
Risa dan Rita, sekilas dengar mungkin orang akan berpikir bahwa mereka adalah sepasang saudara kembar. Namun, itu sama sekali tidak benar, bahkan berhubungan darah pun tidak.
Mereka adalah dua orang yang sudah saling kenal sejak masih kanak-kanak. Walau umur terpaut jauh, 7 tahun, tapi Risa dan Rita mampu menjadi sahabat baik.
Risabella Nayara Dewi, atau yang biasa dipanggil Risa, adalah seorang pegawai di salah satu pabrik besar Indonesia. Umurnya 27 tahun, tapi dia belum memiliki calon dan masih ingin terus seperti itu. Sedangkan Ritamelia Zahira Prameswari, mudahnya dipanggil Rita, adalah seorang dosen muda di sebuah universitas swasta. Bukan universitas besar, tapi cukup jadi bahan rebutan saat masuk tahun ajaran baru.
Dan ini adalah cerita tentang mereka. Cerita pada suatu momen yang tak akan pernah mereka lupakan. Cerita yang hanya mereka anggap sebagai hiburan, tapi sungguh nikmat dikenang.
Sebelum memulai semuanya, harus diketahui bahwa mereka memiliki sebuah pekerjaan sampingan, yaitu sebuah jasa.
Jasa prostitusi berbayar.
***
Cantik, elok, molek dan seksi, pasti itulah yang ada di pikiran para pemuda yang kini sedang duduk di kursi-kursi Caffe History. Saat perempuan itu datang, sontak saja hampir semua kepala tertoleh tanpa terpaksa. Perempuan yang dipandang seperti itu pun tidak menjadi jengah, dia terus melangkah dengan percaya diri dan anggun.
Sebenarnya ia memiliki rambut panjang sampai pinggang, hanya saja saat ini ia menguncir rambut itu menggunakan pita warna merah. Tengkuk yang putih bersih terlihat jelas, mengintip sesekali di balik lambaian rambut terkuncir. Wajah itu di make-up sedemikian rupa, tidak tebal tidak juga tipis, menambah kejelitaan sosok itu. Alis tipis, mata yang tajam, hidung mancung dan bibir merah delima mengulum sedikit senyum, benar-benar menggoda untuk siapa saja yang terlihat.
Bahkan pegawai wanita di caffe itu pun sampai terbelalak sesaat. Tak menyangka akan ada wanita secantik itu.
Perempuan ini menghampiri satu meja di ujung sana, dekat tembok yang berhias rumput dan bunga rapi. Ternyata ia sudah ditunggu seorang wanita lain, wanita yang tak kalah elok.
Dia mungkin berumur 27 tahun, memiliki rambut pendek sebahu dan wajah yang elok. Wajah itu dipoles dengan pemerah pipi. Matanya sedikit lebih lebar dibanding wanita pertama, tapi hidungnya tak kalah mancung. Yang paling indah adalah dagu meruncing itu, amat manis sekali. Saat ia tahu temannya sudah datang, ia mengulum senyum dan tampaklah lesung pipi di kanan dan kiri.
"Jadi ini tempat biasa kamu nongkrong?" tanya wanita pertama yang kemudian duduk di depan wanita kedua.
Si lesung pipi mengangguk. "Iya Kak. Gimana, enak, kan?"
Si wanita berkuncir memandang sekeliling sejenak sebelum mengangguk beberapa kali. "Boleh juga seleramu. Kamu tahu dari siapa?"
Si wanita rambut pendek mendekatkan tubuh. "Dari bapak dosen yang minggu lalu booking."
"Ohh ... dasar."
"Alah, kamu juga sama."
Seorang pelayan datang membawa daftar menu, menyodorkannya kepada wanita berambut kuncir. Dengan segera si wanita menentukan pilihan.
"Cappuccino."
Si pelayan mengangguk sopan sebelum pergi meninggalkan mereka berdua.
Mereka berdua segera menjadi tempat perhatian. Para pemuda yang duduk di dekat sana segera pasang gaya untuk menarik perhatian. Beberapa ada yang pura-pura lewat, hanya untuk mencium bagaimana harum tubuh mereka. Para pemuda yang sempat lewat dekat itu dapat pula melihat nametag di dada kiri dua wanita tersebut.
Yang berambut kuncir adalah Ritamelia, dan yang rambut pendek adalah Risabella.
Ya, merekalah dua orang sahabat dari kecil itu.
Tak berselang lama, kopi pesanan Rita pun sampai. Ia mengucapkan terima kasih yang langsung membuat jantung si pelayan hampir jungkir balik melihat senyumnya. Kemudian, Risa yang berambut pendek pun memulai pembicaraan.
"Jadi, kamu mau apa tiba-tiba minta ketemu?"
Setelah menyeruput kopinya beberapa saat, Rita menjawab. "Aku bosen kayak gini terus."
Sontak saja kening Risa mengerut. "Bosen? Soal apa?"
"Soal pekerjaan kita."
"Pekerjaan yang mana?" Risa semakin bingung karena sahabatnya ini punya "pekerjaan lain".
"Kerja sampingan."
"Oh ...." Risa meneguk kopinya sendiri. "Bosen kenapa?"
Tanpa berpikir lebih jauh, Rita berkata. "Ya bosen aja gitu. Tiap malem gitu-gitu terus. Nggak ada sensasi baru. Aku mau yang berbeda."
"Yaudah, cari aja yang berbeda."
"Tapi aku pengen ngajak kamu, biar seru."
"Hah?" Risa memandang aneh kepada Rita yang cengar-cengir. "Kenapa ngajak aku? Jujur kadang aku juga bosen, tapi aku ada klien yang sesuai selera." Saat mengucapkan kata diakhir, ia memelankan suara. "Dan itu bikin nggak bosen."
"Ah, pokoknya kamu harus ikut. Kamu pasti suka."
"Kamu aja sendiri."
Tanpa menunggu persetujuan, Rita mengeluarkan HP nya dan mengetuk-ngetuk layar sejenak. Lantas ia membuka screenshot dari aplikasi dewasa yang ia dan Risa gunakan untuk pekerjaan sampingna. Dengan wajah berseri, ia menunjukkan gambar itu kepada sahabatnya.
Risa melihat gambar tersebut sejenak, lalu memandang aneh. "Si punya akun ngechallenge dirinya sendiri kayak gitu?"
Rita mengangguk-angguk semangat.
"Terus?"
"Ayo coba!"
"Hah?"
Risa sungguh tak habis pikir. Gambar screenshot tadi menunjukkan potongan live dari aplikasi tersebut, dan judul livenya adalah "Menjadi Selingkuhan Tetangga". Risa tahu akun itu memang suka membuat challenge dewasa yang anti mainstream, tapi ia tak menyangka si pemilik akun bakal menawarkan diri jadi selingkuhan. Yang Risa tak habis pikir adalah, apakah Rita akan mengajaknya menjadi selingkuhan pula?
Seolah tahu apa yang dikhawatirkan sahbatnya, Rita berkata cepat. "Nggak persis kayak gini, kita Cuma perlu ngechallenge diri sendiri aja biar seru gitu. Aku udah siapin gamenya."
"Terus, apa untungnya kita main challenge kayak gitu?"
"Nambah followers, uang jajan bulanan meningkat."
Wajah Risa segera berubah. Itu cukup menggiurkan. "Berarti divideo gitu?"
Rita mengangguk.
"Apa selama ini uang jajan kita kurang banyak? Kayaknya udah banyak banget deh dari kerja sampingan."
"Emang, tapi kan kita setidaknya ada sensasi baru. Kalau bagus, kita bisa lanjut biar seru."
Risa tak langsung menjawab, keningnya berkerut untuk berpikir keras. Ia menimbang-nimbang berbagai kemungkinan.
"Ayolah, temenin aku ...." Rita memelas, memegang kedua tangan Risa.
"Iya deh, iya ...." Dengan malas, Risa mengiyakan. Walau dalam hati pun dia jadi cukup tertarik dengan followers yang bertambah itu.
Rita tersenyum lebar. "Oke, cara mainnya gampang. Aku kirim lewat chat."
Risa membuka HP nya, tak lama berselang terdengar notif tanda bahwa chat Rita telah terkirim. Ia segera membukanya dan terbelalak karena isi dari chat tersebut.
Cara main :
Kocok dadu, kalau keluar ganjil yang main Risa, kalau genap yang main Rita.
Setelah kocok dadu, harus mainkan challenge ini.
1. Threesome atau digangbang di bar.
2. Nginep di hotel, goda pegawai siapa pun sampai dientot/ perkosa.
3. Telanjang seharian di rumah, tapi tirai dan pintu harus tetap terbuka.
4. Exibhition, nggak ada ketentuan khusus, yang penting ngentot di outdoor.
5. Sama kayak nomor 2, tapi sekarang targetnya orang di lingkungan kerja.
6. Sama kayak nomor 5, tapi sekarang targetnya atasan. HARUS DIENTOT/ PERKOSA
Syarat menang, tiap lakuin challenge harus difoto sebagai bukti dan diupload. Waktunya paling lama 3 hari, kalau gagal berarti tak dapat poin. Siapa pun yang kalah, yang poinnya lebih sedikit, harus nginep di bar dan jadi "kamar mandi" selama tiga hari.
"Gila kamu!" seru Risa. "Mana bisa kayak gini?"
"Nggak apa-apa, kita bakal baik-baik aja. Ini pasti asik." Tanpa memedulikan, Rita mengeluarkan dadu dan mengocoknya.
"Kak Rit?"
Ketika dadu itu dilemparkan, keluar angka 3.
Anjing! Risa membatin.
ns216.73.216.169da2