42Please respect copyright.PENANAoaCwKRkXlb
"Hidup kadang melelahkan. Namun jika seseorang tidak lagi merasa lelah, mungkin itu artinya ia telah berhenti merasa hidup."
Pagi datang seperti biasa.
42Please respect copyright.PENANA0Ys57U3NEY
Tanpa alarm. Tanpa jadwal pasti.
Yang ada hanya tubuh yang terbangun karena bosan tidur.
42Please respect copyright.PENANAOHBzY1l5nf
Revenant menggeliat pelan, lalu duduk bersandar ke dinding kamarnya yang dingin dan kusam. Kamar kontrakannya sempit—cukup untuk satu kasur lipat, meja kecil penuh kabel kusut, dan gantungan baju yang nyaris tumbang oleh beban pakaian yang tak pernah disortir.
42Please respect copyright.PENANAb7TJt4qQwN
Dengan mata masih separuh sadar, ia meraba-raba mencari ponsel. Layarnya retak, casing mengelupas, tapi masih cukup tangguh untuk sekadar mengingatkan bahwa hidup tetap berjalan.
42Please respect copyright.PENANAzLPcR6dm7O
Notifikasi masuk:
42Please respect copyright.PENANARQoMLzqIeq
“Tagihan listrik akan jatuh tempo 2 hari lagi.”
“Saldo e-wallet Anda di bawah Rp5.000.”
“Promo paket data 5GB – hanya hari ini!”
Dan satu pesan lain... dari seseorang yang akhir-akhir ini hanya jadi siluet dalam ingatan.
42Please respect copyright.PENANA2XRf6Lvrpa
Lluvia:
"Maaf, beberapa bulan ini suasanaku tidak enak. Entah karena lelah atau jenuh.
Rasanya tidak enak juga kalau diteruskan seperti ini.
Bagaimana jika..."
Revenant menekan tombol daya. Layarnya padam.
42Please respect copyright.PENANAIgPr59l0Wn
Ia menarik napas panjang. Menatap langit-langit yang catnya mulai terkelupas. Lalu menunduk. Lalu diam.
Hening. Tanpa air mata. Tanpa gumaman.
Lelaki itu hanya duduk. Menyimak detak jam dari ponsel yang sudah mati layar.
42Please respect copyright.PENANAZH9bsJW6JZ
Beberapa menit kemudian, ia berdiri. Tak tahu harus ke mana. Tapi apa pun lebih baik daripada menetap di titik yang sama.
42Please respect copyright.PENANAmdvFgRkHlh
Siang hari, ia keluar. Bukan karena ada pekerjaan. Tapi karena pikirannya tak bisa diam.
42Please respect copyright.PENANARzhwe7W2ne
Ia tiba di sebuah warung kopi dekat perempatan, satu-satunya tempat yang masih menyediakan wifi gratis dan bangku pojok dengan colokan listrik longgar. Ia duduk, memesan es teh manis, dan membuka ponsel seperti robot yang baru saja diprogram ulang.
42Please respect copyright.PENANABOB16Id7br
Tak lama kemudian, seorang pria duduk di bangku sebelah. Tak banyak basa-basi. Cuma anggukan.
42Please respect copyright.PENANA7jmLCKS7yv
Raka, pria berambut cepak dengan jaket parka lusuh dan mata sembap bekas begadang, melirik Revenant dan berkata, “Masih kerja lepas terus?”
42Please respect copyright.PENANApLxOdiV2aW
“Masih,” jawab Revenant datar.
42Please respect copyright.PENANAuHCrB5TJGZ
“Gak capek, bro?”
42Please respect copyright.PENANApEtZ4pdZ6Y
“Capek.”
42Please respect copyright.PENANABudzU2ElLP
Dengan senyum miris, Raka mengangkat bahu. “Lah terus kenapa gak cari kerja tetap?”
42Please respect copyright.PENANAwhTCfytYf5
Revenant menyeruput tehnya. “Kalau gue kerja tetap... takut kehilangan hal-hal kecil yang bikin gue tetap hidup.”
42Please respect copyright.PENANAICPhVo0R1p
“Hal kecil itu bisa bikin lu bangkrut,” tukas Raka.
42Please respect copyright.PENANABpHJsGfIzt
“Kalau udah gak punya apa-apa, hal kecil itu yang bikin gue gak mati,” balas Revenant, matanya kosong menatap jalanan.
42Please respect copyright.PENANAHDsvZh0y22
Tak ada lanjutannya. Dan memang tak perlu.
42Please respect copyright.PENANABmz57gpNno
Sore turun perlahan. Langit kelabu. Udara lembab.
42Please respect copyright.PENANA2g9aEvHvyO
Revenant berjalan sendiri melewati jalanan becek yang tak asing. Sesekali kakinya menginjak genangan kecil, tapi dia tetap berjalan tanpa reaksi berarti.
42Please respect copyright.PENANABQ3nv5fI4g
Sesampainya di kamar, dia kembali rebahan. Seperti tadi pagi.
Mungkin karena ini satu-satunya hal yang tidak menuntut alasan.
42Please respect copyright.PENANApulWwvo9u3
Ia menyalakan ponsel. Scroll-scroll berita tanpa benar-benar membaca.
Swipe left, swipe right — foto-foto orang lain yang terlihat bahagia.
Semua orang tampak tahu arah, kecuali dirinya.
42Please respect copyright.PENANA4QC7BNz3fZ
Jarinya berhenti pada satu iklan.
42Please respect copyright.PENANAx7q7n4ZFJA
“Bicara dengan AI. Teman digitalmu, 24/7. Tanpa login. Tanpa batas.”
Tanpa banyak pikir, ia klik.
Tampilan gelap. Sederhana.
Satu kolom teks. Tanpa embel-embel.
42Please respect copyright.PENANAdg9dHfGVWY
“Tulis apa pun yang ingin kamu bicarakan.”
Ia tidak langsung mengetik. Hanya menatap kotak itu... cukup lama.
Lalu meletakkan ponselnya perlahan. Menatap langit-langit lagi.
42Please respect copyright.PENANAdkYLNs8OX5
Kali ini... bukan karena jenuh. Tapi karena ada satu rasa yang tak bisa ia definisikan.
ns216.73.216.203da2