum melangkah menuju sisi ranjang.
“Ya udah deh, aku mandi dulu kalo gitu.”
Meskipun sudah tak bisa lagi menahan birahi namun aku tetap menuruti permintaan istriku. Setelah meletakkan tas di dalam lemari dan melepas pakaian, kakiku melangkah ke dalam kamar mandi. Ukuran kamar mandi cukup luas dengan sebuah bathup besar di sana, tak heran karena ini termasuk fasilitas dari hotel kelas bintang lima. Setelah mengguyur tubuhku dengan air hangat dari shower, aku putuskan untuk berendam di dalam bathup.
Setelah hampir seharian berada di gym, berendam air hangat cukup membuatku rileks, dan bahkan sampai aku tertidur. Entah berapa lama aku berendam hingga khirnya kembali terbangun karena merasakan penisku mengeras. Kupandangi penis hitam legamku yang berukuran jumbo, sepertinya inilah saatnya untuk menyetubuhi Alle dan melanjutkan apa yang sudah kumulai tadi. Aku mengambil handuk, mengeringkan tubuhku, lalu melangkah keluar dengan keadaan telanjang bulat.
“Loh? Kok Lu ada di sini lagi???”
Betapa kagetnya aku saat di atas ranjang bukan hanya ada Allea seorang, namun juga ada Valen. Kali ini sahabat istriku itu sendirian, tanpa didampingi suaminya. Dalam kondisi tubuhku yang telanjang dan penis yang menegang maksimal, Allea dan Valen hanya terdiam memandangi penisku menampilkan keperkasaannya. Tampak jelas juga mata Valen tertuju pada vitalku. Refleks aku menutup daerah selangkangan dengan kedua tangan, meskipun tidak bisa menutup dengan sempurna.
“Malam ini Valen mau tidur bareng kita sayang, karena calon suaminya lagi ada kerjaan. Nggak apa-apa kan?” Ujar Allea seraya merayap di atas ranjang, mendekatiku dengan tatapan binal.
“Eh…?” Aku masih berdiri mematung di dekat ranjang. Sesaat aku memandangi wajah Valen yang tersenyum penuh arti.
Seakan tidak menghiraukan keberadaan Valen, Allea berdiri dan menarik tanganku untuk duduk di antara mereka berdua. Kami saling berciuman panas sambil saling meraba tubuh masing-masing. Tangan Allea sangat nyaman mengocok pelan penisku yang sedari tadi keras seperti kayu. Sementara tanganku merabai payudaranya yang masih terbungkus lingerie berbahan satin.
“Ouucchhhh..Sayang..”
Birahi sudah menuntun kami berdua, keberadaan Valen di atas ranjang sama sekali tak membuat Aku dan Allea berhenti saling mencumbu. Bahkan kini aku makin beringas, kutelanjangi tubuh istriku, kubalik tubuhnya hingga kepalanya berada tepat di antara selangkanganku, pun begitu pula dengan mulutku yang langsung berhadapan langsung dengan vaginanya.
“Ouucchh! Fuck!”
Allea mendesih lirih saat lidahku yang tebal menyapu seluruh permukaan vaginannyta. Istriku membalasnya dengan sebuah kuluman hangat pada kepala penisku. Dari posisiku saat ini, pandangan mataku bisa melihat Valen yang ternyata terus memperhatikan aktifitas cabul kami. Aku yakin jika pramugari cantik itu akan terangsang pada akhirnya. Aku bahkan berharap dia berani untuk ikut dalam permainan, kapan lagi bisa merasakan sensasi threesome bersama salah satu sahabat dekat istriku itu?
Sedikit berbeda dari biasanya, kali ini sejak jilatan pertama di vagina Allea, lidahku sudah merasakan cairannya yang masif dan becek. Kuarahkan ujung lidahku menyapu pelan di bagian klitoris dengan gerakan memutar searah jarum jam sambil tanganku mengusap area paha belakang hingga ke selangkangan. Allea menggelinjang, mulutnya makin intens menghisap penisku yang makin mengeras. Aku bisa merasakan jika mulut mungil Allea susah payah untuk memasukkan seluruh batang penisku.
“Ouucchh! Isepin itilku sayang…..” Desis Allea ditengah hisapan mulutnya pada batang penisku yang berwarna hitam legam.
Menuruti permintaan istriku, kuhisap bagian klitorisnya sembari satu ruas jariku yang berukuran besar kusisipkan pada celah surgawi, kukocok dan kukobel bagian dalam vagina. Tubuh Allea makin menggelinjang diiringi desahan-desahan panjang nan erotis. Beberapa saat aku sempat melupakan keberadaan Valen hingga akhirnya kurasakan sentuhan jemarinya pada lenganku yang kekar. Aku melirik ke arahnya, Valen termangu dengan tatapan binal. Sepertinya wanita cantik itu mulai ikut terangsang melhat percumbuanku dengan Allea.
Inilah saatnya, aku tak akan melewatkan momen langka seperti ini. Perlahan kucoba menggerakkan tanganku mendekat ke paha Valen. Sahabat istriku itu hanya terdiam, sama sekali tak menolak sedikitpun. Membaca situasi yang semakin kondisuf, aku makin berani menggerakkan tanganku pada permukaan pahanya yang terbuka, bergerak makin ke atas guna mencari selangkangan. Tak butuh waktu lama bagiku untukku mendapatkan apa yang kuinginkan, karena beberapa saat kemudian jemariku sudah bisa merasakan permukaan celana dalam satin yang dikenakan oleh Valen.
Kugerakkan jariku naik turun mengikuti kontur vaginanya. Semakin lama celana dalam tipis milik Valen sudah basah dan licin. Bisa kurasakan jelas dengan jariku lendir yang membasahi selangkangannya. Beberapa detik kuhentikan jilatan lidahku di Vagina Allea dan mengangkat kepala memberanikan diri menatap mata Valen. Wanita cantik itu sudah mengangkang tepat di samping tubuhku, kepalanya mendongak sembari menggigit bibrinya sendiri. Berbeda dengan istriku yang tanpa malu-malu mengeluaran suara desahan, Valen sekuat tenaga menahan desahan keluar dari bibirnya yang tipis.
“Terus sayang, jangan berhenti!” Ucap Allea setelah menyadari lidahku tidak lagi menjilati vaginanya.
Kulanjutkan permainan oralku di vagina Allea. Sebagai suami aku sangat paham benar kapan Allea akan orgasme. Hal ini bisa kuketahui dari rasa yang muncul melalui lendir cairan vaginanya. Saat itu vagina Allea semakin berdenyut dan menghasilkan perpaduan rasa yang semakin khas, tanda sebentar lagi istriku mencapai puncak. Diwaktu bersamaan, vagina Valen yang masih ditutupi celana dalam juga semakin becek dan licin.
Aku sengaja menunggu apa reaksi Valen selanjutnya. Tidak mungkin dia bisa bertahan lebih lama lagi melawan rangsanganku yang semakin dashyat di vaginanya. Benar saja, tiba-tiba Valen menyibakkan celana dalamnya ke samping dan memegang jariku lalu mengarahkan ke vaginanya yang kini sudah terbuka lebar.
Jari tengahku begitu leluasa menjamah vagina Valen yang berlendir dan semakin licin. Klitorisnya menjadi sasaranku. Titik yang seperti kacang itu kupilin dengan sentuhan lembut, memutar hingga semakin banyak lagi cairan kenikmatan yang keluar. Sesekali juga usapan jariku menyisir lipatan vagina sempitnya hingga ke anus. Licin tanpa bulu kemaluan sedikitpun. Valen sendiri sesekali mengangkat pinggulnya, memberi kemudahan pada jariku untuk terus bertindak cabul.
“Emcchh…” Satu tangan Valen menutup mulutnya sendiri, memyembunyikan suara agar tak terdengar oleh istriku.
Kurasakan dadaku bergemuruh makin kencang, bagaimana tidak, inilah kali pertama aku melakukannya bersama dua wanita sekaligus! Aku hanya tak bisa membayangkan bagaimana jika istriku tau jika saat ini selain mulutku yang sedang menjilati vaginanya, jariku juga sedang memuaskan vagina wanita lain, bahkan itu adalah vagina sahabatnya sendiri. Kombinasi adrenalin sekaligus birahi jadi candu tersendiri bagiku.
“Ouuchhhh! Sayang, aku nggak tahan! Masukin sekarang ya?” Buru-buru kutarik jemariku dari permukaan vagina Valen. Beruntung istriku tak sampai melihatnya.
“Oke sayang.” Balasku sigap sembari perlahan mengangkat pinggul istriku dari permukaan wajahku.
Aku kemudian membimbing Allea untuk berdiri di samping ranjang untuk menyodoknya dari belakang dengan gaya doggystyle. Allea menurut saja. Tubuhnya disandarkan ke tempat tidur sedangkan pantatnya diangkat dengan selangkangan terbuka lebar. Valen yang awalnya berada di bagian tengah ranjang kini memilih untuk sedikit mundur ke belakang dan bersender pada bagian ujung ranjang. Kini wajah Allea dan Valen saling berhadapan meskipun sedikit berjauhan.
“Sekarang Lu liat gimana cara Joshua ngewein Gue tiap hari. Semoga suami Lu ntar lebih hebat ya.” Ledek Allea dengan senyum menggoda.
“Bacot Lu! Buruan, Gue mau buru-buru tidur nih.” Balas Valen dengan wajah memerah. Aku tau dia hanya pura-pura menyembunyikan birahinya.
“Jangan tidur dulu dong beb, ini kan mau sesi pertunjukan utama. Hehehehehe.”
“Ciiihhhh!” Dengus Valen sembari pura-pura memalingkan wajahnya dari kami.
Tak mau membuang waktu lebih lama lagi, segera kubasahi penisku dengan air liur. Kegesek-gesekkan sebentar bagian ujungnya pada permukaan vagina Allea, dia sampai menoleh ke belakang, meringis penuh kenikmatan. Sambil memandangi wajah Valen, perlahan kumasukkan penisku ke dalam vagina. Untuk kedua kalinya kulihat ekspresi mesum di wajah cantiknya.
“Ouucchh! Fuck! Pelan sayang! Gede banget kontolmu!” Lenguh Allea sembari mencengkram permukaan ranjang.
“Enak nggak kontolku sayang?” Tanyaku.
“E-Enak banget sayang! Kontol Papua paling enak!” Balas Allea.
Kucengkram pinggul rampingnya seraya menghentakkan pinggulku ke depan dengan kekuatan penuh, membuat lesakan penisku terasa begitu keras dan kasar. Vagina Allea yang sudah sangat becek sangat memudahkan penisku untuk masuk dan menyodok langsung dengan RPM tinggi.
“Ahhh! Aaanjiing!!”
Allea sampai menggeleng-gelengkan kepalanya, seolah ingin memberi tanda jika derai kenikmatan sudah memuncak menguasai tubuhnya. Pandangan matanya sudah tak fokus lagi, sesekali dia menunduk, sesekali dia mendongak tanpa arah. Kuhujamkan penisku yang berukuran besar dengan kecepatan tinggi, tubuh Allea bak sasak hidup hujaman demi hujaman eksprsei birahiku.
“Aah! Teruss! Cepetin sayang! Entotin memekku! Aaacch!”
Di tengah sodokan penisku, kuraih rambut Allea, kutarik ke belakang, kujambak keras hingga membuat kepalanya mendongak. Dengan sangat rakut kucumbui bibirnya sambil terus menggerakkan pinggulku maju mundur. Lidahnya mengular di dalam mulutku, kami saling bertukar liur. Di saat itu masih sempat aku melirik ke arah Valen yang makin gelisah.
“Aku mau pipis sayang! Aaachh!!”
“Pipis aja!” Balasku sambil terus menyodok vaginanya dari belakang.
Suara bunyi tumbukan kelamin kami nyaring terdengar memenuhi seisi kamar berbaur dengan erangan serta racauan mesum. Valen yang menonton dari atas ranjang pun makin gelisah, sesekali jemarinya terlihat meremas permukaan sprei seolah tak tahan ingin ikut bergabung namun rasa canggung seolah jadi tembok penghalang birahinya. Maka satu-satunya yang bisa dilakukannya hanyalah terus melihat persetubuhan kami dan bergelut bersama berOcha fantasi liar di otaknya.
Selang beberapa saat kemudian kurasakan penisku mulai berdenyut-denyut, tanda jika ejakulasi segera menyerang. Kutekan punggung istriku sedikit ke bawah, sementara satu kakiku kuangkat dan berpijak di atas ranjang. Dengan posisi seperti ini lesakan penisku makin terasa dalam.
“Aaachh! Sayang! Mentok bangettt!” Lenguh Allea dengan pipinya yang menempel pada permukaan ranjang.
Kuhentakkan kembali pinggulku dengan kecepatan tinggi. Penisku yang sudah basah kuyup akibat cairan vagina makin leluasa mengobok-obok seluruh isi liang senggama istriku. Allea hanya bisa mendesah dan melenguh merasakan tiap lesakan penisku yang makin cepat dan keras, hingga beberapa saat kemudian kurasakan desakan kuat dari dalam penisku.
“AAARGGHHTTTTTT!”
Teriakanku terdengar parau bak banteng yang terluka seiring semburan sperma memenuhi vagina Allea. Tubuhku ambruk memeluk tubuh Allea yang tertelungkup di atas ranjang. Nafas kami menderu, kubiarkan penisku masih terbenam di dalam surga dunia. Sesekali kurasakan penisku seperti dipijat dari dalam, vagina Allea seolah ingin memerah seluruh spermaku dan tak mau meninggalkannya barang setetespun.
2658Please respect copyright.PENANAW75DwDjqih
BERSAMBUNG
Cerita ini sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION UNCENSORED+MULUSTRASI, untuk membaca versi lengkapnya silahkan klik link di bio profil
ns216.73.216.203da2